Sunday, April 23, 2017

on Leave a Comment

Apakah bisa mengenali Tuhan dengan ilmu-ilmu seperti fisika, biologi, maematika dan logika?

Nanya ustadz,,apakah ilmu2 seperti fisika, biologi, maematika dan logika tdk bisa digunakan untuk mengenali Tuhan...apakah untuk mengenali Tuhan cukup dengan ilmu agama sj, soalnya ada teman yg ngotot bhw ilmu logika tdk bertujuan untuk memahami Tuhan,,kalau ingin mengenali atau memahami Tuhan cukup llmu agama sj,,selain itu dia mengatakan adakah rumus fisika, logika dan biologi yg mampu mengetahui Tuhan...
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Semua hal yang ada di alam ini, bisa dijadikan alat dan dalil mengenal Tuhan. Allah swt sendiri dalam QS: 41:53 berfirman:


سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ 

"Kami akan menunjukkan kepada mereka bukti-bukti -yang ada- di dalam alam semesta dan di dalam diri mereka sendiri, hingga menjadi terbukti bahwa Dia adalah hak/benar."

2- Logika apa lagi. Karena logika itu kerjaannya akal yaitu berpikir dan menata pikirannya. Nah, kalau keTuhanan, aturan hukum (fiqih), aturan dalam sosial, budaya, ekonomi, politik, militer, perang, teknologi, kimia, komputer, antariksa, radar, luar angkasa dan semacamnya itu, tidak bisa dipahami dan dicerna dengan akal dan logika, maka buat agama diturunkan? Bukankah agama diturunkan untuk menata manusia dalam segala bidang-bidang tersebut?

3- Logika apa lagi (apa lagi yang ke dua, he he ..). Logika itu kan kerjaan akal yaitu berpikir dan menata pikirannya. Sedang binatang tidak punya akal. Nah, mengapa manusia dituruni agama dan binatang tidak? Jawabannya hanya satu, yaitu karena manusia punya akal dan logika. Karena itulah maka justru karena keberakalan dan kerberlogikaan manusia itulah, Tuhan menurunkan agama kepada manusia untuk mengatur segala aspek kehidupannya, baik urusan ibadah khusus, ibadah umum, atau bahkan dalam hal-hal apa saja yang menyangkut kehidupan dunia manusia, seperti teknologi, budaya, sain dan semacamnya itu. 

4- Kalau ada orang belajar logika atau bahkan mengajarkan logika, tapi tidak tahu kalau logika itu bisa dibuat alat mengenal Tuhan (dimana bahkan alat paling canggihnya dan nomor satunya), maka berarti dia masih belum tahu logika itu dan pikirannya jelas belum tertata baik sesuai dengan ilmu logika. 

Logika akal itu justru lebih canggih dari agama dan lebih dahulu dari agama. Sebab dari awal sebelum memilih agama apa yang akan dianut, akal dan logika terlebih dahulu harus memeriksanya, mana agama yang masuk akal dan logika dan mana yang tidak bisa. Jadi, akal dan logika itu justru ada di peringkat sebelum penerimaan agama. Lah, kok bisa dikatakan bahwa akal dan logika tidak bisa untuk mengenal Tuhan?

5- Kesimpulan dari uraian di atas:

Dari uraian ringkas di atas, dapat disimpulkan bahwa agama selalu memerlukan akal dan logika, baik agama yang turun atau yang akan naik:

a- Agama Turun Perlu Akal.
Agama Turun maksudnya adalah agama yang akan diturunkan. Agama yang akan diturunkan, kalau tidak ada akal dan logika, maka tidak bisa diturunkan. Karena itulah yang memiliki agama hanya manusia yang punya akal dan logika, bukan binatang yang tidak memiliki keduanya. 

Sedang agama, mengajarkan semuanya, yaitu keTuhanan, aturan hidup setingkat pondasi yaitu fiqih, aturan hidup setingkat di atas pondasi namun setelah pondasinya ada dan kokoh yaitu akhlak dan irfan.

Sedang aturan hidup, menyangkut segala hal seperti politik, sain, budaya, ekonomi, antariksa, kimia dan apa saja yang bersentuhan secara langsung atau tidak dengan kehidupan manusia.

