Sunday, November 27, 2016

on Leave a Comment

Bisa dijelaskan tentang Ismul A'zham (nama Allah yg paling agung), apa manfaatnya jika berwirid dengan Ismul A'zham tsb?

Link : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1054873921292731



Salam... mau bertanya ustadz.
Bisa dijelaskan tentang Ismul A'zham (nama Allah yg paling agung), apa manfaatnya jika berwirid dengan Ismul A'zham tsb? afwan....
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
9 Komentar
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Sebagaimana sudah pernah dijelaskan bahwa Nama atau Asmaa’ Tuhan itu memiliki dua hal, Hakiki dan Lafzhi/kata. Yang Hakiki adalah Asmaa’ yang sesungguhnya sementara yang Lafazh atau Kata-kata adalah Asmaa’nya Asmaa’ atau Namanya Nama alias tulisan atau pahaman dari Asmaa’ yang Hakiki tersebut.

2- Setelah kita mengingat kembali yang sudah pernah dijelaskan tentang Nama Tuhan atau Asmaa’ Tuhan bahwasannya ada yang Hakiki dan ada yang Lafzhi, maka ketahuilah bahwa yang akan dibahas dan diketahui serta diburu para ‘urafaa’ adalah makna Hakikinya, bukan Lafzhinya. Karena pada setiap pembahasan, sekalipun kita akan terus memainkan Lafzhi/tulisan/kata, akan tetapi maksud yang diinginkan adalah Makna Hakikinya. Jangan lupa.

3- Sekedar menguatkan dua poin di atas bahwa kita sebagai mukmin yang barangkali ingin mengejar Asmaa’ Agung atau Yang Paling Agung itu, maka hendaknya ingat, bahwa mengejar Lafazh, tidak akan keluar dari logika pahala dan barakah terhadap kehidupan materi walau, bisa saja diniatkan untuk hal-hal keukhrawiahan. Artinya, tidak akan keluar dari logika Wiridan dan dzikir lafzhiyah serta efek-efek lazim/konsekuensif dari padanya. Sementara pengejar hakiki akan selalu mengejar makna hakiki dari Lafazh Nama Agung atau Paling Agung tersebut.

4- Ketika pengejar hakiki itu tidak mengejar selain makna hakikinya dari Nama Paling Agung itu (al-Ismu al-a’zham), maka tidak mungkin mengejarnya tanpa ketaatan mutlak dan menajuhi dosa secara menyeluruh. Bahkan menepikan ketertarikan pada selain Asmaa’ A’zham itu. Sebab manakala ada ketertarikan pada selainNya, maka tidak mungkin dapat mendekati pada Asmaa’Nya tersebut.

5- Sudah berulang kali dijelaskan bahwa orang yang ingin mendekati Asmaa’Nya, dia harus mengerti Asmaa’Nya tersebut agar dapat menyesuaikan diri dan tahu cara dalam mendekatiNya. Dengan demikian, maka anggap saja Asmaa’ AgungNya itu adalah Allah maka dia harus mengerti bahwa Allah itu adalah segalanya. Karena salah satu arti Allah adalah tanpa batas. Ketika tanpa batas, lalu bagaimana orang yang memiliki banyak keterbatasan, baik dosa, makruh atau kecintaan/kesukaan pada selainNya (sekalipun hal-hal yang baik) itu bisa mendekatiNya. Sama dengan orang yang merasa dirinya raja, bagaimana mungkin bisa mendekati seorang raja? Karena itu, bagi orang yang masih memiliki rasa suka pada dirinya sendiri atau apa saja selainNya, apa lagi sampai menyintainya, maka bagaimana bisa mensegala-galakanNya atau menghanyakanNya?

Sinar Agama .

6- Jawaban Soal:

Al-Ismu al-A’zham atau Nama Paling Agung itu dijelaskan dalam berbagai penjelasan. Kita mungkin tidak bisa memastikannya yang mana, akan tetapi bisa menggambarkan atau merabanya. Setidaknya dalam Nama-nama yang terbatas jumlah Lafazhnya. Dari berbagai penjelasan ayat, hadits dan keterangan para ulama di bawah ini, dapat kiranya memudahkan kita meraba maksud dari Ismu A’zham tersebut. Perhatikan keterangan-keterangan berikut ini:

a- Karena Ismu A’zham itu adalah Paling Agungnya Nama, maka dapat diperkirakan bahwa Nama tersebut adalah Allah. Karena Nama apapun dariNya, semuanya bermuara dan bergantung kepada Nama Allah tersebut. Nama Sifat semuanya akan tergantung pada Nama Dzat yaitu Allah. Karena itu, maka nama Allah inilah yang sangat dimungkinkan sebagai Nama Paling Agung atau Nama Paling Besar.

