Monday, December 19, 2016

on Leave a Comment

Mengapa pacaran itu haram? Dosakah menyakiti orang yang menyukai kita?


Link : https://web.facebook.com/sinaragama/posts/1087133328066790


Salam ustad,
Saya ada titipan pertanyaan dari seorang anak muda,
Apakah dosa membuat sakit hati orang yang menyukai kita,(tentunya tidak berniat membuat sakit hati) misalnya dia yg meyukai, jadi kecewa karena kita mengacuhkannya.karena komitmen kita untuk tidak berpacaran ?
Apakah yang menjadi sebab keharaman berpacaran dalam kacamata islam ? Apa karena sudah umum adanya aktifitas maksiat dalam berpacaran itu ?
Bgaimana katanya jika cara pacaranya cuma lewat media internet,telponan dan video call an,tanpa ada pertemuan secara langsung ?
Minta nasihat ustad tentang masalah kaum muda ini,
Sukron ustad,maaf diborong pertanyaan nya :)
Wassalam.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Kalau contoh sakit hatinya seperti itu, maka bukan tidak masalah menyakitinya, melainkan wajib.

2- Yang mengaharmkan pacaran adalah pelezatan dan kaasyikan yang ada. Pelezatan dengan sentuhan, pandangan dan bahkan suara, tidak boleh dalam Islam sebelum menjadi istrinya.

3- Boleh saja asal tidak ada pelezatan sebagaimana maklum. Misalnya tidak ada pelezatan dan asyik pada suara yang didengarkan, tidak ada pelembutan suara dan tidak ada yang dibicarakan yang berkenaan dengan hal-hal yang keluar dari etika Islam seperti "I miss u" dan semacamnya.

4- Fokus pada dunia halal yang dihadapi seperti kuliah atau pekerjaan. Lalu kalau sudah berhasil, baru mencari calon pasangan hidup. Kalau sudah cocok dan mendapatkan yang bagus (beriman dan taqwa), maka segera kawin dan jangan menundanya.

Para orang tua jangan sesekali membiarkan anak-anak mereka pacaran, terutama yang masih sekolah. Katakan pada mereka bahwa apapun cinta di sekolah itu adalah palsu. Wong masih belum kerja kok sudah i love you dan mau sehidup semati. Mana ada orang yang masih tergantung pada orang tuanya memiliki cinta sejati kalau dia mengatakannya seperti itu pada lawan jenisnya? Bukankah ketidakcocokan keadannya sekarang dengan cinta yang dirasakan dan diucapkannya itu menandakan ketidak sejatian cintanya alias ketidakbertanggungjawaban cintanya? Bukankah perkataan cinta di dalam kondisi yang tidak mandiri secara ekonomi dan mental itu, sama dengan berkata "aku menyayangimu" tapi sambil memukulnya sampai babak belur tanpa suatu kesalahan? Mana ada cinta yang merusak mental yang dicintainya dengan tidak menanggungjawabi kehidupannya dan, apalagi menyentuhnya dan merusak kesucian walau sekedar kesucian tangannya (yang disentuh dengan salaman misalnya)?

اهلولبايت مازلوم Bagaimana jika orang tua terkesan membiarkan anaknya untuk berpacaran atau bahkan sengaja membviarkannya. Apa orangtua juga berdosa ? Terlepas orangtua tiu tahu/tidak hukum berpacaran itu,karena mungkin mereka dulul masa mudanya juga pernah berpacaran. Afwan ustad,,

Sinar Agama Orang tua atau siapa saja yang tidak beramar makruf dan nahi mungkar terhadap adanya maksiat sementara ia mampu melakukannya, secara umum akan mendapatkan dosa.

اهلولبايت مازلوم Syukron ustad, atas ilmu dan nasihatnya. Wassalamualaikum.







0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.