Thursday, November 24, 2016

on Leave a Comment

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.

Link : https://web.facebook.com/sinaragama/posts/1047817428665047

salam ustadz .. mohon pencerahannya tentang makna surat An-Nisaa 79: "Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri..."
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya: Secara ringkas penjelasan terhadap rabaan makna ayat tersebut dan sekedar mengulangi berkali-kalinya penjelasan tentang ikhtiar manusia dan susunan alam semesta dan sejarah penciptaan masing-masingnya, maka:

1- Semua yang terjadi di alam ini memiliki sebab. Dan silsilah sebab-sebab itu kalau dirunut/diurut, akan sampai pada Allah.

2- Sebab-sebab yang dimaksud seperti manusia dari janin, janin dari segumpal daging, segumpal daging dari darah, darah dari mani, mani dari daging kambing (misalnya), daging kambing dari rumput, rumput dari tanah, tanah dari ini dan itu dan seterusnya sampai kepada Allah swt. Lihat catatan yang menerangkan tiga urutan semesta.

3- Sebab-sebeb di poin 2 itu adalah sebab-sebab pendekat atau sebab-sebab potensi, bukan pemberi. Kalau pemberi atau pewujud, maka yang mewujudkannya, seperti alam malakut yang juga disebut barzakh, lalu barzakh dari akal (bukan akal manusia, lihat catatan yang menerangkan tiga alam) lalu akal yang di derajat bawah dari yang di derajat atas dan begitu seterusnya sampai ke Akal-satu, lalu Akal-satu dari Allah.

4- Kalau diperhatikan makna sebab pemberi, maka sebab-sebab yang di tengah, yakni sebab-sebab yang juga memiliki sebab, bukanlah sebab hakiki melainkan hanya sebab perantara. Dan sebab hakikinya hanya Allah swt.

5- Ketika hal di atas sudah dipahami, maka apapun yang terjadi di bawah, baik itu hal-hal baik atau buruk, semuanya bersumber dari Allah. Ini makna tauhid. Tidak seperti agama Majusi yang sudah diselewengkan yang mengatakan bahwa ada dua Tuhan dimana yang satu mencipta hal baik dan satunya lagi mencipta hal buruk.

6- Untuk hal buruk, maka sebenarnya tidak ada wujudnya. Sebab buruk itu disebabkan oleh ketiadaan. Misalnya orang yang tidak punya hidung atau tidak punya akhlak, dikatakan buruk. Nah, sebab keburukannya adalah ketiadaan hidung dan ketiadaan akhlaknya. Dengan demikian, kok bisa ketiadaan menyebabkan keberadaan?

Sementara kalau kebaikan, memiliki sebab keberadaan. Karena yang dikatakan baik, seperti punya mata, iman, taat dan semacamnya itu adalah disebabkan adanya suatu keberadaan seperti keberadaan mata, iman dan semacamnya itu.

7- Jadi, semua yang ada itu tidak lain hanyalah kebaikan. Dan semua keberadaan ini, datangnya dari Tuhan sebagaimana maklum.

8- Kalau keburukan itu tidak ada, lalu apa yang dimaksudkan buruk dalam ayat-ayat dan riwayat-riwayat atau dalam pengajaran agama dan akhlak dan fiqih dan semacamnya seperti syirik, menyembah berhala, ingkar pada Nabi saww, tidak beriman pada Imam Makshum as, makan babi, zina, mabok, judi, mengganggu orang lain, korupsi, bohong dan semacamnya itu, yakn disamping masalah-masalah keradaan seperti jeleknya orang tidak berhidung, orang buta dan semacamnya dan disamping masalah-masalah sosial seperti jeleknya kemiskinan dan semacamnya?

Jawabannya adalah:

a- Jelek ada dalam perbandingan. Yakni di akal kita dibandingkan akan dua hal yang bertentangan antara yang memiliki keberadaan dan yang tidak memilikinya. Karena itu, maka jelek ini adanya di alam perbandingan akal, bukan di alam nyata. Yang di alam nyata hanya miskin, zina, tidak ada hidungnya, syirik da semacamnya.

b- Ingat, pembahasan kita di sini adalah tentang wujud yang ada di alam nyata, bukan nilai yang ada di alam akal kita dan akhlak kita yang keberadaannya di dalam akal.

c- Dalam hakikat keberadaan tentang hal-hal yang menyentuh ajaran/prinsip, agama dan moral, yang mana di sana banyak hal dikatakan jelek, sebenarnya dalam wujud adalah keberadaan yang mana sudah dibuktikan di atas yang namanya keberadaan itu adalah tidak jelek. Dan yang jelek hanya ada dalam alam perbandingan akal, bukan di wujud luarnya.

