Thursday, October 6, 2016

on Leave a Comment

AGAMA adalah CINTA. Allah swt mewajibkan untuk mencintaiNya dan melarang mencintai selainNya. Tidak mungkin Islam mengajarkan cinta selain Allah seperti dunia, tanah air dan semacamnya.

Link : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/1018085484971575


salam ustd. semoga dalam keadaan sehat. maaf mau bertanya.
mengenai surat mumtahana ayat 9 dan surat al baqoroh ayat 246.
apakah tafsir kedua ayat tersebut menyiratkan akan nya cinta pada negara atau tanah air ust
trims
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Tidak mungkin Islam mengajarkan cinta selain Allah seperti dunia, tanah air dan semacamnya.

2- Kalau ada pembolehan menyintai selainNya, hal itu mesti dikarenakan DiriNya, bukan hawa nafsu dan keinginan serta kesenangan kita (manusia).

3- Oleh karena itu maka cinta dunia ini bisa dibagi pada beberapa hal seperti:

a- Cinta dunia dalam arti kehalalan Allah dan dalam arti agar manusia menjauhi yang diharamkanNya seperti tersirat pada QS: 7:32:

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

"Katakan (Muhammad): 'Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang dikeluarkan untuk hamba-hambaNya dan (siapakah yang menharamkan) rejeki yang bai?' Katakanlah: 'Semua itu (disediakan) untuk orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia khusus untuk mereka di hari kiamat.' Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat bagi orang-orang yang mengetahui."

Dalam hal ini Tuhan mengijinkan untuk menggunakan apa-apa yang dihalalkan. Akan tetapi tidak mengatakan untuk menyintainya walau menyintainya tidak juga diharamkanNya.

b- Kehidupan dunia ini bagi manusia tidak lain selain untuk taat padaNya dan mengabdi padaNya. Jadi, apapun yang dihalalkanNya itu merupakan alat untuk menaatiNya, bukan untuk menyintainya. Perhatikan QS: 51:56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan tidaklah Aku mencipta jin dan manusia melainkan untuk taat."

Jadi, semua yang ada pada manusia, baik dirinya dan seluruh yang dimilikinya, merupakan alat untuk taat kepada Allah, bukan untuk dicintai.

c- Walaupun cinta dunia tidak diharamkan selama masih halal (walaupun ayat-ayat Qur an tidak memerintahkan untuk cinta sebagaimana maklum), maka di beberapa ayat sudah mulai mengancam pencintanya dikala melebihkan cinta dunia di atas cinta Allah dan jihad di jalanNya. Perhatikan QS: 9:24:

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

"Katakan (Muhammad): 'Kalau ayah-ayah kalian dan anak-anak kalian dan saudara-saudara kalian dan istri-istri kalian dan keluarga-keluarga kalian dan harta-harta yang kalian usahakan dan perniagaan yang kalian khawatiri kerugiannya, dan tempat-tempat tinggal yang kalian sukai, lebih kalian sukai dari Allah dan RasulNya dan berjihad/berjuang di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya.' Dan Allah tidak memberi hidayah kepada orang-orang yang fasik."

Dalam ayat di atas sudah terdapat kecaman bagi yang lebih menyintai selain Allah, Rasul saww dan Jihad di jalan Allah.

d- Dalam ayat berikut ini, Allah sama sekali melarang menyintai dunia atau selainNya. Perhatikan QS: 28:60:

وَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَزِينَتُهَا وَمَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى أَفَلَا تَعْقِلُونَ

"Dan apa-apa yang telah diberikan kepada kalian adalah kesenangan di kehidupan dunia ini dan perhiasannya. Sementara yang ada di sisi Allah itu lebih baik dan lebih abadi. Apakah kalian tidak mengerti?"

Saya sudah sering menjelaskan bahwa perbandingan itu mesti memiliki kemiripan atau kesejenisan derajat. Kalau tidak, maka tidak akan cocok dan tidak terpahami dengan baik dalam pemahaman komunikasi.

