Wednesday, April 5, 2017

on Leave a Comment

Tolong jelaskan makna tidak pernah takut kepada siapapun kecuali Allloh..

Salam ustad ..tolong jelaskan makna tidak pernah takut kepada siapapun kecuali Allloh..
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Mengatahui takut itu tergolong ilmu badihi atau dharuri atau mudah. Seperti mengetahui keadaan lainnya dari diri kita sendiri, misalnya cinta, rindu, benci, dendam, marah, lapar dan semacamnya. 


2- Karena mengetahui takut itu termasuk Ilmu Mudah, maka hanya memerlukan lima syaratnya, yaitu: Sadar/fokus, tidak ragu, tidak gila, tidak dipikir dan sehat panca indera.

3- Karena tidak boleh dipikir, maka tinggal dirasakan saja dan tidak boleh menggunakan olah pikir sebab kalau dilakukan, makna yang jelas tadi akan menjadi sirna. Karena itu, bagi orang gila, hal yang termudahpun tidak bisa diketahuinya. Begitu pula kalau dipikir, banyak diragui dan dipertanyakan dalam diri, maka makna yang jelasnya juga akan hilang. 

4- Takut biasanya bersumber pada diri sendiri alias demi menjada keberadaan dan kesempurnaan diri. Artinya, takut itu muncul ketika keberadaan diri dan kesempurnaannya menjadi terancam atau bisa menjadi terancam. 

5- Takut ini memang diberikan Tuhan kepada manusia dan semua binatang demi menjaga dirinya dari kebinasaan. 

6- Bagi manusia, kebinasaan itu bukan hanya pada dirinya sendiri melainkan pada nilai-nilai dan norma-normanya. Karena itulah maka sudah semestinya manusia menjaga diri dari kebinasaan dirinya dan nilai-nilsai serta norma-normanya. 

7- Manusia mesti menjaga kebinasaan diri dan normanya, disebabkan manusia memiliki akal. Kalau tidak, maka cukuplah baginya seperti binatang yang lain yang hanya takut dari kehilangan atau kebinasaan dirinya sendiri saja. 

8- Namun demikian, sekalipun sudah semestinya manusia itu takut kehilangan diri dan norma-normanya, yang disebabkan oleh keberadaan akalnya itu, akan tetapi kalau akalnya tidak difungsikan dengan baik, atau dengan kata lain terjajah oleh hawa nafsunya atau perasaannya, maka sudah pasti akibatnya dia hanya akan lebih cenderung pada takut kehilangan dirinya. sedang takutnya pada hilangnya norma-normanya akan menipis atau bahkan bisa hilang sama sekali (na'uzhubillah).

9- Karena akal manusia tidak bisa mengetahui rahasa alam dan masa depan yang dikenal dengan akhirat, maka Tuhan memberikan bimbingan untuk menjaga manusia dari kebinasaan moral atau norma-normanya, yaitu berupa agama yang diturunkanNya kepada manusia melalui para nabi as. 

10- Dengan semua penjelasan di atas, maka takut adalah hal yang baik dan mesti dimiliki manusia. Karena tanpanya manusia bisa binasa secara lahir dan batin/norma.

11- Kalau takut itu sejalan dengan filsafat diciptakannya, maka hasilnya adalah kesempurnaan bagi manusia, yaitu berkesinambungan dalam wujud lahiriah dan norma-norma maknawiyyah/maknawiah. Akan tetapi kalau tidak sejalan dengan filsafat penciptaannya, yaitu diletakkan di tempat-tempat yang justru hanya di penjagaan dari kebinaasan lahariah, maka hasilnya akan jauh dari akal, kebenaran dan juga dari Allah swt yang memberikan akal kepada manusia. 

Ketidaksejalanan peletakan takut pada selain filsafat penciptaannya itu adalah manakala yang dipentingkan oleh manusia hanya penjagaan lahiriah atau badaniah. Yakni menjaga diri dari kebinasaan lahiriah saja. Karena ketika yang dijaga hanya kehancuran lahiriah, maka tidak beda dengan binatang yang tidak memiliki akal. Norma sudah tidak menjadi ukuran dan pertimbangannya lagi, alias sudah mengikuti Hawa Nafsunya. Sebab ketika meninggalkan akal, tidak ada jalan lain dan lorong lain kecuali hawa nafsu tersebut. 

12- Dengan semua penjelasa di atas maka dapat dipahami bahwa takut hanya kepada Allah itu artinya takut dari kebinasaan lahir dan batin sesuai dengan yang telah Dia tentukan dalam penciptaan manusia ini. 

Tetntu saja, karena segala amal itu tergantung niatnya, maka seluruh penjagaan lahir itu yang sudah diseiringkan dengan agama itu, diniatkan karena Allah swt hingga sepenuhnya menjadi nilai/norma dan batiniah atau maknawiah. Jadi, orang yang menjaga kesehatan untuk taat kepada Allah dan karena Allah, maka dia bukan hanya melakukan pekerjaan halal yaitu menjaga dirinya dari kebinasaan lahiriah, melainkan juga sudah masuk ke dalam ranah norma yang berpahala. 

Jadi, kalau kita lari dari harimau, menjaga kesehatan, tidak kebut-kebutan, tidak nyetir ketika mengantuk, tidak merokok, tidak makan makanan yang berefek samping, dan semacamnya, diniatkan karena Allah dan untuk taat kepada Allah, maka hal itu sudah sekaligus masuk ke dalam penjagaan kebinasaan dari norma dan bisa dikatakan takut HANYA kepada Allah swt. 

Tapi kalau takutnya hanya untuk hal-hal lahiriahnya itu yakni kebinasaan lahiriahnya itu, maka bisa dikatakan takut kepada selain Tuhan sekalipun tidak melakukan hal yang diharamkan dalam agama/norma. Apalagi kalau dari awal sudah mengorbankan normanya demi lahiriahnya, seperti melakukan haram demi kekayaan, melakukan maksiat demi kepuasan, dan seamcamnya, maka hal ini jelas-jelas takut kepada selain Allah swt. Yakni takut kehilangan diri, harga diri, kepuasan diri dan semacamnya, dengan memenuhi penjagaannya dengan menyimpang dari nilai norma atau agama.

Sukarno Karno Trim ustd ..bermanfaat sekali

Ali Asytari Hebat ustadz....

Cuma ngebahas makna takut saja,begitu indahnya.


Ya.....mudah-mudahan aku termasuk orang yang takut pada lahir dan bathin.

Sukarno Karno Wow emang yv asli kl sudah nampak ..hanya keindahan yang ada..

Darmi Siama Salam ustad, 
1- Apakah pengetahuan wahmi jg terbagi menjadi badihi dan ikhtisabi??
2- jika terbagi, mohon di jelaskan penerapan nya yg mana masuk bagian badihi dan ikhtisabi?

Sinar Agama Darmi Siama,:

1- Kalau Wahminya kita sendiri yang ada di dalam diri kira, maka jelas badihi. Tapi kalau yang diwahmi itu wahminya orang lain, seperti cinta orang lain, marahnya orang lain, maka sudah tidak badihi lagi dan menjadi iktisaabii. 


2- Sudah dijawab di atas.

Darmi Siama Syukron ustad, semoga selalu dalam lindungan Allah swt





Sumber : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1180858322027623



0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.