b- Dalam suatu riwayat, Imam Ali as mendapat doa dari nabi Khidr as untuk mendapatkan kemenangan dalam berperang membela Nabi saww. Dan setelah dilaporkan kepada Nabi saww, beliau saww bersabda bahwa doa itu adalah Ismu A’zham. Ini doanya:

يا هو يا من لا هو إلاّ هو

“Wahai Dia, wahai yang tiada Dia melainkan Dia.” (Tafsir Majma’u al-Bayaan, tafsiran surat Ikhlaash)

c- Nama Paling Agung itu memiliki 73 huruf sebagaimana hadits berikut:

الكافي بإسناده، عن أبي جعفر(عليه السلام):
«أن اسم الأعظم على ثلاثة وسبعين حرفاً وإنّما كان عند آصف منها حرف واحد، فتكلّم به فخسف بالأرض ما بينه وبين سرير بلقيس حتى تناول السرير بيده ثم عادت الأرض كما كانت أسرع من طرفة العين، ونحن عندنا من الاسم الأعظم اثنان وسبعون حرفاً، وحرف واحد عند الله تعالى استأثر به في علم الغيب عنده ولا حول ولا قوة إلاّ بالله العليّ العظيم».

Imam Ja’far as berkata: “Nama Yang Paling Agung itu terdiri dari 73 huruf. Aashif (yang bisa memindah singgasana ratu Bilqis) memiliki satu huruf yang diucapkannya hingga ia bisa menekuk bumi antara posisi dia berdiri sampai ke tempat singgasananya Bilqis hinga dia dapat menjangkaunya dengan tangannya dan setelah itu mengembalikan bumi seperti semula dimana semua itu terjadi lebih cepat dari kejapan mata. Sementara kami (Ahlulbait as) memiliki dari Ismi A’zham itu sebanyak 72 huruf dan satu huruf tidak dimiliki oleh selain Allah swt yang Dia rahasiakan dalam Ilmu Ghaib di sisiNya, dan tidak ada kekuatan kecuali dengan Allah Yang Maha Tinggi dan ‘Azhim/Agung.” (Al-Kaafi, 1/179).

Sinar Agama .

d- Semua NamaNya itu adalah Paling Agung/A’zham. Perhatikan hadits berikut ini:

«سئل رسول الله(صلى الله عليه وآله وسلم) عن اسم الله الأعظم، فقال: كلّ اسم من أسماء الله أعظم ففرّج قلبك عن كلّ ما سواه وادعه بأي اسم شئت فليس في الحقيقة لله اسم دون اسم بل هو الله الواحد القهّار».

Rasulullah saww ditanya tentang Asmaa’ Yang Paling Agung, beliau saww menjawab: “Semua Nama Allah itu adalah Paling Agung. Karena itu merdekakan hatimu dari selainNya dan berdoalah padaNya dengan Nama yang mana saja yang kamu inginkan. Sesungguhnya tidak ada beda bagiNya satu Nama dengan Nama yang lainnya, melainkan Dia adalah Allah Yang Esa dan Perkasa.” (Mishbaahu al-Syarii’ah, bab: 19.).

Adalah seorang ‘arif Bustami ketika ditanya tentang Nama Yang Paling Agung dia menjawab:

“Katakan padaku Nama yang manakah dari Nama-nama Allah itu yang kecil hingga aku katakan kepadamu mana Yang Paling Agung.”

e- Kalau antum semua masih ingat doa Sahar yang dibaca di malam-malam bulan suci Ramadhan, yaitu doa dari Imam Baqir as, maka antum akan menguatkan poin (d) di atas. Doa yang berikut ini:

قال باقر علوم الأولين والآخرين(عليه السلام) في دعاء السحر العظيم لشهر الله المبارك وغيره: «اللّهمّ إنّي أسألك من أسمائك بأكبرها وكلّ أسمائك كبيرة».

