Wednesday, March 8, 2017

on Leave a Comment

Apa makna dari, Raja dihari pembalasan, orang yg dimurkai dan yg disesatkan?

Salam.
1. Apa makna dari, Raja dihari pembalasan, orang yg dimurkai dan yg disesatkan?
2. Dua Minggu kemudian baru diketahui , kalau sholatnya menghadap Kiblat yg keliru.
Apakah sholatnya diulang atau sudah sah?
Ket: pada waktu itu sudah yakin kiblatnya benar, karna sudah berusaha mencari Kiblat yg benar dengan mengikuti Kiblat masjid, walaupun jaraknya sekitar 500 meter.
Suka
Komentari
6 Komentar
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- :


a- Raja di Hari Pembalasan, maksudnya penguasa mutlak di hari kiamat dan hisab. Kalau di dunia, Tuhan memang penguasa mutlak, tapi haanya dalam takwin atau wujud ciptaan, bukan pada ikhtiar manusia. Karena ikhtiar manusia dengan sengaja sesuai iradahNya, Dia telah menyerahkan kepada manusia. Karena itu, di dunia sering kali perintahNya dilanggar oleh manusia hingga terlihat semacam Dia tidak berkuasa mutlak. 

Memang secara filosofis tetap mutlak, sebab ikhtiar itu diserahkan olehNya sesuai dengan kekuasamutlakanNya hinga tidak ada sesiapapun yang bisa menolak pemberian ikhtiar tersebut. Akan tetapi fokus kita pada kemutlakan kekuasaan pada segala dimensinya, bukan hanya dari sisi pemberiannya. 

Sedang di akhirat berbeda. Di sana sudah tidak ada kebebasan ikhtiar. Semua manut dan taat pada Allah swt. Kalau disuruh oleh diam, maka semuanya akan diam. Kalau ada yang disuruh bicara, maka dia tidak bisa menolaknya dan akan berbicara. Ini yang dimaksudkan Raja yang memiliki kuasa mutlak. 

Begitu pula para pemberi syafaatpun, tidak bisa macam-macam di sana. Semua tunduk pada KuasaNya secara mutlak. Tidak ada yang bisa bicara mau mensyafaati seseorang, tanpa diijinkanNya terlebih dahulu. Tidak ada yang bisa mensyafaati seorangpun setelah bicaranya orang yang akan memberi syafaati itu, kecuali dengan ijinNya semata. Ini gambaran Raja di Hari Pembalasan. 

b- Orang yang dimurkai itu sebenarnya orang yang jauh dari rahmatNya. Tuhan Yang Maha Suci dan Sempurna, adalah keIndahan dan keSempurnaan serta keAgungan Mutlak. Jadi, tidak ada penderitaan yang datang dariNya Yang Maha Indah secara mutlak itu. 

Karena itu, kalau ada orang yang dikatakan dimurkai, maksudnya adalah dia/manusianya itu sendiri yang menjauhi keMahaIndahanNya, keMahaRahmatanNya dan keMahaRidhaanNya tersebut. 

Ketika Maha Ridha itu seiring dengan DzatNya Yang Maha Sempurna dan Indah secara mutlak itu, dimana keseiringan terhadap semua itu sudah Dia berikan dalam bentuk agama dan tidak mungkin berupa kesesatan dan/atau kemaksiatan, maka yang tidak beragama atau tidak beragama dengan baik, akan berjarak dari keMahaRidhaanNya. Dan ketika berjarak dan/atau jauh dari keMahaRidhaanNya itulah yang dikatakan dimurkai. Dimurkai yakni terjauhkan dari RidhaNya akibat ulah manusia sendiri yang memilih jalan sesat atau maksiat. 

Ini yang sulit dipahami Wahabi. Mereka kira, kalau Tuhan itu Maha dekat, maka tidak perlu tawassul dan bahkan bertawassul merupakan kesyirikan. Memang Tuhan Maha Dekat, tapi apaNya dulu. Kalau KuasaNya, maka memang Maha Dekat sekalipun kepadan Fir'aun dan Iblis. Tapi kalau Maha RidhaNya, mana bisa dekat? Nah, karena itulah, ketika kita jauh dari keMahaRidhaanNya, dianjurkan bertawassul olehNya sendiri, sebagaimana dijelaskanNya di banyak tempat di Qur an seperti QS: 4:64:

وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا

"Dan kalaulah mereka berbuas aniaya terhadap diri mereka sendiri (dosa), datang kepadamu (Muhammad) lalu meminta ampun kepada Allah dan Rasul juga memintakan ampunan untuk mereka, maka mereka akan mendapatkan Allah itu Maha Pemberi Taubat dan Penyayang."

c- Yang disesatkan juga sama penjelasannya dengan yang dimurkai. Yakni disesatkan itu, bukan Tuhan yang menyesarkan. Kalau Tuhan yang menyesatkan, maka Tuhan yang salah dan manusia tidak bisa dihukum. Penyesatan itu bisa dibagi pada dua secara global:

c-1- Penyesatan dari awal sebelum manusia melakukan pelanggaran. 