Dengan demikian maka akal dan logika bukan hanya bisa menjadi alat mengenal Tuhan dan agama dengan segala macam ajarannya itu, akan tetapi bahkan menjadi dasar paling utama dimana tanpa akal dan logika itu apapun tentang keTuhanan dan kerincian keagamaannya tidak bisa diturunkan.

b- Agama Naik Perlu Akal.
Agama Naik maksudnya adalah agama yang dipahami manusia untuk dijadikan alat naiknya dirinya dalam memahami keTuhanan dan ajaranNya dan menjadikannya alat aplikasi nyata dalam segala aspek kehidupannya. 

Kalau Agama Turun perlu akal dan lodika, maka Agama Naik juga demikian. Karena itulah walau ada kitab suci di masjid-masjid, maka tidak ada satu kambingpun yang membacanya, tidak ada satu semutpun yang melewati kitab suci tersebut yang membacanya, bahkan kalau ada serangga kutu buku maka dia bisa saja akan memakan kitab suci tersebut. Mengapa binatang-binatang itu seperti itu? Jawabannya hanya satu, yaitu karena mereka tidak punya akal dan logika. Karenanya mereka tidak tahu bahwa kitab suci itu adalah kitab yang hebat dan wajib dipelajari dan diamalkan.

6- Sanggahan (isykalan) dan Jawaban:

Kalau akal mendahului agama lalu buat agama diturunkan?

Jawabannya adalah:

a- Karena akal tidak bisa mengenal detail-detail apa yang harus dilakukan untuk keduniannya dan apalagi keakhiratannya. Mungkin bisa banyak tahu tentang apa yang harus dilakukan di dunia, akan tetapi perlu kepada sejarah sain berjuta-juta tahun lamanya. Sekarang saja masih banyak sain yang masih keliru dan perlu disempurnakan. Nah, kalau Tuhan hanya mewajibkan manusia untuk ikut akalnya saja dan/atau membiarkan manusia tanpa bimbinganNya Yang Maha Tahu itu, maka jelas Tuhan tidak bisa disifati dengan Maha Kasih dan/atau Maha Pemberi Hidayah, bahkan sebaliknya akan disifati dengan Kejam, Bengis dan semacamnya (na'udzubillah) sebab membiarkan manusia hidup kesulitan dalam mengambil penyimpulan dan aplikasinya sehubungan dengan seluruh kehidupannya, baik pribadi dan sosialnya yang mencakup segala hal itu. 

b- Agama, secara global mengajarkan dua hal atau kelompok:

b-1- Yang mudah diketahui akal dan/atau sudah diketahui. 
Dalam hal ini, agama bertujuan hanya al-dzikir atau mengingatkan. Dalam istilah ilmiah pelajaran agama, dikatakan sebagai Irsyaadii (bimbingan). Maksudnya mengingatkan dan menekankan kepada yang sudah diketahui atau mudah diketahui oleh akal dan logika manusia. 

b-2- Yang sulit diketahui akal.
Dalam hal ini, agama bertujuan mengajarkan kepada manusia, bukan mengingatkan. Dalam peristilahan ilmiah agama, dikatakan sebagai Ajaran Maulawi (pengajaran dan/atau perintah). Akan tetapi mesti diingat, bahwa agama memerlukan akal dan logika manusia karena hanya akal dan logikanya itu yang bisa memahami ajarannya (agama). 

Yang sulit diketahui manusia itu banyak sekali termasuk hal-hal dunia materi seperti teknologi, sain, sosial, budaya, ekonomi, kemiliteran dan apa saja yang menyangkut kehidupan manusia (tentu banyak juga yang sudah dan/atau mudah diketahui akal manusia yang tujuan agama dalam hal ini hanya mengingatkan sebagaimana maklum). Apalagi hal-hal yang menyangkut hal yang non seperti ruh, malaikat, alam kubur, alam akhirat, pahala, dosa, dan semacamnya, maka akan sangat sulit diketahui manusia tanpa bimbingan Sang Maha Tahu yaitu Allah swt melalui agamaNya. 

DENGAN SEMUA PENJELASAN DI ATAS DAPAT DIPAHAMI BAHWA AKAL DAN LOGIKA MANUSIALAH YANG BAHKAN MENJADI PENENTU ARAH DAN PAHAMAN AGAMA DI BUMI SETELAH DITENTUKAN DI LANGIT OLEH ALLAH swt.

