Wednesday, March 22, 2017

on Leave a Comment

Apa yang dimaksud dengan Mizan Atau Timbangan di akherat nanti?

Salam ustd ..sering mendengar istilah mizan ato timbangan ..jika amal lebih berat dari dosanya maka akan masuk surga ..mohon pencerahanya ..
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Timbangan itu di dunia ini saja ada dua macam:


a- Timbangan Tradisional, yaitu yang memiliki poros/tiang di tengah dan di kanan dan kirinya terdapat wadah tempat barang yang ditimbang dimana satu diisi dengan barang dan satunya lagi dengan batu timbangan sesuai ukuran yang diinginkan. Anggap memiliki dua sayap.

Pada timbangan ini, memerlukan dua benda, yaitu yang satu barang yang ditimbang dan satunya lagi ukuran timbangannya atau batu timbangan.

b- Timbangan Digital. Yaitu yang tidak memiliki poros tengah dan kedua sayapnya. Timbangan ini hanya memiliki satu sayap saja yaitu berat yang ditimbang. Sedang batu timbangannya tidak ada. Yang ada hanya berat yang ditimbang dan ukuran berat yang nampak dalam timbangan satu sayap tersebut (Digital).

2- Timbangan di akhirat hanya memiliki satu model saja, yaitu mirip Timbangan Digital. Ukurannya hanya Haq/hak/benar. Kalau di dalam timbangan digital memilik ukuran berat saja, maka kalau di dalam timbangan akhirat memiliki timbangan hak/benar saja. Jadi, seseorang kelak ditimbang dengan timbangan satu sayap saja, yaitu timbangan hak. Ini ayatnya, QS: 7:8:

وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

"Dan timbangan pada hari itu hanyalah Hak/kebenaran. Barang siapa yang berat timbangannya maka mereka itulah orang-orang yang berjaya (masuk surga)."

3- Dengan semua itu, dapat dipahami bahwa yang kafir atau yang banyak maksiat dan/atau yang taat tapi ngarang sendiri (seperti tidak taqlid dalam fiqih, membuat sendiri nilai-nilai akhlak, dan semacamnya) maka akan jauh dari hak tersebut. Artinya timbangan hak-nya tidak akan nyala. Dan manakala tidak nyala, maka dia tidak akan lolos ke surga, kecuali mendapat syafaat kalau memiliki potensi. Tapi yang meraja lela, seperti membuat ukuran sendiri dengan kecongkakan hingga tidak mewajibkan fiqih misalnya (bedanya orang yang katakanlah tidak menerima kewajiban shalat dan/atau tidak menerima hukum shalat melalui fatwa marja' dengan orang yang tidak melakukan shalat, sangat jauh sekali, yakni teramat besar dosa yang pertama karena termasuk congkak dan menentang hukum Tuhan artinya bukan sekedar tidak mengamalkannya seperti golongan ke dua yakni yang tidak shalat itu misalnya), maka saya yakin sekali akan sangat sulit mendapatkan syafaat. Semoga kita dijauhkan dari congkak dan membuat ukuran kehidupan yang bukan dari Tuhan walau bergaya keTuhanan dan keIslaman, amin. 

4- Kesimpulan: 

- Timbangan akhirat itu hanya memiliki satu sayap, yaitu hak atau kebenaran.

- Yang tidak benar seperti kafir atau maksiat atau taat dengan ngarang sendiri (seperti tidak beramal sesuai fatwa marja'), maka akan jauh dari hak, dan karenanya tidak akan lolos ke surga.

- Tentang siapa yang berpotensi mendapat syafaat hingga dicakupi kehendak Tuhan untuk memberikan syafaat pada dirinya, maka kita serahkan kepada Tuhan dan tidak ada satu orangpun yang bisa mentang-mentang memastikan bahwa dirinya akan mendapatkan syafaat tersebut apapun alasannya. Karena itu, syafaat itu hanya bisa diharapkan dan tidak bisa dipastikan. Pengharapan syafaat yang logis adalah dengan terus meningkatkan taqwa dan menjauhi segala maksiat dengan sedaya upaya maksimal tanpa putus asa sampai ajal menjemput kita.

Sukarno Karno Mantap sken


Sumber : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1172235882889867



0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.