Tuesday, December 13, 2016

on Leave a Comment

Apa perbedaan suara yang berasal dari hati ( SUARA HATI) dan suara yang berasal dari bisikan syetan ?

Link : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1085514718228651

Salam ustad, mau bertanya.
Apa perbedaan suara yang berasal dari hati (suara hati) dan suara yang berasal dari syetan ?
Lalu apa ciri-ciri dan perbedaan keduanya dan
Apa itu yg dimaksud hati yang jahat /kejahatan hati ?
Syukron ustad
Wassalam
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
7 Komentar
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Sebenarnya membedakan suara hati dan syaithan itu sangat sulit. Karena bisikan syaithan di hati manusia berupa suara hati manusia itu sendiri. Karena bisikan di tingkatan ruh-daya-hewani dimana sebagai tembat rasa dan perasaan serta sebagian khayalan.

2- Kalau bisikan syaithan itu berupa materi di telinga manusia, maka sangat mudah membedakannya. Tapi karena dibisikkan di jiwa/ruh manusia dimana jiwa/ruh itu adalah non materi, maka suara syaithan tidak nampak sebagai bisikan melainkan nampak sebagai suara hati kita sendir.

3- Perbedaan globalnya sih mudah saja. Yaitu kapan hati kita atau kita ingin melakukan keburukan, maka bisa dikatakan dari syaithan. Dan kapan hati kita atau kita ingin melakukan kebaikan, maka hal itu dari diri kita sendiri.

4- Akan tetapi,:

a- Karena banyak sekali tipu muslihat syaithan, maka sekalipun keinginan berbuat baik terbesit di hati, bisa saja jebakan dari syaithan.

Misalnya, ketika fiqih seseorang sudah salah, najisnya memenuhi badan dan bajunya, rukun-rukun wudhu', mandi besar dan shalatnya sudah tidak benar, maka syaithan tidak perlu lagi mengganggu dia dari sisi kekhusyukan. Karena itu, ketika shalat, terasa khusyu' sekali dan bahkan menangis meraung-raung. Syaithan tidak mengganggunya dari sisi kehusyukannya ini karena:

a-1- Dari awal ibadah shalatnya sudah batal hingga wajib diulang kalau sadarnya ketika waktunya masih ada dan wajib diqadhaa' kalau sadarnya ketika waktunya sudah tidak ada.

a-2- Ketika shalat seseorang terasa khusyu', maka dia pasti akan merasa benar. Akibatnya ia akan malas belajar fiqih dari awal dengan benar melalui kitab/buku marja'nya.

a-3- Ketika shalat seseorang terasa khusyu' diharapkan ia bisa 'ujub (taajub/bangga pada diri sendiri) dimana bisa menimbulkan puluhan atau ratusan kesalahan lainnya.

a-4- Ketika shalat seseorang terasa khusyu' maka selain dia akan merasa dekat dengan Tuhan dimana bisa muncul poin (a-3) di atas, juga akan muncul peremehan pada fiqih itu sendiri dimana hal ini bahkan bisa mengantar manusia pada kekafiran atau dihukumi kafir sebagaimana maklum. Sebab kalau mengingkari kewajiban shalat saja dihukumi kafir (kalau sadar bahwa shalat itu adalah identitas tak terpisahkan dari Islam dan sadar dalam hatinya bahwa menolak kewajiban shalat -bukan tidak shalat yang hanya dosa besar biasa- itu berarti meremehkan agama, atau mengurangi agama, meremehkan Tuhan dan Nabi saww dan semacamnya), apalagi kalau menolak kewajiban berfiqih itu sendiri (beda dengan kalau tidak shalat atau tidak berfiqih tapi tidak menolak kewajibannya sebab orang seperti ini hanya melakukan dosa besar dan tidak sampai menjadi kafir).

b- Karena banyak sekali keinginan manusia yang menyimpang dari syari'at, terlebih yang sudah menjadi kebiasaan dan karakternya, maka keinginan buruknya tidak mesti selalu bersumber dari syaithan. Artinya bisa saja bersumber dari dirinya sendiri diakibatkan oleh keterpurukan akalnya dibawah jajahan nafsunya.

Ingat, orang berakal itu bukan sarjana dan prosefor atau mujtahid dan ayatullah, akan tetapi yang menggunakan akalnya untuk menundukkan hawa nafsunya dan syaithan hingga selalu dalam taat pada Allah dan tidak maksiat kepadaNya. Tentu saja karena untuk melakukan keduanya (melakukan yang wajib dan meninggalkan yang haram) perlu kepada ilmu yang memberitahukan mana yang wajib dan bagaimana cara pelaksanaannya begitu pula memberitahukan mana yang haram hingga dijauhinya, maka sudah jelas manusia itu wajib belajar fiqih yang benar.

5- Kesimpulan:
Karena banyak sekali hiruk pikuk keinginan manusia itu sendiri disamping hiruk pikuknya bisikan syaithan, maka tidak bisa dipastikan mana yang syaithan dan mana yang diri sendiri.