Sinar Agama .

d- Kebaikan hal-hal yang dalam ajaran/prinsip/akidah, agama, moral dan semacamnya itu dikatakan suatu kejelekan seperti syirik, zina dan semacamnya itu, adalah kenaikan derajat wujudnya. Misalnya dulu seseorang sebelum syirik atau zina, derajat wujud ke arah api dan kegelisahan serta kegelapan, masih nol, artinya derajat wujudnya katakanlah ke arah derajat kenikmatan dan surga. Tapi ketika sudah melakukan syirik dan/atau zina, maka yang tadi ke arah derajat wujud surga dan kenikmatan, beralih ke tingkat wujud api neraka, siksa dan penderitaan. Mirip orang yang tadinya sebelum emosi dimana tekanan darahnya masih biasa, sekarang ketika emosi darahnya jadi naik dan detak jantungnya semakin cepat. Nah, semuanya keberadaan. Dan kebedaan dari sisi adanya (bukan nilai moralnya) adalah baik karena sebabnya keberadaan itu ada (sementara sebab keburukan itu tidak ada atau ketiadaan).

Jadi, kafir dan syirik yang sengaja, penzina yang tahu hukum Islam dan semacamnya itu, adalah kenaikan wujud, akan tetapi ke tingkatan api neraka. Itulah mengapa di Qur an banyak dikatakan bahwa api neraka itu sudah ada dan berlaku sejak sekarang dan tidak menunggu kelak di akhirat.

Misalnya di QS: 2:174:

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ إِلَّا النَّارَ

"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah diturunkan Allah dari al-Kitab (Qur an dan kitab-kitab Tuhan yang lain) dan membelinya/menjualnya dengan harga yang sedikit maka mereka tidak memakan apapun di perut mereka kecuali neraka."

Di ayat ini jelas tidak dikatakan nanti akan masuk neraka sekalipun di ayat lain dikatakan bahwa di akhirat mereka akan masuk neraka. Akan tetapi dikatakan bahwa apapun yang mereka makan sekarang di dunia ini adalah tidak lain selain api neraka itu. Jadi, kesimpulannya bahwa neraka itu sudah berlaku dari sejak sekarang dan sampai kelak di akhirat.

Bedanya hanyalah bahwa ketika di dunia manusia tidak melihat dan tidak pula merasakannya; ketika di kuburan melihatnya tapi tidak merasakannya; sementara di akhirat melihat dan merasakannya. Perhatikan keadaan di kuburan yang dapat melihatnya dari penjelasan QS: 40:46:

النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ

"Api itu disajikan (ditunjukkan) kepadanya (Fir'aun dan pendukungnya) di pagi dan sore hari, dan pada hari kiamat kelak Fir'aun dan pendukung Fir'aun dimasukkan ke dalam neraka dengan sekeras-kerasnya adzab."

9- Dengan semua penjelasan di atas dapat dipahami bahwa apapun keberadaan datangnya dari Tuhan, baik yang kita pandang dalam akal sebagai kebaikan atau keburukan (dimana secara luar akalnya atau di alam nyatanya keburukan ini adalah kebaikan karena dianya adalah keberadaan sebagaimana maklum).

10- Ketika Tuhan, Nabi saww, para Imam Makshum as atau kita sebagai manusia mengatakan pada sesuatu itu jelek, seperti syirik, zina, buta, kecelakaan, sakit, masuk neraka, dan semacamnya maka maksudnya adalah dari sisi perbandingan di dalam akal, bukan di alam nyatanya.

11- Ketika Tuhan mengatakan bahwa kejelekan itu diakibatkan kita sendiri, maksudnya sebagai sebab yang paling dekat dengan keburukan tersebut. Yaitu ikhtiar kita sebagai manusia yang diberi kemampuan akal dan ikhtiar untuk memilih.

12- Lalu mengapa Tuhan katakan yang jelek itu dari kita sementara yang baik yang mana sebab dekatnya juga ikhtiar manusia dikatakan dari Dia?