“Ya Allah, aku bermohon kepadaMu dengan Nama-namaMu dengan seluruh kelebihbesaranNya dan semua Nama-namaMu adalah Besar/Agung.”

f- Dalam suatu hadits di kitab Tafsir Abu al-Futuuh al-Raazii diriwatkan bahwa Imam Ja’far as menjelaskan tentang Nama Yang Paling Agung itu sebagai keadaan manusia itu sendiri. Perhatikan riwayat berikut:

«سئل الإمام جعفر الصادق(عليه السلام) عن أهم أسماء الله الأعظم فقال: ادخل إلى هذا الحوض البارد، فدخل في ذلك الماء وكلما أراد أن يخرج منعه حتى قال: «يا الله أغثني» فقال: هذا هو الاسم الأعظم».

Imam Ja’far ditanya tentang paling pentingnya Nama Yang Paling Agung, lalu beliau as berkata: “Masuklah kamu ke dalam kolam yang dingin ini!” Lalu yang bertanya itu masuk ke dalamnya. Setiap dia mau keluar dari kolam yang dingin itu, dihalangi oleh beliau as. Begitu seterusnya sampai dia tidak kuat lagi dan berkata: “Ya Allah tolonglah aku.” Kala itulah Imam Ja’far as berkata: “Itulah Nama Yang Paling Agung.”
Lihat Terjemahan

Sinar Agama .

g- Dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa Ismu A’zham itu dekat dengan Bismillaahi al-Rahmaani al-Rahiimi. Perhatikan hadits berikut:

أبي هاشم الجعفري قال: سمعت أبا محمّد (عليه السلام) يقول: بسم الله الرحمن الرحيم أقرب إلى اسم الله الأعظم من سواد العين إلى بياضها»

Imam Abu Muhammad as berkata: “Bismillaahi al-Rahmaani al-Rahiim itu lebih dekat kepada Nama Yang Paling Agung dari dekatnya hitamnya mata kepada putihnya.” (Bihaaru al-Anwaar, 19/18; Tafsir al-‘Ayyaasyi, tafsiran surat Faatihah; dan lain-lainnya).

h- Ada juga ‘urafa’ dan ulama yang memperkirakan bahwa Ismu A’zham itu adalah ayat yang berawalan dengan Allah dan berakhiran dengan Huwa sebagaimana diuraikan beberapa ulama seperti di kitab al-Kalimu al-Thayyib karya Sayyid Ali Khaan al-Syiiraazii al-Madanii. Yaitu pada ayat-ayat berikut ini:

- QS: 2:225:

(اللهُ لا إلَهَ إلاَّ هُوَ الحَيُّ القَيُّومُ).

“Allah, tiada Tuhan selain Dia, Maha Hidup dan Qayyuum (berdiri sendiri dan yang lainNya berdiri kepadaNya).”

- QS: 3:2:

(اللهُ لا إلَهَ إلاَّ هُوَ الحَيُّ القَيُّومُ).

- QS: 4:88 :

اللهُ لا إلَهَ إلاَّ هُوَ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إلَى يَوْمِ القِيَامَةِ لا رَيْبَ فِيهِ وَمَنْ أصْدَقُ مِنَ اللهِ حَدِيثاً).

- QS: 20:41:

(اللهُ لا إلَهَ إلاَّ هُوَ لَهُ الأسْمَاءُ الحُسْنَى).

- QS: 27:26:
(لا إلَهَ إلاَّ هُوَ رَبُّ العَرْشِ العَظِيمِ).

- QS: 46:13:

(اللهُ لا إلَهَ إلاَّ هُوَ وَعَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ المُؤْمِنُونَ).

Dan lain-lain ayat yang senada.

i- Ada yang menjelaskan bahwa Nama Yang Paling Agung itu adalah Nama yang kepadaNya bergantung semua Nama. Yaitu Nama yang tidak memiliki corak dan ragam tepi menampung semuanya yaitu Maha Hidup dan Qayyuum. Lihat di Futuuhaatu al-Makkiyyah, Muhyiddin Ibnu ‘Arabi, bab: 73, jawaban terhadap soalan ke 131:

«ما رأس أسمائه الّذي استوجب منه جميع الأسماء؟ الجواب: الاسم الأعظم الّذي لا مدلول له سوى عين الجمع وفيه الحي القيوم».

