Sunday, April 23, 2017

on Leave a Comment

Hubungan orang tua dan anak di dunia dan di akherat

Kurniawan ke Sinar Agama
15 Maret
ustad saya mau tanya .. begini, ayah saya telah meninggal tahun 2012 .. kemudian belum lama ini ibu saya menikah dengan duda .. jujur saya sangat tidak menyukainya karena dia tidak memberi tahu saya akan pernikahan itu .. tapi saat saya sekolah ibu saya sudah menikah dirumah tanpa sepengetahuan saya .. dan tadi saya baca di google ada hadits yang menegaskan bahwa jikalau istri , suami, dan mantan suaminya masuk surga .. maka istrinya akan disatukan dengan suami terakhir .. lalu jika saya sebagai anaknya juga masuk surga , lalu sebaiknya saya ikut siapa? apakah dengan ayah kandung saya apa dengan ibu saya dan suaminya yang tidak begitu saya sukai? tolong jawabannya ustad .. dan terimakasih

SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Pertama, antum/Anda jangan terlalu memusingkan urusan di surga kelak. Sebab itu masih akan terjadi di masa mendatang.


2- Di surga itu tidak ada kesedihan apapun. Jadi, kalau memang kita semua masuk surga, maka kelak pasti tidak akan menemui perasaan susah, sedih, tidak nyaman dan semacamnya WALAU seujung jarum sekalipun. Jadi, kalau antum masuk surga, maka pasti di sana sudah tidak akan mengalami apapun, baik rasa tidak suka, kurang suka dan semacamnya. 

3- Saya sudah sering menjelaskan (setidaknya sudah pernah menjelaskan) bahwa hukum di dunia dan akhirat itu berbeda. Kalau di dunia hukum antar anak dan orang tua, seseorang dengan tetangga dan orang lain, adalah hubungan dan hukum kesosialan yang menuntut adanya aturan/fiqih tersendiri. 

Misalnya anak wajib menghormati dan menaati orang tuanya. Padahal bisa saja orang tuanya tidak shalat dan masuk neraka sementara anaknya ahli taat dan masuk surga. Itulah gunanya agama mengatur hukum/fiqih berhubungan dengan segala macam bentuk hubungan manusia, baik pribadi, kekeluargaan, sosial, ekonomi, politik, budaya, pertahanan dan semacamnya. 

Jadi, hubungan dan hukum dunia, adalah hubungan dan hukum kesosialan antar manusia dengan dirinya atau orang lain.

Sementara di akhirat, hubungan dan hukumnya adalah ke-manusia-annya atau keesensianmanusianya atau hakikat kemanusiaannya, bukan hubungan kesosialannya. Artinya, kelak di akhirat, yang akan ditatap dan dijadikan dasar penilaian dan yang akan dijadikan landasan kehidupan manusianya, adalah kehakikatanmanusianya. Siapa yang manusia, maka akan masuk surga dan siapa yang binatang atau campuran antara manusia dan binatang, maka akan dimasukkan ke neraka. 

Kasarnya, nanti di akhirat sudah tidak ada lagi anak-anakan, ayah-ayahan, ibu-ibuan, suami-suamian, isitri-istrian, guru-guruan, murid-muridan dan semacamnya. Yang ada hanya manusia dengan dirinya sendiri. Karena itulah tidak heran kalau Allah swt dalam QS: 80:34-37, berfirman: 

يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (34) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ (35) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ (36) لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ (37)

"Pada hari (kiamat) seseorang lari dari saudaranya (34) dan (dari) ibunya dan ayahnya (35) dan (dari) istri dan anak-anaknya (36) Setiap orang pada hari itu memiliki urusannya (kesibukan, masalah) sendiri." 

Kalau antum bertanya mengapa saling lari satu sama lain? Sebab mereka akan saling tuntut menuntut agar bisa mendapat tambahan pahala dan selamat dari neraka yang bergelora di hadapan mereka. Maksudnya kalau satu orang punya tanggungan dengan orang lain, misalnya ayah memiliki tanggungan pada anaknya yang belum dipenuhi di dunia, maka kelak sebagian pahala ayahnya akan diambil untuk diserahkan kepada anaknya agar menutupi tanggungannya sewaktu di dunia, begitu pula sebaliknya. Kalau tidak punya pahala kebaikan atau punya akan tetapi tidak cukup, maka dosa yang dizhalimi itu akan dikurangi dan akan diserahkan kepada yang menzhalimi. 

Kasarnya tuntut menuntut di sana sudah ada dasar jati diri manusianya, bukan lagi hubungan sosialnya. Lebih kasar lagi, sudah kejam atau sudah berjalan di atas dasar keadilan yang sesungguhnya alias tidak ada lagi kasihan mengasihani yang didasarkan pada hubungan sosialnya sewaktu di dunia. Karena itu, kalau orang tua menuntut anak atau anak menuntut orang tua, justru yang dijasikan alat penuntutan itu adalah hubungan sosialnya sewaktu di dunia untuk dijadikan alat keadilan murni atas dasar hakikat kemanusiaannya ketika sudah di akhirat. Kalau boleh bicara tidak sopan, di akhirat sudah menjadi ellu ellu, gue gue. Begitu. 

