Monday, November 21, 2016

on Leave a Comment

TUHAN ITU BUKAN TEMPAT hingga menjadi tempat kembali MahlukNya

Link : https://web.facebook.com/sinaragama/posts/1047213185392138



salam ustd... mohon pencerahanya ustd.. jika kematian telah tiba pada seseorang banyak yg mengatakan jiwa orang tersebut ada di alam barzah kenapa tidak langsung kembali pada Tuhan..? apakah proses perjalanan ke hadirat Tuhan setelah ruh dan raga berpisah itu sama dg proses kita datang ke dunia fana ini melewati berbagi macam alam..? apakah setelah kematian kita masih mempunyai nafsu / keinginan..? apakah masih ada alam untuk penyempurnan selain alam dunia ini bagi orang yg "gagal" dalam menjalani proses menyempurna di alam dunia...?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya: Hanya sekedar mengulang untuk kesekian kalinya topik-topik yang antum tanyakan:

a- Tuhan bukan tempat hingga mau dikembali-i makhluk.

b- Tuhan tidak terbatas lalu bagaimana bisa makhluk kembali ke Dia? Bukankah kalau tidak terbatas itu tidak ada ujung dan pangkalnya hingga bisa di-ke-i, di-dari-i, di-dalamNya, ke-padaNya, di-sisiNya, di-hadapanNya, dan semacamnya.

c- Semua kata yang menunjukkan tempat dan posisi tentang Tuhan seperti pada contoh poin (b) ada yang boleh dipakai dan ada yang tidak boleh. Yang tidak boleh seperti di-Tuhan, di-dalamNya, di-bawahNya, dan semacamnya. Sebab maknanya yang tergambar di akal lebih terang kepada materi. Tapi ada yang boleh dipakai seperti di-sisiNya, di-hadapanNya, ke-padaNya, dariNya dan semacamnya. Akan tetapi pemakaiannya dalam bentuk "majazi" yakni tidak hakiki. Hanya pinjam bahasa materi untuk dipakai ke non materi yakni Tuhan. Tujuan pemakaiannya juga hanya untuk hal-hal darurat seperti membuat kita mengerti bahwa kita ada yang mencipta dan memberi rejeki (karena itu dikatakan "Kita dan rejeki kita dari Tuhan). Maksud "dari" di sini bukan tempat melainkan hanya pemberian dan penciptaan saja. Yakni kita dan rejeki kita dicipta Tuhan (tentu saja rejeki bukan ditentukan Tuhan sebab keyakinan ini ketentuan ini adalah keyakinan seorang yang bernama Asy'ari yang kemudian dijadikan pedoman keyakinan ke 6 oleh Sunni Asy'ari, bukan Sunni Mu'tazilah dan apalagi Syi'ah).

d- Ketika dikatakan "Kita dari Tuhan" maka maksudnya dicipta Tuhan. Bukan dari Dzat Tuhan. Tapi tidak juga dari "tiada", sebab tiada tidak bisa jadi ada. Jadi, semua keberadaan makhluk memang dari Dzat Tuhan akan tetapi tidak dengan pembagian dan pengurangan melainkan dengan Tajalli atau Iradah. Itupun yang langsung tercipta dari IradahNya itu hanya satu makhluk yang biasa dikenal dengan Akal-satu. Dari Akal-satu inilah Tuhan mencipta Akal-dua dan seterusnya sampai ke Akal-akhir ('Arsy/Lauhu al-Mahfuuzh). Lalu dari Akal-akhir ini Allah mencipta Alam Barzakh dan dari Alam Barzakh Tuhan mencipta Alam Materi.

Kalau dikatakan alam materi dari Tuhan, maksudnya dari Tuhan secara tidak langsung, karena materi dari Alam Barzakh. Jadi yang langsung kedariTuhanannya adalah Iradah atau kehedak penciptaan alam materinya sementara bahan alam materinya dari alam Barzakh.

Kalau dikatakan alam materi kembali ke Tuhan, maksudnya kembali ke alam Barzakh. Alam Barzakh ini juga tempatnya surga dan neraka.

e- Khusus kembalinya manusia ke alam Barzakh sudah tidak bisa lagi seperti spesies yang lain seperti pohon dan binatang). Sebab kembalinya mereka ke asalnya atau wathannya yang sebenarnya. Sementara manusia belum tentu kembali ke wathan aslinya. Sebab manusia ketika kembali sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan fitrah semulajadinya, melainkan sudah dicorak-i dengan berbagai amalan. Karena itu kembalinya manusia walau ke alam barzakh juga, tapi sudah dengan berbagai tingkatannya. Ada yang ke neraka yang mana juga beringkat, ada yang kembali ke surga dan iapun bertingkat.

f- Jadi proses tutunnya atau terciptanya manusia dari dan oleh Tuhan, tidak mesti sama dengan proses naik atau kembalinya manusia ke Tuhan. Sebab turunnya dari satu maqam/derajat yang sama yang disebut Nabi saww sebagai Wathan dalam hadits beliau saww: "Cinta wathan (tanah asli/air) itu adalah bagian dari iman.", sementara naiknya sesuai dengan amal masing-masing.

g- Ketika manusia mati maka ruhnya masih berhubungan dengan tulang belulangnya di kuburan. Dan kalau sudah kiamat, maka terlepas dari sisa keterhubungannya dengan tulang belulangnya itu sebab langit dan bumi sudah tidak ada lagi hingga masih mau menyisakan tulang belulang.

h- Ketika ruh memiliki empat daya (tambang, nabati, hewani dan akli), dan ketika orang mati hanya tersisa daya-tambangnya, maka jelas sudah tidak memiliki nafsu lagi. Sebab nafsu adanya di ruh daya hewani ke atas.

i- Proses penyempurnaan itu hanya ada di alam materi. Kalau sudah masuk barzakh sudah tidak ada lagi penyermpurnaan yang melalui proses waktu atau proses ikhtiar manusia. Jadi, ikhtiar hanya ada di alam materi, sementara di barzakhi hanya balasan dari amal-amal sewaktu di dunia.






0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.