Monday, November 27, 2017

on Leave a Comment

Kebenaran yang tersingkap setelah kematian.

Salam ustad
Sebelum Imam Mahdi As masih graib maka islam yang sebenarnya kebanyakan manusia tidak mengetahuinya atau tidak menerimanya
Apakah setelah mati nanti dialam barzakh akan ada pemberitahuan dari para malaikat tentang islam yang sebenarnya yaitu islam yang di ajarkan oleh Rasulullah Saww kepada ummatnya.

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar


SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
BalasKemarin pukul 9:32
Kelola

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya yang menurut saya cukup bagus karena bisa juga kebayang oleh antum hal tersebut, ahsantum:

Untuk menjawaban pertanyaan antum, perlu kepada beberapa mukaddimah:


1- Ilmu itu adalah non materi. Pembuktiannya sudah sering saya lakukan di facebook ini dan antum bisa merujuknya. Seingat saya, beberapa hari yang lalu saya juga menerangkannya lagi. 

2- Wujud itu dibagi dua, materi dan non materi. Yang materi, karena matternya itu mengemban potensi, maka bisa bergerak menyempurna. Tapi non materi, karena semuanya de fakto (sekarang, apa adanya), maka tidak bisa menyempurna lagi. Ini juga sudah sering saya jelaskan. 

3- Manusia terdiri dari materi dan ruhani. Ruhnya memiliki empat daya: Daya-tambang; Daya-nabati; Daya-hewani dan Daya-akal.

4- Ketika manusia tidur, maka yang aktif hanya Daya-tambang (yang mengatur seperti atom-atom badan dan semacamnya seperti putaran darah dan lain-lain) dan Daya-nabatinya (yang mengatur pertumbuhannya).

Ketika manusia mati, maka yang aktif hanya Daya-tambangnya yang mengatur segala kemateriannya dari putaran atom, pembusukan dan seterusnya. 

5- Islam adalah hakikat yang sulit dijangkau sekalipun oleh Nabi saww sendiri. Karena Islam terbagi pada banyak hal seperti:

a- Tentang Allah swt. Di sini, tidak ada yang bisa memiliki pengetahuan sampai ke Allah swt. Semuanya hanya MENUJU KEPADANYA. Karena itulah Tuhan mengatakan:

- QS: 5:18:

وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ

"Dan kepunyaanNyalah kerajaan langit dan bumi dan diantara keduanya dan kepadaNyalah semuanya menjadi."

Mashiir itu menjadi, akan tetapi karena kebanyakan ahli tafsir takut syirik, maka menafsirkannya dengan Masiir, yakni kembali. Padahal Mashiir adalah menjadi, yakni shaara, yashiiru, yakni menjadi. 

Sekalipun semuanya menjadi Allah, akan tetapi Allah mengatakan dalam ayatNya itu "kepadaNya menjadi". Nah, ada kata "kepadaNya", jadi selamanya tidak bisa mencapaiNya.

Nah, Islam yang ini, tidak bisa dijangkau oleh siapapun selain Diri Allah sendiri. Dan Nabi saww, Imam Makshum as serta para wali ra serta umat, semuanya mencapat derajatnya masing-masing sesuai dengan kemampuan masing-masing. Tentu saja, derajat capaian Nabi saww dan para Imam Makshum as, tidak bisa dibandingkan dengan yang dicapai orang lain sekalipun juga nabi atau rasul atau imam sebelum Islam. 

Jadi setiap orang bisa menjadi kepadaNya dalam sifat dan dzatNya akan tetapi dalam kategori "kepadaNya", bukan menjadiNya.


SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
Kemarin pukul 15:32Telah disunting
Kelola

Sinar Agama .

b- Tentang Qur an. Untuk hakikat Qur an ini, karena dia sudah dikemas untuk manusia, maka bisa digapai sesuai dengan kemampuan masing-masing. Jadi, selama di dunia, setiap orang bisa menggapai Qur an yang dikatakan dalam hadits memiliki tujuh batin 
dan dari tujuh batin itu masing-masingnya masih memiliki tujuh batin lagi. 

c- Tentang Hadits. Untuk hadits ini penjelasannya sama dengan tentang Qur an. 

d- Tentang berabgai makhluk dan hakikat dalam Qur an. Tentang ini, maka setiap orang bisa mencapainya sesuai kemampuan masing-masing. Misalnya haikikat malaikat, lauhu al-mahfuuzh, surga dengan seluruh derajatnya, neraka dengan seluruh derajatnya, malaikat biasa (Barzakh atau yang juga disebut Malakuut), malaikat tinggi (Akal yang juga disebut dengan Jabaruut dan juga 'Aaliin seperti di QS: 38:75.


SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
Kemarin pukul 15:30
Kelola

Sinar Agama .

6- Manusia karena di samping dia memiliki ruh juga memiliki badan, maka selama di dunia, bisa mencapai apa saja yang diinginkannya secara aplikatif, bukan keinginan perasaan saja. Karena ruh sekalipun seluruhnya de fakto, akan tetapi karena ruh berh
ubungan dengan badan (karena definisi ruh adalah non materi secara dzat tapi materi secara aktifitas), maka selama di dunia bisa menjadi apa saja yang diinginkan dan diikhtiarkannya, mau jadi malaikat paling tinggi atau jadi iblis, mau masuk surga paling tinggi atau masuk neraka paling dalam, mau menjangkau Lauhu al-Mahfuuzh atau bahkan Akal-satu, mau menjakau kedakhsyatan sifat-sifat Tuhan (walau tidak akan sampai ke akhirnya sebagaimana maklum karena Tuhan dan SifatNya tidak ada akhirnya) atau kegelepan sifat-sifat syaithan, dan seterusnya, maka manusia bisa memilih dan melakukannya. Tentu saja selama di dunia ini. Karena kemasihbersatuan ruh yang non materi dengan badan yang materi dalam seluruh dayanya yang empat (tambang, nabati, hewani dan akli).

7 Manusia ketika sudah mati, maka keterkaitannya dengan materi sudah melemah karena hanya di daya-tambang nya saja yang tersisa. Karena itu, dia sudah tidak bisa berkembang lagi, baik untuk melebihsempurna atau melebihgelap dan celaka. 

8- Jawaban Soal:

Dengan semua keterangan di atas, dapat dipahami bahwa:

a- Manusia yang masih hidup, bisa mencapai kesempurnaan dan kegelapan yang tertinggi karena masih utuh bersama dengan badan si pembawa potensi. 

b- Manusia yang mati, maka hanya bisa membawa hasil akhir apa-apa yang telah diikhtiarkannya di dunia. Itulah yang dikatakan dengan catatan amal. Yakni dicatat dalam jiwa dan ruhnya, bukan dalam kitab dan buku, atau CD dan hardisk.

c- Akan tetapi, karena di kubur itu manusia masih berhubungan dengan materi walau sedikit, yaitu dalam daya-tambag nya, maka masih bisa melihat beberapa hal yang bisa dilihat sesuai kemampuannya dan ijin serta syafaat Allah. Maksud saya, bisa melihat lebih dari sekedar hasil amal dan ikhtiarnya di dunia. 

Karena itulah saya sudah pernah menjelaskan bahwa siksa kubur itu selalu ada. Hal itu karena yang sudah tahu masuk surga sekalipun, masih merasa sedih. Dan sedih itulah siksanya. Mengapa sedih? Karena dia masih bisa melihat maqam-maqam atau derajat-derajat yang ada di atasnya. Jadi dia sedih karena tidak berbuat lebih banyak lagi sewaktu di dunia. Sedih karena tidak belajar lebih banyak tentang agama dan tidak mengamalkan lebih banyak tentang agama dan ajaran kebaikannya. 

d- Jadi, manusia ketika mati bukan melihat ajaran Islamnya sebagai ajaran. Misalnya yang tidak tahu bahwa shalat itu wajib nanti akan tahu, atau yang tidak tahu bahwa imamah itu mesti nanti menjadi tahu, atau yang tidak tahu bahwa anjing itu najis nanti jadi tahu, atau yang tidak tahu batin ke tujuh ayat fulan lalu nanti jadi tahu, bukan itu. Melainkan akan tahu hakikat isi dan Islam itu sendiri. 