Semoga teman-teman dapat mengambil tulisan di atas dengan baik, karena dia telah diambil dari induk suci hauzah secara peliputan segala aspek yang memungkinkan (Tafsir, Hadits, Fiqih, Akhlak, Kalam, Filsafat, Irfan, dan lain-lainnya) WALAU tentu dengan kadar hati dan akal saya yang banyak terhijabi dosa dan cinta dunia ini hingga membuat penangkapannya hanya ibarat atom di banding hakikatnya yang lebih luas dari alam semesta ini, amin.

Enceng Doank Doank Trims ustadz...Allahummah Shalli Ala Muhammad Wa Aali Muhammad

Saja Zaenal Salam

Enceng Doank Doank Ustadz,,,boleh nambah pertanyaan? Sebenarnya ketika kita selalu berfikir bhw segala sesuatu itu bisa dihubungkan dgn Tuhan, itu termasuk sesuatu yg logis atau krn cocoklogi, atau krn pemikiran yg irfani? Dan apapula yg dimaksud cocoklogi itu ustadz, soalnya sy sering menemukan istilah ini keluar ketika kita berdiskusi dgn para ahli logika hehe...trims sebelumnya...Sinar Agama

Sinar Agama Enceng Doank Doank, saya baru dengan dari antum cocoklogi itu apa. Apapun itu, secara ilmu Logika, Filsafat, Irfan, Kalam, Fitrah, Akal Sederhana, Akal Pelik, tidak ada yang tidak dapat melihat bahwa semuanya itu berhubungan atau bisa dihubungkan dengan keTuhanan dan keagamaan.

Misalnya, Ilmu Logika itu membahas tiga obyek bahasan, Definis, Argumentasi dan Lima Ilmu.

a- Definisi adalah hakikat sesuatu. Logika mengantar manusia untuk dapat mendefinisikan dengan baik. Karena itu, sebelum mendefinisi, mengenalkan dulu berbagai hal, seperti apa itu pahaman, apa itu pahaman partikulir dan universal, apa hubungan antar sesama pahaman, apa hubungan antar pahaman dan ekstensinya dan seterusnya. Lalu setelah sampai kepada pengajaran definisi, diberi tahu bahwa sebelum mendefinisi itu mesti mengenal dulu apa yang dikatakan tanggap pahaman, yakni dari pahaman partikulir, lalu ke universal golongan, lalu ke universal genus rendah, lalu genus tengah dan genus tinggi/puncak. Lalu dikasih tahu juga macam-macam definisi, seperti Definisi dengan batasan penuh, Definisi dengan batasan kurang dan seterusnya, Defenisi dengan gambaran dan semacamnya. 

Nah, kalau mau main kasar, maka ketika kita mau mendefiniskan arti/esensi Makhluk itu apa, arti/esensi Tuhan (terlepas bisa atau tidaknya, semua itu diajari Logika), arti/esensi Sebab, arti/esensi Akibat, arti/esensi Terbatas, arti/esnsi Tdak Terbatas, arti/esnsi Materi, arti/esensi Non Materi, arti/esnsi Dunia, arti/esensi Akhirat, arti/esensi Agama, arti/esensi Iman, arti/esensi Kafir, arti/esensi Nabi/rasul, arti/esensi Imam/pemimpin, arti/esensi Kitab Suci, arti/esensi Kitab Tidak Suci, arti/esensi Hadits, arti/esensi Fiqih/hukum, ...... dan sejuta esensi/arti yang lainnya, maka apakah semua itu tidak berhubungan dengan agama secara langsung?

g- Argumentasi.
Dalam pelajaran argumentasi ini Logika mengajarkan terlebih dahulu apa arti hakikat, majazi, simbolik, khayalan, angan-angan, jadal/sophist, dan semacamnya. Logika juga mengajarkan bagaiman berargument yang baik. Mana yang harus didahulukan dan ditengahkan dan diakhirkan. Mana yang harus dijadikan batas tengah, batas kecil, batas besar dan semacamnya. Logika juga mengajari bagaimana menggunakan semua instrumen-instrumen itu untuk menghasilkan argumentasi yang benar dan gamblang, bukan puitis, simbolik dan apalagi khayali dan sophistik.