6- Anjuran:
Untuk menanggulangi tidak terjatuhnya pada keburukan yang berwajah keburukan (maksiat) dan yang berwajah kebaikan (ketaatan yang salah), maka perlu memperhatikan beberapa hal di bawah ini:

a- Hati harus selalu ikhlash, baik dalam belajar dan pengamalannya. Jangan sampai ada kecenderungan lain selain hanya dan hanya ingin taat kepada Allah swt.

b- Belajar ketat tentang fiqih sembari terus mendalami akidah. Karena kegigihan dan ketetatan dalam keduanya (fiqih dan pendalaman akidah) merupakan langkah paling awal menuju ikhlash yang sebenarnya. Sebab mana mungkin dikatakan ikhlash pada Tuhan akan tetapi mengabaikan agama dan syari'atNya (fiqih dan akidah)? Mana mungkin seseorang mengabaikan fiqihNya lalu beramal dengan caranya sendiri, kemudian mendakwa diri sebagai ikhlash kepadaNya? Bukankah kalau ingin ikhlash karena Allah itu berarti langkah awalnya harus beramal sesuai dengan keinginanNya? Dan bukankah fiqih itu merupakan keinginanNya? Setelah menyesuaikan diri dengan kemauanNya dalam berfiqih dan bertata cara agama, maka barulah berniat lagi bahwa semua itu dilakukan untuk mencapai ridhaNya.

c- Terus memperdalam akidah dan makrifatullah. Sebab tanpa akidah dan ilmu yang kuat di dalamnya, seringkali manusia terjatuh dalam kesesatan sementara dirinya mengira bahwa hal itu adalah hidayah dan kebaikan. Orang yang makrifatullahnya tidak dalam, maka sering kali ditunggangi syaithan untuk mengganggu yang lainnya.

d- Menyisakan waktu untuk belajar agama tiap hari sekalipun super sibuk seperti apapun dalam bidang ilmu lainnya atau dalam mencari nafkah. Jangan belajar yang lain sebelum fiqih kesehariannya selesai, baik yang berupa fiqih pribadi, keluarga, sosial, budaya, ekonomi dan politik. Sisakan walau hanya 30 menit dalam sehari.

e- Jangan sesekali sudah merasa diterima Tuhan walau jangan pula memastikan bahwa dirinya belum diterimaNya. Sekali kita merasa sudah diterimaNya, maka detik itu pula kita sudah jatuh dalam kegelapan (baca: secara hakiki dan bukan secara simbolik atau akhlak atau tatakrama bahasa). Sebab sekali merasa diterima Allah, maka sudah membenarkan semua prasyarat lahir dan batin dari semua ibadah dan ketaatannya sementara kita tidak didatangi malaikat Jibril as yang mengabarkannya atau tidak hidup bersama Makshumin as untuk menanyakannya. Ketika sudah merasa benar lahir batin, maka bagaimana mungkin kita bisa mengoreksi diri lagi secara obyektif?

f- Sekalipun tidak boleh merasa pasti sudah diterimaNya, akan tetapi tidak boleh juga merasa tidak diterimaNya hingga melahirkan keputusasaan. Jadi, mengaku-aku tidak boleh, tapi putus asa juga tidak boleh. Hendaknya selalu berada di tengah keduanya. Inilah yang sering dikatakan dalam Islam sebagai menjaga posisi selalu di tengah yang biasa disebut dengan "Antara khauf/takut dan rajaa'/pengharapan."

g- Selalu berdoa dan bermunajat agar ditunjuki ke jalan yang benar dan diterimaNya serta diampuniNya.

h- Selalu ziarah walau hanya dengan ucapan salam, kepada para Makshumin as (Nabi saww dan Ahlulbait as) dan bertawassul walau teramat pendek dan walau dengan bahasa daerah masing-masing.

i- Jangan pernah berbaik sangka pada diri sendiri (seperti merasa pasti diterima, terkhusus merasa sudah pasti aman di kuburan dan akhirat kelak) dan jangan pernah berburuk sangka pada orang lain kecuali kalau ada tanda-tanda lahiriahnya dan itupuan tidak diucapkan dan tidak dipastikan sekalipun dalam hati.

j- Sering-seringlah ke kuburan walau kuburan orang lain. Setelah mengucap salam dan mendoakan mereka, maka duduklah beberapa menit saja untuk merenungi bagaimana kalau kita yang berada di dalam tanah tersebut. Lalu apa bukti kebenaran kita. Kalau belum punya bukti yang benar (seperti dari malaikat Jibril as atau Makshumin as) lalu ternyata setelah masuk kubur kita baru tahu bahwa kita masih salah dan/atau benar tapi tidak diterima (misalnya karena masih ada riya'nya), lalu bagaimana nasib kita dan apa daya kita?