Karena itulah Imam Ali as mengatakan bahwa: 

"Dunia itu alam amal tanpa balasan, dan akhirat itu balasan tanpa amal."

Salah satu artinya (semoga benar) adalah bahwa ketika dunia itu alam/tempat amal, maka diperlukan adanya hukum yang mengatur hubungan sesama, apakah itu hubungan anak dan orang tua, suami-istri, pemimpin dan rakyat, sesama keluarga, hubungan bisnis, politik, budaya dan semua hal yang menyangkut manusia. Akan tetapi ketika di akhirat, karena merupakan alam balasan tanpa amal, maka hubungan dan hukum sosial di dunia itu, sudah tidak ada lagi, sebab memang sudah tidak diperlukan lagi untuk amal. Itulah mengapa di sana yang difokus adalah hakikat manusianya, bukan hubungan antar sesamanya yang beraneka ragam itu.

4- Dengan penjelasan di atas itu dapat dipahami bahwa kalau antum dan ketiga orang tua antum itu masuk surga (semoga demikian dan begitu pula kita semua, amin), maka di sana sudah bukan anak-ayah lagi, suami-istri lagi, melainkan kita masing-masing dengan hakikat dan derajat masing-masing.

5- Dari semua penjelasan di atas itu pula, maka dapat dipahami bahwa karena di surga itu berderajat, maka hanya yang sekelas saja yang bisa berada dalam derajat yang sama. Kalau tidak sederajat, maka tidak akan ada di posisi yang sama. Karena itu, bisa saja anak atau istri, jauh di atas derajat orang tua atau suaminya di salam surga itu. Dan kalau demikian, maka sama sekali tidak akan dibersamakan di dalam surga sekalipun sama-sama di dalam surga. Tentu saja, kalau ada ijin dari Allah swt untuk mendapat syafaat, maka bisa saja nanti disederatkan. 

6- Dari semua penjelasan di atas itu, maka setiap wanita akan bersama dengan lelaki yang sederajat di surga, baik suaminya sewaktu di dunia atau bukan suaminya. Dan kelak bagaimana kelanjutan mereka apakah akan dijodoh-jodohkan oleh Tuhan atau bagaimana, maka kita tinggal tunggu saja nanti. Intinya urus dulu agar kita masuk surga. Memang ada penjelasan Nabi saww bahwa kalau sama-sama masuk surga (tentu saja dapat dipahami sederajat juga), maka suami-isti akan disatukan kembali. Karena itu, kita tinggal tunggu saja kelak bagaimana rincian-rinciannya. Sekarang kita mesti belajar fiqih dengan sepenuhnya dan mengamalkannya agar dapat masuk surga.

7- Tanggung jawab antum sekarang adalah tetap menghormati ibu, baik langsung yakni pada ibunya, atau tidak langsung yaitu pada suami ibu. Sebab tidak menghormati suami ibu, sama dengan tidak menghormati ibu. Yang ke dua, belajar fiqih keseharian yang lengkap dan mengamalkannya dengan teliti dan ikhlash tanpa batas. 

8- Islam karena agama dan bukan pelajaran filsafat, maka tujuan penjelasannya adalah untuk kebaikan manusia di bumi, yakni beramal dengan fiqih Allah swt. Karena itu, sebagian hal, memang tidak dijelaskan secara rinci. Misalnya tentang akhirat dan seluk beluknya di surga. 

9- Satu lagi, sudah sering dijelaskan bahwa akhirat itu sudah merupakan ruh tanpa badan materi lagi dan sebagai gantinya adalah badan barzakhi (seperti kalau kita melihat orang dalam mimpi yang semuanya seperti materi tapi bukan materi). Karena itulah hubungan sosial materi ini sudah tidak ada lagi. Dengan kata laih nafsu yang ada di dunia ini, sudah tidak ada lagi di sana. Sedang bagaimana jadinya hubungan antar ruhani barzakhi, atau antar keinginan sesama di sana, maka merupakan PR yang kepastiannya bisa ditanyakan kepada Imam Mahdi as kalau beliau as sudah diijinkan Tuhan untuk keluar mengenalkan diri dan memimpin umat kepada keadilan menyeluruh di seluruh muka bumi ini. 

10- Tahu tidak tahu hakikat dan detail-detail di akhirat dan surga, bukan hal yang sangat dianjurkan dan ditekankan dalam ajaran Islam. Yang ditekankan dan sangat super dianjurkan adalah mengenali jalan masuk surga (akidah-fiqih) dan mengamalkannya secara benar dan ikhlash. 

Oh iya, salah satu jalan yang dianjurkan Islam agar mudah masuk surga adalah saling tidak berbuat zhalim antar sesama dan saling memaafkan antar sesama.