Kalau mau main kasar (baca: tanpa berbelit-belit dalam penjelasan), ketika kita mau berargumen tentang definisi yang kita bangun tentang hal-hal di atas itu (poin a) lalu apa yang mau kita katakan? Yakni kalau Logika tidak mengajarkan semua itu, apa yang bisa kita katakan dalam mengargumentasi-i semua defini-definisi di atas yang mana sangat berhubungan dengan Tuhan, agama dan semacamnya itu?

c- Lima Ilmu.
Dalam Lima Ilmu, Logika lebih mengenalkan lagi kepada kita apa ciri-ciri hakikat argumentatif, puitis, sophist, debat dan retorik. 

Nah, di sini apa lagi. Logika akan dengan tegas membagi-bagi mana-mana yang masuk hakikat atau yang juga diistilahkan dengan argumentatif (yakni argumentasi yang argumentatif), dan mana yang penipuan (yakni argumentasi yang pada hakikatnya menipu/sophist), mana yang jadalis (argumentasi yang pada hakikatnya hanya pengembalian masalah), mana yang puitis (yakni argumentasi yang pada hakikatnya hanya berpuisi dan ngibul indah), mana yang retorik (yakni argumentasi yang pada hakikatnya hanyalah bentuk tekanan kepandaian beretorika demi menghanyutkan pendengarnya). 

Nah, Ilmu Logika yang tidak pernah main-main dengan pengajarannya itu, mana bisa dikatakan tidak berhubungan dengan keTuhanan dan agamaNya?

Semua memilki argumentasi, baik yang beragama Islam atau selainnya, baik yang Syi'ah atau selainnya, baik yang selainnya yang ini dan selainnya itu yang itu. Semuanya memiliki argumentasi tentang kebenaran Tuhan dan agama serta madzhab yang mereka/kita anut. Padahal semuanya berbeda. Nah, Ilmu Logika yang mengajari kita mengenali mana argumentasi yang hakiki/argumentatif dan mana yang bukan, bagaimana dikatakan tidak ada hubungannya dengan keTuhanan dan agamaNya?

SUNGGUH ORANG YANG MENGATAKAN BAHWA ILMU LOGIKA ITU TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN KETUHANAN DAN KEAGAMAAN, SAMA SEKALI TIDAK MENGENAL ILMU LOGIKA. SEBAB ILMU LOGIKA ITU DIKENAL DENGAN DASARNYA SEMUA ILMU, MI'YAR ATAU UKURANNYA ILMU SERTA MIZAN ATAU TIMBANGAN PENENTUNYA KEBENARAN DAN KESALAHAN ILMU (apa saja). ARTINYA TANPA ILMU LOGIKA MAKA TIDAK ADA ILMU YANG BISA DIJADIKAN UKURAN KEBENARAN, BAIK ILMU KEDUNIAAN ATAU KETUHANAN, KEAGAMAAN DAN KEAKHIRATAN. 

KASARNYA, KETIKA ILMU LOGIKA ITU MENGAJARI KITA MENGELELOLA SEMUA PAHAMAN YANG ADA DI AKAL KITA AGAR DAPAT DIJADIKAN DEFINISI DAN ARGUMENTASI YANG BAIK, LALU PAHAMAN KITA ITU TERMASUK KETUHANAN DAN AGAMANYA, MAKA BAGAIMANA BISA DIKATAKAN BAHWA ILMU LOGIKA TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN KEDUANYA? KALAU BEGITU LALU APA YANG AKAN DIBENAHI ILMU LOGIKA DALAM MENATA PAHAMAN-PAHAMAN DI DALAM AKAL MANUSIA??????!!!!!

Enceng Doank Doank Baik ustadz, terimakasih untuk pencerahannya terus menerus ini...soal cocoklogi sy jg kurang mengerti, itu kadang2 dilontarkan teman diskusi sy yg mkn merasa jago logika itu, ketika kita memberikan argumen yg dianggap mkn tdk logis...semoga ustadz tetap sehat sehingga kami selalu bisa belajar, aminn!!



Sumber : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1199306950182760




0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.