Tuesday, August 2, 2016

on Leave a Comment

Makna peniupan Ruh kepada manusia, dan pengertian ayat QS 7:72 tentang kesaksian manusia yang ditanya "Bukankah Aku ini Tuhan Kalian?


Link : https://web.facebook.com/sinaragama/posts/964887333624724

salam usd.semoga dalam keadaan sehat. Maaf mau bertanya,
Saya membaca catatan ustd mengenai ppenciptaan ruh. Sebelum mulla shadra para filosof dan musslimin percaya kalau ruh sudah diciptakan sebelum badan, dan ruhnya ada di alam ruh/ide(plato) dan baru ditiupkan ke badan setelah 4 bulan. Dan salah satu dalil quran mrk adalah QS: 7: 172,"Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian dari jiwa mereka (seraya berfirman): 'Bukankah Aku ini Tuhan kalian?' Mereka berkata 'Benar, kami menjadi saksi.'"
Akan tetapi pandangan itu di bantah mulla shadra dan menurut mulla shadra adra mengatakan: ruh itu mmg ditiupkan kepada badan ketika badan bayi sudah siap menerimanya. Akan tetapi yang ditiupkan kepadanya bukan ruh yang sudah ada, tetapi pengadaan baru yang dilakukan dengan peniupan itu yang dilakukan oleh malaikat yang mengurusi manusia.
Yang saya tanyakan adalah lalu bagaimana menafsirkan QS: 7: 172, apakah kesaksian jiwa seperti di ayat itu tdk dilakukan di alam sebelum jiwa manusia di lahirkan atau sprt apa?
Trims
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya: Tafsirannya adalah bahwa mempercayai adanya Pencipta itu sudah merupakan fitrah yang difitrahkan Allah swt kepada manusia. Fitrah tauhid itulah tafsirannya. Jadi, dalam ruh itu sudah mengandungi fitrah adanya keimanan pada Pencipta walau secara global.

Dengan bahasa yang lebih jelas, fitrah itu adalah kejelasan tentang adanya Pencipta hingga tidak perlu diajari oleh orang lain. Fitrah yang merasakan adanya Pencipta itulah yang dimaksudkan atau setidaknya ditafsirkan kepada ayat yang antum tanyakan itu.

Hal di atas itu sudah pernah dijelaskan sebelumnya.

INGAT, bahwa pemahaman antum dalam masalah peniupan itu masih multi tafsir, hingga bisa benar dan bisa salah.

Kalau maksudnya peniupan ruh manusia itu adalah mencipta ruh dulu ketika atau menjelang benih sudah lengkap 4 bulan, lalu setelah ditiupkan, maka pemahaman antum ini salah.

Kalau maksudnya peniupan ruh manusia itu adalah menguatkan terus menerus ruh-ruh sebelumnya yang bermula dari ruh tambang (vitamin) ke ruh hewan (mani yang sudah hidup seperti cacing), lalu ke ruh-ruh berikutnya hingga sampai pada ruh manusia hingga makna peniupan adalah penguatan ruh-ruh sebelumnya menjadi ruh manusia, maka pemahaman antum sudah benar. Ini yang dikatakan gerakan substansi. Tentu salah satu dari tidak terhingga gerakan substansi yang ada di alam materi ini.

Raihana Ambar Arifin salam mau melanjutkan pertanyaan 1.Apakah dalil ketuhanan daru fitrah itu hanya bersifat global? Artinya hanya menerangkan akan adanya tuhan, tapi tidak menjelaskan kalau tuhan itu harus esa, harus wajib wujud dll.? 2. Karena secara lahiriah ayat yang sy tanyakan diatas ".. Bukankah Aku ini Tuuhanmu.." Terkesan bahwa Allah "memperkenalkan" diriNya (tuhan yang esa, tuhan yang wajib dan wujud yang sederhana" kepada jiwa manusia melelui fitrah/pengetahuan intuitif. Jadi yang sy tangkap secara lahiriah ayat itu bukan mengatakan "..bukankah kamu-anak adam- mempunyai tuhan.." Dan sebelumnya maaf kalau pertanyaan saya ini lancang (dlm arti saya menafsirkan ayat padahal sy bukan mujtahid). Trims

Sinar Agama Raihana Ambar Arifin.

1- Benar seperti itu walau, tidak tergambar juga adanya lebih dari satu. Karena itu sering dikatakan Fitrah Tauhid. Tapi juga diwajibkan dalam akal dan agama untuk berdalil tentan ketauhidan dan keEsanaanNya.

2- Akidah itu tidak boleh taqlid dan kalau taqlid, maka imannya belum dianggap sempurna dan belum cukup. Jadi, tidak ada ijtidahadan-idtihadan dalam akidah seperti tauhid. Memang, untuk menafsirkan ayat, perlu kepada ijtihad. Tapi kelau sekedar merenungi maknanya, maka memang wajib dilakukan walau oleh bukan mujtahid.

Jawaban Soal:

a- Perkenalan itu bukan dalam bentuk tanya jawab dalam kata.

b- Perkenalan itu bukan dalam bentuk Tuhan bertanya dan hamba menjawab. Emangnya Tuhan tidak tahu jawabannya?

c- Sesuai dengan keterangan sebelumnya dan yang di atas ini, maka insyaaAllah sudah lebih jelas bahwa yang dimaksudkan dalam ayat itu adalah adanya peletakan fitrah pada ruh manusia akan keyakinan adanya Tuhan. Bahkan kalau secara mendalam adaah tauhid.

Apapun itu, tauhid ini perlu adanya argumentasi akar mengokohkan apa yang ada di fitrah tauhid yang ada pada manusia itu.

Kalau mau dilihat dari silsilah sebab akibat dimana akibat adalah pewujudan berkesinambungan dari sebab, maka peletakan itu bahkan tidak perlu diletakkan seperti batu bangunan dalam bangunan atau benih ke dalam tanah. Sebab, sebab itu adalah sebab pada awal kewujudan akibat dan bahkan dalam kesinambungannya seperti berketerusannya sinar pada berpijarnya lampu yang disebabkan arus listrik. Jadi, kapan saja akibat itu ada, maka dia dalam kebersinambungannya dengan sebabnya, seperti pijaran sinar lampu yang menjadi ada dan terus berkesinambungan ada oleh sebabnya dimana kalau diputus seperjuta detik saja dari sebabnya, maka pijaran itu akan lenyap.

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.