Friday, January 6, 2017

on Leave a Comment

Makna hadist : " Sebaik-baik ibadah bukanlah dengan memperbanyak shalat dan puasa akan tetapi membiasakan diri memikirkan ciptaan Allah dan kekuasaan-Nya..... "

Link : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1112764372170352


Salam ustadz.
Sebaik-baik ibadah bukanlah dengan memperbanyak shalat dan puasa akan tetapi membiasakan diri memikirkan ciptaan Allah dan kekuasaan-Nya.
Sesungguhnya orang berilmu itu pahalanya lebih besar dari orang berpuasa, orang yang melakukan sholat malam dan orang yang berjuang di jalan Allah.
(Imam Ja'far)
Apakah Bisa dijelaskan, lebih rinci maksud dari riwayat tsb?
Suka
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Islam itu memiliki ajaran Dasar/Ushuul/Akidah dan juga memiliki ajaran Furuu'/Cabang/Fiqih.

Tentu saja selain ajaran-ajaran lain seperti akhlak, politik dan semacamnya. Tapi semuanya itu sudah dicakup dalam dua topik di atas.

2- Ajaran Dasar Islam atau Ushuluddin atau Keimanan/Akidah, berurusan dengan hal-hal yang menyangkut keimanan kepada Allah, nabi-nabi dan rasul-rasul as, kitab-kitab, surga-neraka, akhirat, imamah, dan semacamnya.

Dalam akidah ini juga dibagi dua:

a- Ushuul/Dasar, yaitu yang paling pokok dan paling mendasar dalam mendasari ajaran Islam, dimana kalau tidak mengetahui dan tidak mengimaninya seseorang tidak akan mengamalkan Islam/syari'at/fiqih, atau kalaupun mengamalkannya, tidak dengan sepenuh hati dan keyakinan. Ini pengertian yang dipakai di Syi'ah. Tidak seperti di Sunni yang memakai istilah Rukun Iman dimana artinya kalau ada poin-poin yang tidak diimani, maka rukun imannya tidak lengkap dan belum bisa disebut beriman.

Di Syi'ah Ushuuluddin (Dasar Agama) itu mengandungi 5 poin: Tuhan, AdilNya, kenabian, keimamahan dan hari akhir.

Yang tidak tahu dan/atau tidak percaya pada poin-poin di atas, tidak akan mengamalkan fiqih atau kalau mengamalkannyapun tidak akan sepenuh hati (ini arti Ushuuluddin).

Lalu apakah yang tidak mengimaninya juga dikatakan kafir? Jawabannya benar demikian selain kafir imamah. Sebab yang kafir imamah, tetap muslim sebagaimana sudah sering dijelaskan.

Lalu apakah yang tidak mengimaninya (5 poin ushuuluddin) artinya yang disebut kafir itu, juga akan dimasukkan neraka? Jawabannya tidak demikian. Sebab ukuran masuk neraka adalah kalau menolak kebenaran yang telah sampai kepadanya yang dijelaskan dengan benar dan telah dipahami dengan benar pula beserta konsekuensinya, yaitu dipahami bahwa ajaran Islam (kalau sebelumnya kafir) atau Islam Syi'ah (kalau sebelumnya bukan Syi'ah) itu, lebih benar dari yang dia imani sebelumnya. Karena itu, bagi yang tidak tahu dan/atau tidak mengimani 5 poin Ushuuluddin/Dasar Agama itu belum tentu masuk neraka karena tergantung keadaan masing-masing.

b- Furu'u al-Ushuul atau cabang Keimanan Dasar. Yaitu apapun keimanan yang tidak merupakan dasar iman di atas. Misalnya iman pada kitab-kitab, malaikat, jin, bidadari, surga-neraka, alam kubur, adanya sihir, dan semacamnya.

Yang tidak mengimani poin (b) di atas itu, tidak dikatakan kafir kecuali kalau dengan sengaja. Misalnya, sudah mendengar dan tahu kalau ada kitab-kitab Allah, tapi mengingkarinya. Begitu pula yang lain-lainnya.

3- Ajaran Cabang Islam (Furuu'uddin) adalah fiqih yang meliputi dua hal:

a- Hukum Takliifii, yaitu wajib, terlarang/haram, mubah, halal dan makruh.

b- Hukum Wadh'ii, yaitu fiqih yang mengatur sah dan tidak sahnya suatau amalan/perbuatan.

4- Yang mengamalkan Akidah dan Fiqih, jelas berpahala kalau dilakukan karena Allah swt yang biasa dikenal dengan ikhlash.

5- Yang tidak mengamalkan akidah ancamannya antara kafir dan tidak kafir sesuai dengan rincian di atas. Walaupun begitu, juga belum tentu orang yang sudah tergolong kafir sekalipun, masuk neraka sebagaimana sudah diterangkan di atas.

6- Tapi yang tidak mengamalkan fiqih ancamannya hanyalah dosa kecuali kalau mengingkari hukumnya dan yang tergolong dharurat/identitas agama Islam serta tahu bahwa mengingkarinya sama dengan mengingkari ajaran Allah dan Nabi saww atau mengurangi ajaran keduanya.

7- Dengan semua penjelasan itu, maka jelas pahala akidah tidak bisa dibanding dengan pahala fiqih. Dan karena masalah-masalah akidah dan keislaman itu luas, maka semakin dalam ilmunya maka semakin tinggi pahalanya. Karena itu dikatakan dalam hadits bahwa tinta ulama itu lebih afdhal dari darah syuhada'. Atau dikatakan di hadits lain bahwa berfikir sesaat (tentang agama, Tuhan, alam yang untuk agama dan akhiratnya, dirinya sehubungan dengan benar tidaknya dalam beragama dan beramal serta berniat, dan semacamnya), lebih afdhal dari ibadah setahun. Yakni dari puasa setahun, tahajjud setahun, haji sunnah setahun, ziarah setahun, baca Qur an setahun, shalat setahun, dzikir setahun dan seterusnya dari ibadah-ibadah yang diajarkan Islam.

Zaenal Al Aydrus Terimakasih kasih ustadz.






0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.