Kalau seminggu sekali saja dan 5 menit saja hal ini dilakukan, maka insyaaAllah Allah akan membantu kita mencari hidayah (fiqih dan pendalaman akidah) dan mengamalkannya dengan benar dan ikhlash.

SEMOGA KITA SEMUA, SELAMAT DI DUNIA, KUBURAN DAN AKHIRAT KELAK, AMIN.

Hilman Ali Kumayl Subhanalloh, la haulawala quwwata illabillahillaliyyiladzim. Amin ustad, Allohuma sholi ala muhamadin wa aali muhamad wa ajjilfarajahum

Hilman Ali Kumayl Dihati berkecamuk suara- suara,entah itu suara hati/syetan.contohnya dan perumpamaannya ustad, dikehidupan nyata dan faktanya dia mencintai si A tapi yg keluar dari hati (suara hati/syetan) bertolak belang seperti malah membenci, menghina,mencaci dan sebagainya ustad. Apakah itu gangguan syetan. Afwan ustad.

Sinar Agama Hilman Ali Kumayl, naahhhh kalau yang demikian itu jelas dari syaithan, bukan dari diri sendiri. Tentu saja kalau si A itu wajib dicintai dalam agama. Saya kenal orang yang setiap hari minta mati kepada Tuhan dan minta dibunuh kepapa Makshumin as karena hatinya berkecamuk hal-hal seperti itu untuk Makshumin as, yakni ejekan dan semacamnya sementara dia adalah Syi'ah. Orang ini sampai hampir benar-benar gila.

Di suatu hari di kelas yang sama di hauzah, ada temannya yang punya penyakit hampir sama tapi dengan obyek yang berbeda. Yaitu dia sering berperasaan riyaa' dalam ibadahnya terutama shalatnya, sementara dia secara niat dan akal dan keinginannya adalah ikhlash hanya kepada Allah.

Si teman itu bertanya pada guru yang sama dengan teman saya itu mengapa hal itu terjadi pada dirinya. Sang guru bertanya:

"Kamu ikhlash atau tidak dalam ibadah dan shalatmu?"

Temannya itu menjawab: "Ikhlash."

Sang guru menjawab: "Kalau begitu suara itu bukan suaramu, melainkan suara syaithan. Karena itu sama jangan engkau hiraukan."

Ketika teman saya itu mendengar gurunya menjawab temannya tersebut, dia terhentak. Karena dia hampir gila menghadapi seliwerannya suara hati yang dikira suara dia itu. Tapi dia malu menanyakannya karena sangat tidak masuk akal dan sangat malu, masak orang Syi'ah mengejeki Imam-imam Makshumnya as sendiri?

Akhirnya teman saya itu paham dan mengerti bahwa selama ini dia telah dipermainkan syaithan sampai dalam tawassulnya pada para Makshumin as minta dibunuh mereka as agar tidak mengejek mereka as dalam hatinya. Ternyata ejekan itu hanya suara syaithan yang tidak perlu diperhatikan.

Obyek cemoohan/ejekan dan semacamnya seperti bantahan dan lain-lainnya, tidak hanya Makshumin as, bisa juga para nabi dan bahkan Tuhan itu sendiri. Semua itu hanyalah permainan syaithan yang ingin mencabut kebahagiaan taqwa dari manusia.

Dalam ayat dikatakan bahwa syaithan akan mendatangi manusia dari berbagai arah. Makshumin as menjelaskan maksud datang dari arah kanan (semoga saya tidak salah ingat). Maksudnya adalah memberi berbagai pertanyaan akidah dan apa saja yang tidak dipahami oleh manusia yang diganggu itu, dan sebisa mungkin orang yang malas bertanya atau mau bertanya tapi tidak punya tempat bagus (guru yang mumpuni dalam agama) untuk bertanya. Tujuannya untuk membuat syak dan ragu dan terjauhkan dari yakin atau iman yang kuat. Tujuan akhirnya tentu menjeruskannya ke jurang kekafiran dan jahannam. Karena itu, kita tidak perlu memperhatikan seliweran hati yang tidak karu-karuan itu. Cukup baca laa haula wa laa quwwata illaa billaah dan shalawat, lalu lepaskan dengan senang hati dan lapang dada tanpa harus merasa bersalah.

Hilman Ali Kumayl Alhamdulillah wa syukurillah, saya sangat lega mendengarnya.permasalahannya sama dengan yg dipaparkan ustad, trimksih ustad semoga ustad selalu dalam lindungan dan ridhaNya.

Sinar Agama Teman-teman, jangan pernah menahan pertanyaan terhadap hal yang seruwet dan sesulit apapun masalah-masalah batin yang dihadapi. Kalau malu, buatlah akun samaran dan bertanyalah dengan leluasa. Barangkali saya dapat membantu. Jangan pernah tidak bertanya, karena malas bertanya atau malu bertanya adalah alat paling utamanya syaithan menyesatkan dan merusak manusia.

Hidayat Constantian Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa Aali Muhammad







0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.