Jawabannya (Ini Jawaban Soalannya Juga) adalah:

Karena Tuhan sejak dari awal penciptaan ingin memberikan yang terbaik dan yang tercocok untuk semua makhluk termasuk kepada manusia. Karena itulah Tuhan memberikan panca indra, akal, agama dan bimbingan, tidak lain agar manusia memilih derajat wujud yang sesuai dengan diri dan esensinya, yaitu ke derajat kenikmatan dan surga yang benar-benar ada di alam nyata (baca: bukan perbandingan dalam akal). Nah, ketika sejak dari awal penciptaan lalu dibarengi dengan berbagai potensi dan kemampuan untuk dan agar memilih derajat wujud yang sesuai dengan akal seperti surga dan kenikmatan jiwa, tapi manusia masih juga memilih derajat wujud yang tidak sesuai yang dikatakan keburukan dalam perbandingan seperti wujud api dan neraka dimana hal ini tidak sesuai dengan keberadaan akalnya, maka jelas sekali kalau keburukan yang akan dialaminya (derajat wujud yang tidak sesuai itu) adalah dikarenakan oleh ikhtiarnya sendiri. Inilah yang dikatakan bahwa keburukan manusia itu datang dari diri manusia itu sendiri.

Sementara kalau manusia memilih yang sesuai dengan derajat wujudnya seperti surga dan kenikmatan jiwanya, maka karena seluruh sebab-sebab potensinya dari Tuhan dan manusia hanya memilih saja, terlebih ditambah dengan adanya inayah, dorongan dan taufik serta hidayah dariNya, maka jelas ikhtiar manusia itu tidak setetes dari samudra lautan sebab-sebab yang diberikan Tuhan untuk terjadinya derajat wujud kebaikan bagi manusia. Itulah mengapa Tuhan mengatakan bahwa yang baik itu dari Tuhan.

Semoga penjelasan ulangan yang entah ke berapa kalinya ini, dapat memberikan manfaat bagi saya dan antum semua, amin.

Ibnu Zakaria terima kasih penjelasannya ustadz Sinar Agama

setelah membaca penjelasan di atas ditambah dengan membaca catatan-catatan ustadz lainnya terutama tentang wujud, 3 alam, dan tentang takdir, berikut saya coba meringkas apa yang saya pahami dari penjelasan dan catatan-catatan ustadz tersebut.

apakah sudah benar atau jika keliru, mohon koreksinya ustadz:

1. semua ikhtiar manusia adalah salah satu sebab-pendekat atau sebab-potensi terhadap akibat yang akan dia alami/peroleh, oleh karena itu manusia akan dimintai pertanggungjawabannya atas ikhtiarnya itu

2. yang dimaksud ikhtiar-ikhtiar disini adalah semua perbuatan (baik atau buruk) manusia untuk kehidupannya, termasuk usaha/kerja, sikap, niat, doa, sedeqah, amal-shaleh, dll

3. apa yang terjadi pada manusia, selain disebabkan oleh ikhtiar dirinya sendiri, juga terkait dengan sebab-sebab-potensi lainnya, termasuk ikhtiar orang lain, sosial/lingkungan, kebijakan negara, tabiat alam, dsb

4. yang mewujudkan hasil dari sebab-sebab tsb di alam materi adalah sebab-pemberi atau sebab pewujud, mulai dari alam malakut dst sampai ke akal-satu, sampai kepada Allah swt, sehingga secara hakiki semua penyebab keberadaan adalah Allah

5. akan tetapi Allah swt hanya menciptakan kebaikan, karena itu semua keberadaan adalah kebaikan. sedangkan yang dimaksud dengan keburukan adalah tiadanya kebaikan, dengan demikian keburukan tidak ada wujudnya (seperti buta = tidak punya mata; kafir = tidak punya iman, dll), melainkan "istilah" keburukan itu hanya di alam perbandingan akal.

6. perbuatan manusia (baik atau buruk) menyebabkan wujud keberadaannya (ruhaninya) mengalami kenaikan derajat wujud, baik ke derajat kenikmatan/surga ataupun ke tingkatan api/neraka, sehingga pada dasarnya ruhani manusia mengalami perubahan kemenjadian-wujud-ruhani-baru secara terus-menerus, sesuai dengan kenaikan derajat wujudnya, entah akan menjadi derajat api neraka ataukah surga, sesuai dengan ikhtiar-ikhtiarnya. jadi manusialah yang "menjadikan" dirinya sendiri (ruhaninya) ke arah derajat wujud surga atau derajat wujud neraka

7. karena pada dasarnya Allah swt menghendaki kebaikan buat manusia, maka Allah swt telah menyediakan semua penyebab-penyebab-potensi, baik panca indera, akal/rasio, agama, rasul, imam, bimbingan marja' dan juga ditambah dengan taufik, hidayah, dan inayahNya sebagai akibat dari ikhtiar-baiknya .. maka dikatakan dalam ayat itu, bahwa semua kebaikan berasal dari Allah

8. akan tetapi ketika manusia tetap memilih derajat-wujud-keburukan yang pada hakikatnya tidak sesuai dengan keberadaan akal dan esensi dirinya, maka akibat keburukan yang kemudian ia alami (yaitu derajat-wujudnya-menuju-kemenjadi-api) adalah akibat perbuatan manusia itu sendiri.