Di sini jelas Tuhan tidak mungkin melakukannya. Sebab selain bertentangan dengan keMahaSempurnaanNya itu, juga karena nanti manusia tidak bisa dimasukkan surga atau neraka. Itulah mengapa di Syi'ah dan Sunni Ala Mu'tazilah, kepercayaan kepada taqdir baik dan buruk dari Tuhan itu, jelas tidak bisa dibenarkan. Sebab kalau dibenarkan, maka manusia yang jahat tidak bisa dimasukkan ke dalam neraka dan begitu pula yang baik tidak bisa dimasukkan ke dalam surga. Sebab yang baik dan yang jahat, semuanya disebabkan ketentuan dan taqdirNya, bukan ikhtiar manusia itu sendiri. 

c-2- Penyesatan setelah keterlaluannya manusia. 

Yang ini juga tidak mungkin. Sebab kalau disesatkan oleh Tuhan setelah kejahatan katakanlah yang ke seratus (misalnya membunuh seratus orang atau berzina seratus kali), maka dosa-dosa ke seratussatu sampai akhir, sudah bukan kesalahan dia lagi secara murni, tapi ada keikutsertaanNya dalam hal tersebut. Sementara Allah tidak mungkin ikut dalam kejahatan dan keburukan. Karena Dia Maha Suci. 

Dengan keterangan di atas, maka dapat dipastikan bahwa Tuhan tidak mungkin menyesatkan karena disamping bertentangan dengan DzatNya Yang Maha Suci dari kesesatan dan kekurangan dimana tidak mungkin mengakibatkan kesesatan dan kekurangan pada DiriNya, juga karena nanti manusia bukan lagi murni pelaku dosa dan maksiatnya hingga tidak bisa dihukum dengan neraka di takaran yang tidak murni itu, baik di takaran dari awal atau dari sejak keterlaluan. 

Jadi, arti disesatkan adalah manusia itu sendiri yang memilih jalan sesat dan jauh dari keMahaHidayahan dan keMahaSucianNya. 

d- Catatan:

- Sudah sering dijelaskan bahwa silsilah sebab akibat, berujung pada Allah swt. Misalnya badan manusia dari tanah, tanah dari bumi, bumi dari ini, ini dari itu dan seterusnya, sampai pada Tuhan. Jadi, semua wujud yang ada di alam ini, terikat dengan sistem sebab akibat dimana pada akhirnya berujung pada Tuhan semesta alam. 

- Tentu saja, Tuhan tidak terikat dengan sistem tersebut, karena yang namanya sebab mutlak yang tidak disebabkan, tidak ada yang bisa memberinya peraturan dan sistem apapun kepadaNya, wong Dia Yang Paling Ujung. Jadi, Dia Maha Bebas dan Tidak Terikat. Karena itu akibat-akibat itulah yang sebenarnya telah menjadi obor kita untuk mengerti tentangNya, bukan mengikatNya dengan sistem yang ada. Justru Dialah pembuat akibat-akibat itu dimana termasuk sistemnya tersebut. Karena itu, bagaimana mungkin yang dibuat mengikat yang membuat?

- Ketika semua yang ada adalah berujung padaNya, maka bisa dikatakan makhluk dan perbuatanNya.

- Kalau demikian, maka manusia yang menjauh dari RidhaNya, bisa dikatakan dimurkaiNya. Orang yang jauh dari hidayahNya telah disesatkan olehNya. Karena perbuatan manusia yang menjauh dari Ridha dan HidayahNya itu, juga maklukNya. 

- Tentu saja, karena ikhtiar sudah diberikanNya, maka sekalipun perbuatan taat dan maksiatnya manusia juga dikatakan makhlukNya, akan tetapi berdasarkan ikhtiar manusia itu, maka yang bertanggung jawab adalah manusia itu sendiri yang berfungsi sebagai sebab dekatnya atau penyebab langsung dari perbuatannya sendiri. 

- Semua yang diterangkan di atas, sebenarnya merupakan ulangan dari yang sudah-sudah di catatan dan diskusi di facebook ini. 

2- Tidak perlu mengulang kalau tidak parah, misalnya tidak sampai melebihi 45 %.

Saja Zaenal Terimakasih.
Subhanallah.

Galih Salam mas ustad ...aplikasi dalam akidah .adalah dengan fikih itu.begitu pula pengaplikasian dalam filsafat dan irfan .jadi ,tanpa berfikih .maka ilmu-ilmu teologi .filsafat dan irfan .akan menjadi nol besar kalau badan kita ini sudah di tinggalkan ruh kita......he..he salam mas ustad ..
Maaf mas ustad 
Aku ambil dari ..29 penutup (5). 
Dari catatan 
Peristiwa nabi adam as dalam pandangan filsafat.(hadiah kecil led ghadir khum.)

Sinar agama

Sinar Agama Galih, ansantum, tapi ana belum mudeng hubungan yang antum tulis itu dengan yang sedang kita bahas di kolom/status kita ini. Bisa terangkan?

Galih Salam mas ustad...mohon maaf ya mas ustad maksud nya hanya mengomentari pertanyaan saudara zainal...mas ustad sekali lagi mohon maaf kalau tak nyambung.dan tak mudeng... salam.

Sinar Agama Galih, ok tidak masalah. Ahsantum.





Sumber : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1162725410507581





0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.