“Apa Nama yang paling tinggi dari Nama-namaNya yang menyebabkan semua NamaNya bergantung kepadaNya? Jawabnya: Nama Yang Paling Agung itu adalah Nama yang tidak menjelaskan apapun selain bahwanNya Dia mencakupi seluruhnya dimana terdapat di dalamNya keHidupan dan keQayyuuman.”

Nama-nama Allah swt ada yang Dzati seperti Allah dan ada yang Sifati seperti Maha Hidup, Ilmu, Berkehendak, Kuasa, Mendengar, Melihat dan Berbicara. Ketujuh Nama ini dikenal juga dengan nama Imam Yang Tujuh atau Tujuh Imam. Sementara Maha Hidup adalah imam dari yang lain bahkan merupakan syarat bagi Nama Dzat itu sendiri. Sebab kalau tidak hidup maka Allah tidak bisa memiliki semua sifat dan aktifitasNya.

Jadi, Maha Hidup dan Qayyuum adalah NamaNya Yang Paling Agung yang terdapat pada ayat: “Laa ilaaha illaa Huwa al-Hayyu al-Qayyuum”.
Lihat Terjemahan

Sinar Agama .

j- Ada juga yang mengirakan bahwa Nama Yang Paling Agung itu adalah Maha Yaqiin tapi disyarati dengan keyaqinan pada disi manusianya. Hal ini didapat dari meraba dua hadits berikut ini:

j-1- Ushuulu al-Kaafii, 1/61:

عن أبي الحسن الرضا(عليه السلام) وساق الحديث إلى أن قال: فقال (أي رجل من الزنادقة) : أوجدني كيف هو وأين هو؟ فقال: ويلك ان الّذي ذهبت إليه غلط هو أيّن الأين، الكيّف الكف بلا كيف فلا يعرف بالكيفوفية ولا بأينونية ولا يدرك بحاسة ولا يقاس بشيء».
فقال الرجل: فإذاً انّه لا شيء إذا لم يدرك بحاسة من الحواس، فقال أبو الحسن(عليه السلام): «ويلك لما عجزت حواسك عن ادراكه نكرت ربوبيته، ونحن إذا عجزت حواسنا عن ادراكه أيقنا أنه بخلاف شيء من الأشياء».

Seorang kafir datang kepada Imam Ridha as dan berkata: “Katakan padaku bagaimana Dia dan dimana Dia?”

Imam as menjawab: “Salah kamu. Apa yang kamu pikirkan itu keliru. Dia yang menentukan mana dan menentukan bagaimana tanpa bagaimana. Karena itu Dia tidak bisa diketahui dengan bagaimana dan dimana dan tidak pula dapat diketahui dengan indra serta tidak bisa dibandingkan dengan apapun.”

Orang itu bertanya lagi: “Kalau begitu Dia tidak ada apa-apanya (tiada) kalau tidak bisa diketahui dengan indra.”

Imam as berkata: “Salah kamu, kalau setiap yang kamu tidak bisa ketahui melalui indra lalu kamu ingkari keTuhanNya. Kalau kami, ketika indra kami tidak dapat mengetahuinya, maka kami meyakiniNya bahwa Dia berbeda dari apapun.”

Dari hadits ini dapat diketahui bahwa Yaqiin atau Maha Yaqiin adalah salah satu dari Nama Allah swt. Karena makna Yaqiin adalah Tidak Ada Yang MenyerupaiNya.
Lihat Terjemahan

Sinar Agama .

j-2- Ushulu al-Kaafii, 2/44:

عن إسحاق بن عمار، قال: سمعت أبا عبدالله (عليه السلام) يقول:
«إن رسول الله(صلى الله عليه وآله وسلم) صلّى بالناس الصبح فنظر إلى شاب في المسجد وهو يخفق ويهوي برأسه مصفرّاً لونه، قد نحف جسمه وغارت عيناه في رأسه، فقال له رسول الله(صلى الله عليه وآله وسلم): كيف أصبحت يا فلان؟ قال: أصبحت يا رسول الله مُوقناً، فعجب رسول الله(صلى الله عليه وآله وسلم) من قوله، وقال: إنّ لكلّ يقين حقيقة فما حقيقة يقينك؟ فقال: إنّ يقيني يا رسول الله هو الّذي أحزنني وأسهر ليلي وأظمأ هواجري، فعزفت نفسي عن الدنيا وما فيها حتى كأ نّي أنظر إلى عرشي ربّي وقد نصب للحساب وحشر الخلائق لذلك وأنا فيهم، وكأ نّي أنظر إلى أهل النار وهم فيها معذَّبون مصطرخون، وكأني الآن أسمع زفير النار يدور في مسامعي، فقال رسول الله(صلى الله عليه وآله وسلم) لأصحابه: هذا عبدٌ نور الله قلبه بالإيمان، ثم قال له: الزم ما أنت عليه، فقال الشاب: ادع الله يا رسول الله أن اُرزق الشهادة معك، فدعا له رسول الله(صلى الله عليه وآله وسلم) فاستشهد بعد تسعة نفر وكان هو العاشر».