Apakah pemahaman demikian sudah benar ustadz?

Terima kasih atas semua bimbingannya. Saya sungguh bersyukur sekali dapat menimba ilmu dari catatan-catatan ustadz. Semoga Allah swt melimpahi balasan pahala tak terhingga pada ustadz dan keluarga. Amin

Sinar Agama Ibnu Zakaria, saya biasanya tidak mengomentari penyimpulan teman-teman karena harus baca terlalu panjangnya tulisan mereka. Selama ini memang saya hindari. Sekali ini boleh. Beda kalau tulisannya pendek.

1- Tidak seperti itu. Yang benar bahwa ikhtiar manusia itu adalah SEBAB DEKAT, bukan sebab pendekat/potensi.

3- Sebab lain bisa potensi dan bisa sebab dekat serta bisa sebab jauh. Misalnya ikhtiar kita dipengaruhi oleh guru atau teman, maka guru dan teman ini kalau bentuk kesebabannya itu berupa kata-kata, maka pendekat/potensi. Sebab, sebab hakikinya yang berupa sebab jauh adalah ilmu/gambaran yang ada di benak pelaku ikhtiar sebelum melakukan sebab dekatnya yang berupa ikhtiar tersebut. Jadi, kata-kata guru menjadi pendekat bagi sebab hakiki turunnya ilmu dalam alam barzakh, dan ilmu atau kesadaran ini menjadi sebab dekat bagi keinginan pelaku ikhtiar untuk memilih suatu perbuatan yang dikatakan ikhtiar dan baru ikhtiarnya inilah yang menjadi sebab dekat bagi perbuatannya.

Jadi, guru adalah sebab pendekat/perantara (sebab dia tidak memberi ilmu dan hanya menyebabkan turunnya ilmu dari sebab hakikinya yaitu alam barzakh/malakuut yang pada ujung-ujungnya bersumber dari Tuhan), ilmu sebab jauh dan ikhtiar sebab dekat bagi suatu perbuatan.

7. Karena pada dasarnya Allah swt menghendaki kebaikan buat manusia, maka Allah swt telah menyediakan semua penyebab-penyebab-potensi dan penyebab-pebyebab perantara, baik Jabaruut/Akal, malakuut, tanah, mani, air, alam semesta, panca indera, akal/rasio, agama, rasul, imam, bimbingan marja' dan juga ditambah dengan taufik, hidayah, pertolongan dan inayahNya sebagai sebab dari ikhtiar-baiknya .. maka dikatakan dalam ayat itu, bahwa semua kebaikan berasal dari Allah.

8. Akan tetapi ketika manusia tetap memilih derajat-wujud yang tidak sesuai, seperti neraka yang diistilahkan dengan keburukan itu, yang mana pada hakikatnya suatu keberadaan yang tidak sesuai dengan derajat keberadaan dirinya yang mulia yaitu yang berupa akal yang terkandung dalam esensi dirinya, maka akibat yang berupa keberadaan yang tidak sesuai itulah yang diistilahkan dengan keburukan. Dan karena dipilihnya sendiri oleh manusia, maka karena itulah Tuhan mengatakan bahwa keburukan itu datang dari manusia itu sendiri. Hal itu karena sejuta sebab-sebab perantara dan potensi diberikanNya untuk memilih wujud yang sesuai dengan derajat akal/esnsi-nya, akan tetapi masih juga memilih derajat wujud yang tidak sesuai. Jadi, sekalipun derajat neraka ini juga datang dari Allah, akan tetapi karena Tuhan tidak menginginkannya terjadi pada manusia dan Tuhan telah memberikan sejuta sebab-sebab kebaikan, baik sebab perantara atau sebab jauh, maka dikatakan bahwa derajat yang tidak sesuai yang dikatakan sebagai keburukan itu, datangnya dari manusia itu sendiri.

Ibnu Zakaria alhamdulillah .. terima kasih koreksinya ustadz.






0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.