Semoga kita semua bisa selamat dari neraka dan bisa masuk surga walau di derajat paling rendahnya sekalipun, amin. Wassalam.

Kurniawan amin .. maaf ustad sebenarnya rasa yang ada dihati saya adalah saya belum rela ada yg menggantikan posisi ayah kandung saya .. dulu sewaktu ayah saya masih ada dia begitu baik, orangnya enteng, suka menolong bahkan walaupun sudah tiada masih banyak teman" ayah saya yang menceritakan kebaikan ayah saya dulu .. mereka bilang (saya blm bisa menganggap ayah kamu meninggal, namun saya menganggapnya bahwa ayah kamu hanya pergi jauh saja) .. dan saya sering berfikir kapan saya bertemu dengan sosok yang menurut saya itu harta terindah dihidup saya .. dan beberapa hari yang lalu saya merasa senang sekali .. kebetulan teman sekelas saya memiliki kelebihan (indigo) saat itu saya maen h di dekatnya dia lihat hp saya yang walpapernya foto alm ayah saya .. kemudian dia bilang (loh ini ayah kamu ya?) saya jawab (iya kenapa?) dia jawab (saya sering melihatnya disini, dia sering menatapmu ) teman saya juga bilang wajah ayah saya bercahaya layaknya orang yang selama didunia berperilaku baik .. seketika itu saya menangis saya sangat bahagia saya tidak menyangka ayah saya masih selalu ada buat saya .. saat saya menangis teman saya menangis juga dan dia bilang dia terharu dan bilang (ayah kamu barusan kesini dia dibelakangmu dan dia memeluk serta mencium pipimu walaupun dia tidak dapat memegang tubuhmu) seperti itu ustad .. dari itu saya tambah kagum dengan ayah dan saya berharap kelak nanti saya akan bersama ayah saya dan tidak akan terpisahkan lagi dengan ayah .. maaf ustad saya malah bercerita terlalu panjang .. saya binggung harus bercerita kebahagiaan saya kepada siapa ..

Sinar Agama Kurniawan, saya tidak tahu harus berkata apa: Saya sudah sering mengatakan kepada teman-teman untuk hati-hati dengan permainan tukang tipu yang mengira tahu non materi (ghaib) dan/atau dengan permainan jin yang suka menjelma pada orang-orang tertentu untuk menebarkan kesesatan dengan memakai nama dan ruh orang-orang yang telah meninggal. 

Apapun itu, kalau ayah antum orang baikpun (semoga memang demikian adanya), maka kita tidak boleh mengidamkan selain Rasulullah saww dan para Imam Makshum as, kecuali dengan maksud bersama orang yang kita cintai untuk bersama sungkem kepada Nabi saww dan Ahlulbait as di surga. Jadi, idaman kita mesti bertemu dan bersama Nabi saww dan Ahlulbait as, sekalipun mengidamkannya bisa dengan bersama orang yang kita cintai dan hormati. 

Hal itu karena Nabi saww dan Ahlulbait as itu adalah hakikat dan sumber kebaikan mutlak yang telah ditunjuk Allah swt untuk menjadi wakil keberananmutlakNya di muka bumi. Jadi, apapun kebaikan dan dari siapapun, sama sekali tidak bisa dibanding dengan kebaikan mereka as.

Kurniawan terima kasih ustad .. jawaban ustad benar" membuat saya lega dan tau apa yang harus saya lakukan saat ini

Enceng Doank Doank Ustadz, kalo org memimpikan seseorang yg sdh meninggal, apakah yg dilihatnya dlm mimpi itu adalah ruh org itu? Bgm jg kalau memimpikan org yg masih hidup? Apakah alam mimpi termasuk alam ruh? Atau termasuk alam non materi kategori lain? Sinar Agama

Sinar Agama Enceng Doank Doank, bisa berbagai kemungkinan. Bisa ruh orang yang telah meninggal itu, bisa pula jin yang ingin menyesatkan kita. Kalau yang hidup, bisa jati dirinya, bisa juga jin, bisa juga berbagai hal lainnya yang memiliki makna tersendiri.

Enceng Doank Doank Bgm dgn org yg bermimpi bertemu dgn Rasul Saww atau imam 12 lainnya? Sinar Agama

Sinar Agama Enceng Doank Doank, sudah sering dijelaskan bahwa yang kita lihat dalam mimpi itu sangat-sangat belum tentu Nabi saww atau para Imam as. Sebab yang tidak bisa ditiru syaitahn itu adalah wajah mereka as, bukan berbohong atas nama mereka as (dengan wajah lain). Karena kita tidak tahu wajah mereka as, maka apapun penampakan yang kita lihat dalam mimpi, belum tentu wajah mereka as hingga syaithan tidak bisa menirunya.

Enceng Doank Doank Terimakasih ustadz



Sumber :  https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1199306950182760







0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.