Pada suatu hari Rasulullah saww melalukan shalat Shubuh bersama umat beliau saww. Kemudian beliau saww melihat pada seorang pemuda di dalam masjid yang menggerak-gerakkan kepalanya sementara warnya kekuningan (lemah) badannya kurus dan matanya cekung ke dalam kepalanya. Rasullah saww berkata kepadanya:

“Bagaimana kamu menjumpai pagi ini wahai Fulan?”

Dia menjawab:

“Aku menjumpai pagi dengan penuh keyakinan wahai Rasullah (saww).”

Rasulullahpun saww terkejut mendengarnya, lalu berkata kepadanya:

“Sesungguhnya pada setiap keyakinan itu memiliki hakikat. Apa hakikat keyakinanmu?”

Dia menjawab:

“Ya Rasulullah (saww) sesungguhnya yakinku ini yang telah membuatku berduka, membuat malam-malamku dalam jaga, mendahakanku akan kepergianku (mati), karena itu aku berpantang diri dari dunia dan seisinya hingga aku seperti melihat ‘Arsy Tuhanku di mana di terlihat telah menegakkan hisab/perhitangan-amal dan mengumpulkan semua makhluk dan aku ada di antara mereka. Aku juga seakan melihat orang-orang yang di neraka di mana mereka tersiksa di dalamnya. Aku sekarang ini juga seakan mendengar gelora neraka dan berngiang-ngiang di telingaku.”

Rasulullah saww berkata kepada para shahabat:

“Orang ini adalah hamba yang telah dicahayai hatinya oleh Allah dengan iman.”

Lalu Rasulullah saww berkata pada orang tersebut:

“Tetaplah dengan apa yang telah kamu capai.”

Anak muda itu berkata:

“Doakan aku ya Rasulullah (saww) agar Allah memberiku rejeki kesyahidan bersamamu”

Rasulullahpun saww berdoa untuknya dan diapun syahid setelah 9 orang sebelumnya mencapai kesyahidan. Dia merupakan syahid yang ke sepuluh. Diperkirakan dengan kuat bahwa anak muda itu bernama Haaritsah bin Maalik ra walau ada juga yang mengira bahwa dia itu adalah Zaid bin Haarits.
Lihat Terjemahan

Sinar Agama .

k- Ada juga dalam riwayat bahwa Nabi saww berkata pada Ummu Salamah ra yang berdoa dengan doa berikut ini sebagai berdoa dengan Nama Yang Paling Agung, yaitu:

اللهم إني أسئلك بأسمائك الحسنى، ما علمت منها وما لم أعلم وأسألك باسمك الاعظم الذي إذا دعيت به أجبت، وإذا سئلت به أعطيت، فان لك الحمد لا إله إلا أنت المنان بديع السموات والارض يا ذا الجلال
والاكرام

“Ya Allah, aku bermohon padaMua dengan Nama-nama HusnaMu, baik yang aku tahu atau yang tidak kuketahui. Dan aku bermohon padaMu dengan Nama Paling AgungMu yang kalau berdoa denganNya Engkau mengabulkannya, dan kalau memintaMu denganNya Engkau memberinya. Sesungguhnya hanya bagiMu segala puja, tiada Tuhan selain Engkau Maha Pemberi, Pencipta Langit dan Bumi, wahai Yang Maha Perkasa dan Maha Pemberi.” (Bihaaru al-Anwaar, 90/227).

l- Ada juga riwayat yang mengatakan bahwa doa berikut ini adalah Nama Yang Paling Agung, yaitu:

يا الله يا الله يا الله، وحدك لا شريك لك أنت المنان بديع السموات والارض ذو الجلال والاكرام وذوا الاسماء العظام، وذو العز الذي لا يرام وإلهكم إله واحد لا إله إلا هو الرحمن الرحيم، وصلى الله على محمد وآله أجمعين

“Ya Allah, Ya Allah Ya Allah, Maha Esa Engkau tiada sekutu bagiMu. Engkau Maha Pemberi, Pencipta langit dan bumi, Maha Perkasa dan Maha Pemurah dan memiliki Nama-nama Yang Agung, Maha Mulia dan Tidak Memerlukan Apapun. Tuhan kalian adalah Tuhan yang Esa tiada Tuhan selain Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan shalawat ke atas nabi Muhammad dan Ahlulbait seluruhnya." (Bihaaru al-Anwaar, 90/227).