Perbandingan kecantikan si Fulanah dengan Fulanah yang lain, bisa dikatakan memiliki kesejesan derajat. Begitu pula gunung dengan gunung dan semacamnya. Karena itu bisa dikatakan bahwa "Si Fulanah A itu lebih cantik dari si Fulanah B." Atau "Gunung A itu lebih tinggi dari gunung B."

Tapi kalau perbandingannya terlalu jauh, maka tidak bisa dibandingkan dan tidak cocok untuk melebihkan yang satu ke atas yang lain sekalipun kenyataannya memang lebih. Hal itu, disebabkan tidak serasinya perbandingan kedua hal yang dibandingkan. Misalnya "Langit lebih tinggi dari gunung.", atau "Si Fulanah yang meraih kejuaraan ratu kecantikan itu lebih cantik dari monyet", atau "Allah lebih besar dari selainNya." dan semacamnya.

Kalau ada yang mengatakannya, maka maksudnya yang satu memiliki sifat tersebut dan yang lainnya tidak. Karena dalam kalimat "Langit lebih tinggi dari gunung" maksudnya adalah "Langit itu tinggi dan gunung itu pendek". Kalau ada yang berkata: "Si Fulanah yang meraih kejuaraan ratu kecantikan itu lebih canti dari monyet" maka maksudnya adalah: "Ratu kecantikan itu cantik dan monyet itu jelek." Kalau ada yang berkata bahwa "Tuhan itu lebih besar dari selainNya", maksudnya adalah "Tuhan itu Maha Besar dan selainNya sangat kecil."

Perbandingan kenikmatan dunia dan akhirat juga demikian. Hal itu karena tidak ada keserasian dan kedekatan, melainkan beda jauh dan teramat jauh. Sebab dunia ini terbatas dan akhirat itu abadi. Madu dan susu dunia cepat basi, sementara Madu dan susu di surga tidak akan pernah basi selama-lamanya.

Dengan demikian maka dapat dipahami bahwa kalau dalam ayat di atas itu Allah melebihkan rejieki di sisiNya, yaitu pahala dan surga, dari dunia, maka maksudnya adalah akhirat itu baik dan dunia itu jelek.

Dengan demikian pengajaran Islam di derajat yang tinggi adalah bahwa dunia itu jelek dan tidak layak dicintai, sementara akhirat sebaliknya.

4- Ketika Tuhan memberikan kehalalan untuk menggunakan pemberian duniawiNya kepada manusia, Dia juga memberikan hukum-hukum tertentu sesuai dengan kemaslahatan manusia, seperti hak-hak diri dan orang lain. Hal itu agar tidak menjadi percekcokan diantara manusia itu sendiri.

Salah satu hukumNya atas hak-hak itu adalah tidak boleh mengambil hak orang lain dan yang memiliki hak mesti atau wajib untuk mempertahankan haknya.

Nyawa, harga diri, harta, keluarga, tempat tinggal, kampung halaman, negara dan semacamnya, termasuk dalam hukum-hukum di atas. Karena itu tidak boleh mengambil nyawa orang lain, merusak harga diri orang lain, mengganggu keluarga orang lain, merusak atau mengambil tempat tinggal orang lain, mengusir orang lain dari kampung dan negaranya dan semacamnya.

5- Jawaban Soal:
Dua ayat yang antuk tenyakan di atas itu adalah pengajaran Islam tentang poin-poin di atas terutama poin ke (4) nya. Yaitu kemestian untuk mempertahankan tempat tinggal dan negara. Akan tetapi sama sekali bukan untuk menyintainya sebagaimana maklum.

6- Tambahan:
Ada hadits yang mengatakan:

"Cinta wathan itu bagian dari iman."

Wathan di sini adalah tempat asal. Dan tempat asal manusia adalah di sisi Allah (innaa lillaah) yaitu derajat mulia di akhirat. Karena itu, menyintainya jelas baik dan bagus karena tanda iman dan cinta serta taat kepada Allah.
Lihat Terjemahan






0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.