Saturday, November 26, 2016

on Leave a Comment

TAHAPAN-TAHAPAN Tazkiyatu al-Nafs DALAM SULUK

Link : https://web.facebook.com/shadra.hasan/posts/1126748770708361


Salam ustad.
Ana mau tanya ttg tazkiytun nafs secara AB.
1. Apa syarat2nya
2. Apakah awam boleh menjalaninya
TRims ust Sinar Agama
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
3 Komentar
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1:

a- Saya sudah terlalu sering menjelaskan hal ini. Tazkiyatu al-Nafs itu memiliki beberapa tahapan sebagai berikut:

a-1- Mempelajari akidah dan fiqih keseharian yakni fatwa marja'nya (baik fiqih pribadi, keluarga, sosial-politik, budaya, ekonomi dan apa saja yang menyangkut keseharian kita).

a-2- Setelah tahu kewajibannya maka wajib meninggalkan dosa, baik yang dari jenis melakukan haram atau meninggalkan yang wajib. Meninggalkan dosa ini dilakukan dengan hati (tidak menyukainya) dan perbuatan.

a-3- Setelah bersih dari dosa hingga bisa disebut dengan adil dalam istilah fiqih, harus meninggalkan makruh yang juga dilakukan dengan hati dan perbuatan.

a-4- Setelah meninggalkan seluruh dosa dan makruh, menjauhi yang mubah dengan hatinya. Yakni tidak boleh menyukainya walau tetap boleh atau bahkan sunnah atau wajib melakukannya seperti bernafas, makan, minum, berpakaian, berkeluarga dan semacamnya. Hal itu karena seseorang di tingkatan ini sudah harus berlatih untuk meninggalkan kesukaan dan kecintaan kepada selain Allah swt.

Sebenarnya yang dikatakan suluk hakiki itu baru dimulai di poin (a-4) ini. Yakni perjalanan atau tazkiyatu al-nafs yang sebenarnya. Jadi, selama seseorang masih memiliki dosa atau makruh maka selamanya tidak bisa naik ke derajat suluk hakiki atau tazkiyatu al-nafs yang hakiki ini. Artinya, walaupun dia jungkir balik melakukan poin (a-4) ini, maka tidak akan mengangkatnya ke derajat yang di atasnya walaupun tetap saja mendapat pahala dari usaha taatnya tersebut. Sebab perbuatan di tingkatan ini, tidak wajib sama sekali. Jadi, kebaikannya atau pahala dari yang tidak wajib ini, tidak dapat menutupi dosa maksiat yang dia lakukan di derajat sebelumnya. Begitu pula sulit menutupi lubang kekurangan jiwanya yang diakibatkan oleh pekerjaan makruhnya.

a-5- Meningalkan seluruh kebaikan apapun dengan hatinya dalam arti seperti hal di atas yaitu tidak boleh menyitainya. Karena hatinya harus menyintai Allah selalu dan tidak mencampurinya dengan apapun sekalipun baik seperti ibadah-ibadah, pahala, surga, ilmu, karamat, kasyaf (terbukanya tabir keghaiban), ilmu ladun, dan semacamnya.

a-6- Biasanya setelah melakukan poin (a-5) di atas, ruh dan jiwanya semakin kuat karena semakin tidak menyintai apapun. Karena itu ia akan dapat mengkasyaf atau bahkan menjangkau Lauhu al-Mahfuuzh dan derajat-derajat di atasnya. Lauhu al-Mahfuuzh itu derajat di atas surga dan juga dikenal dengan 'Arsy.

Orang di tingkatan ini harus terus istiqamah untuk tidak menyukai apa saja yang sudah dicapainya itu dan hatinya harus terus hanya difokuskan pada Allah dan kecintaan padaNya.

a-7- Ketika semua itu dilakukan dengan istiqamah, yaitu tidak menyintai semua yang dicapainya sekalipun baik dan super kebaikan dalam pandangan agama, maka seorang pesuluk akan mencapai deraja Akal-pertama yaitu makhluk pertama yang diciptakan Allah swt.

a-8- Kalau dia tidak menyintainya juga, maka ia akan mencapai deraja Fanaa'. Yakni tidak menyintai SEMUA makhluk Allah. Sebab Akal-pertama itu adalah awal makhluk dan akhir dari silsilah sebab-sebab perantara Allah dalam menciptakan semua makhluk seperti tanah terhadap badan manusia, mani terhadap darah dan darah terhadap janin dan seterusnya dalam mencipta manusia.

a-9- Dalam Fanaa'nya itu dia masih merasakan keberadaan dirinya walau sedikit, yaitu karena masih bisa merasakan dan masih menyadari kalau dirinya sudah tidak menyintai apapun selain Allah. Di tingkatan ini dia harus melepaskan kesadarannya ini sekalipun. Sebab ketika masih menyadarinya, berarti dia belum lepas secara hakiki dari seluruh selain Allah swt. Kalau dia istiqamah maka akan mencapai derajat Fanaa'-nya Fanaa'.

a-10- Dengan tercapainya kefanaa-an mutlak, yakni tidak menyintai dan bahkan tidak merasakan adanya selain Allah swt, maka dia sudah bisa dikatakan WALI. Namun masih Wali Kecil. Sebab tiga perjalan suluk lain menantikannya. Lihat keterangan yang telah lalu-lalu.

2- Siapapun bisa melakukan tazkiyah ini sesuai dengan penjelasan di atas. Artinya tidaklah harus seorang alim yang bisa melakukannya. Siapapun yang tahu kewajiban akidah dan fiqih sehari-harinya, maka dia bisa melakukan suluk atau tazkiyatu al-nafs yang sejati, bukan yang atas nama dan hanya bisa gembar gembor yang kalau ditanya mengapa masih melakukan dosa bisanya hanya bersyair bahwa kita ini manusia biasa dan tidak mungkin lepas dari dosa. Bayangkan, untuk membela dirinya sampai tega mencela agama dan Tuhannya. Karena konsekuensi dari perkataannya itu adalah bahwa agama dan Tuhan, tidak menurunkan agama yang sesuai dengan kemampuan manusia hingga karena itulah maka tidak ada manusia selain Nabi saww yang bisa terlepas dari dosa. Na'udzubillah.

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.