7- Kesimpulan:

a- Dari berbagai keterangan di atas dan dari tempat lain juga, dapat disimpulkan bahwa Sumber segala Nama Tuhan itu kadang berhenti pada Huwa/Dia, Dzu al-Jalaali wa al-Ikraam, Allah, Tabaaraka wa Ta’aalaa, Huwa al-Awwalu wa al-Aakhiru wa al-Zhaahiru wa al-Baathinu, al-Hayyu al-‘Aalimu al-Muriidu al-Qaadiru al-Samii’u al-Bashiiru al-Mutkallimu, 99 Asmaa’ dimana yang dikatakan siapa yang menghitungnya akan mendapat surga (menghitung yakni mengetahui dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata), seribu satu Nama seperti di doa Jausyah Kabiir, empat ribu Nama (Bihaaru al-Anwaar, 2/164), 73 Huruf, dan semacamnya.

b- Sebagaimana sudah sering dijelaskan bahwa Asmaa’ atau Nama Tuhan yang hakiki itulah yang memberikan efek di alam wujud atau di dalam keberadaan, bukan namanya Nama atau bukan tulisan dan bacaan Nama seperti bacaan Allah, Huwa dan lain sebagainya itu.

c- Ketika yang berpengaruh hanyalah Nama yang hakiki dan bukan tulisan atau bacaannya, maka tulisan dan bacaaan terhadap Nama-nama itu hanya berpengaruh pada kesunnahan dan pahala serta paling banter/tinggi memancing datangnya pengaruh dari Hakikat Nama yang diucapkannya dan didzikirkan serta didoakannya. Akan tetapi diri lafazh atau kata atau ucapan itu, tidak memberikan pengaruh lebih dari itu.

d- Untuk memantapkan poin (c) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh kata dan ucapan Nama itu akan dipengaruhi dengan keyakinan yang membacanya. Kalau dirinya sampai ke tingkat yakin seperti yang dialami oleh Haarits bin Maalik itu, dimana keyakinannya itu dengan bukti yang benar (lihat lagi makna yakin dan tanda-tandanya seperti yang sudah dijelaskan di atas), maka Nama yang Hakiki itu akan memberikan efek pada kehidupan nyata sesuai dengan yang diinginkan oleh pendoanya. Tapi kalau tidak demikian, maka sangat mungkin si pembaca hanya mendapatkan pahala saja dari dzikir dan doanya tersebut. Atau kalaulah mendapatkan juga apa-apa yang diinginkannya, maka hal tersebut murni sebagai pemberian Tuhan Yang Maha Pemurah saja, bukan karena mutu jiwa dari pembaca atau pendzikirnya.

e- Antum yang ingin mendapatkan pengampunan dan hajat-hajat, sama sekali tidak dilarang membaca dzikir-dzikir dan doa-doa yang dikatakan sebagai Nama Yang Paling Agung di atas. Bahkan bagus dan berpahala serta insyaaAllah melapangkan terkabulnya hajat. Tapi dengan pemahaman yang benar seperti yang sudah dijelaskan di atas itu.

f- Bagi teman-teman yang memburu Tuhan dengan mengenyampingkan kesukaan pada dunia, maka diharapkan terus belajar makrifat dan mengaplikasikannya dalam hidup nyata yaitu dengan tidak melakukan dosa, melakukan semua kewajiban, tidak melakukan makruh, tidak menyukai yang mubah dan kebaikan-kebaikan yang lain selain hanya dan hanya Allah swt semata. Wassalam.

Hendy Laisa Syukron Ustadz Sinar Agama atas penjelasannya.... 

Sinar Agama Pandir Pandir, saya belum paham pertanyaan antum, tolong dijelaskan lagi, afwan.








0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.