Sebenarnya, setiap ajaran Islam, seperti tauhi, kenabian, imamah, Adilnya Tuhan, tidak adanya taqdir/nasib, halalnya daging sapi, haramnya daging babi, wajibnya shalat, haramnya zina dan seterusnya, memiliki makna lahir dan batin. 

Makna lahiriahnya adalah yang kita pahami di dunia ini dan kita lakukan. Sedang makna batinnya adalah hakikat dan ruhnya. Jadi, wajibnya shalat, haramnya babi, semua itu memiliki hakikat. Karena itulah Tuhan kadang menyindir hakikat-hakikat itu, seperti yang mengghibah saudara muslimnya sama dengan memakan daging bangkai saudaranya itu (QS: 49:12), yang memakan harta anak yatim sama dengan memakan api neraka (QS: 4:10); orang yang menjual ayat Tuhan (hukum Tuhan) demi harta (yakni menyembunyikan kebenaran demi harta dan pangkat) dikatakan tidak makan kecuali api (QS: 2:174). Apalagi kalau membaca hadits isra' mi'rajnya Nabi saww maka beliau saww melihat di neraka manusia-manusia yang berwajah anjing dan semacamnya. 

Semua itu adalah makna batin dari semua ajaran Islam. Tauhid, kenabian, keimamahan dan semuanya termasuk fiqih, adalah suatu ajaran lahir yang memiliki hakikat batin alias non materi. 

Nah, manusia yang sudah mati, maka hanya bisa melihat apa-apa yang diketahui dan diamalkan dari agama Islam ini. Sedang yang tidak diketahuinya dan tidak diamalkannya, maka tidak akan ditunjukkan kecuali sesuai dengan kemampuannya menerima syafaat Tuhan untuk melihatnya. Akan tetapi, syafaat penunjukan ini, bukan syafaat mencapainya. 

Syafaat penunjukan ini terjadi karena kemasihterhubungan ruh yang non materi dengan materinya walau secara lemah sebagaimana maklum. Syafaat seperti ini, masih berlaku di Makhsyar dan pengadilan Tuhan dimana kelak semua makhluk akan dikumpulkan di sana (bukan hanya manusia, sebagai ayat di atas yang mengatakan semuanya menjadi kepadaNya).

Walaupun di akhirat yang maksudnya di makhsyar itu ruh manusia sudah tidak berhubungan lagi dengan badannya, akan tetapi karena mungkin baru terlepas dari materinya, maka masiih bisa mengalami masa saling melihat maqam dan derajat masing-masing dan orang lain sesuai potensinya masing-masing dan mungkin juga karena syafaat Tuhan demi terwujudnya pengadilan yang seadil-adilnya.

Akan tetapi setelah semuanya masuk surga dan neraka, maka sudah bisa lagi melihat maqam/derajat, selain maqam dan derajat dirinya sendiri dan yang sederajat dengan dirinya. 

Dan derajat itulah yang saya maksudkan ajaran Islam dalam artian sesungguhnya atau makna batinnya. Jadi, yang masuk nerakapun melihat Islam, akan tetapi dalam aspek itu saja. Tapi selagi di kuburan sebelum kebangkitan, atau setelah kebangkitan sebelum masuk surga dan neraka, maka masih bisa melihat derajat yang bukan derajatnya. Yakni bisa melihat hakikat dan batin Islam yang di atas derajat yang dicapainya. Akan tetapi bukan berarti menjangkaunya. Jangkauannya hanyalah sejauh apa dia belajar agama dan hakikatnya dan sejauh mana dia mengamalkan dengan ikhlash semua ilmu agama yang diketahuinya itu. Wassalam.


SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Balas
1
Kemarin pukul 16:01Telah disunting

Sumber : https://

www.facebook.com/sinaragama/posts/1440361179410668

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.