Monday, July 18, 2016

on Leave a Comment

Siapakah ulil Amri yang wajib di taati itu “Taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan Ulil Amri di antara kamu.”

Link : https://www.facebook.com/sinaragama/posts/954596457987145

Salam ustad saya sdh membaca diskusi ustas ttg Siapa ulil amrin yg ditaati dalam Surat Anisa Ayat 59.. tapi ada sumber lain yg memiki pandangan yg berbeda dalam hal ink seperti ini
Tentang Ayat Ini
Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata tentang firman-Nya, “Taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan Ulil Amri di antara kamu.” Ayat ini turun berkenaan dengan ‘Abdullah bin Hudzafah bin Qais bin ‘Adi, ketika diutus oleh Rasulullah di dalam satu pasukan khusus. Demikianlah yang dikeluarkan oleh seluruh jama’ah kecuali Ibnu Majah.
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali, ia berkata: “Rasulullah SAW mengutus satu pasukan khusus dan mengangkat salah seorang Anshar menjadi komandan mereka. Tatkala mereka telah keluar, maka ia marah kepada mereka dalam suatu masalah, lalu ia berkata, ‘Bukanlah Rasulullah SAW memerintahkan kalian untuk mentaatiku?’ Mereka menjawab, ‘Betul.’ Dia berkata lagi, ‘Kumpulkanlah untukku kayu bakar oleh kalian.’ Kemudian ia meminta api, lalu ia membakrnya, dan ia berkata, ‘Aku berkeinginan keras agar kalian masuk ke dalamnya.’ Maka seorang pemuda diantara mereka berkata. ‘Sebaiknya kalian lari menuju Rasulullah SAW dari api ini. Maka jangan terburu-buru (mengambil keputusan) sampai kalian bertemu dengan Rasullah SAW. Jika beliau perintahkan kalian untuk masuk ke dalamnya, maka masuklah.’ Lalu mereka kembali kepada Rasulullah SAW dan mengabarkan tentang hal itu. Maka Rasulullah pun bersabda kepada mereka, ‘Seandainya kalian masuk ke dalam api itu, niscaya kalian tidak akan keluar lagi selama-lamanya. Ketaatan itu hanya pada yang ma’ruf.” (HR. Bukhari-Muslim dari hadits Al-A’masy)
Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW sudah memberi batasan kepada kita, bahwasannya ketaatan hanya pada yang ma’ruf, dan bukannya pada yang tidak ma’ruf. MOHON PENJELASANNYA??
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Tafsiran kepada komendan atau pemimpin pasukan dan semacamnya, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Uli al-Amr di sini karena dipakai secara mutlak, bukan khusus atau terkondisi.

Ketika dipakai dalam keadaan mutlak maka artinya adalah Pemimpin Umum, Raja, Penguasa dan semacamnya.

2- Tahunya tentang keadaan mutlak uli al-amr itu dilihat dari mutlaknya perintah taat yang ada. Yaitu taat kepada Allah yang mutlak yang telah di-dan-kan (di'athf kan) kepada uli al-amr. Jadi, ketaatan mutlak pada uli al-amr ini jelas menepis semua kemungkinan makna lain dari padanya seperti ketua, komendan dan semacamnya.

3- Dengan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa penafsiran yang antum tanyakan itu, jelas sangat-sangat bertentangan dengan ayat yang ditafisrkan. Yakni bertentangan dengan nash Qur an yang jelas. Apalagi dibubuhi sabda Nabi saww yang mengatakan bahwa ketaatan itu hanya pada yang makruf (benar). Karena ketaan pada yang benar itu sangat-sangat bertentangan dengan ketaatan mutlak yang tidak bisa dikondisikan dengan apapun, baik benar atau salah.

4- Ketaatan pada Tuhan yang mutlak di ayat itu dikarenakan kebenaran mutlaknya Allah swt. Dan ketaatan mutlak ini juga didan-kan pada Nabi saww. Itu berarti bahwa Nabi saww juga benar secara mutlak. Hal itu karena beliau saww adalah makshum dalam ilmu yang diajarkan Allah dan dalam pengamalannnya. Nah, ketaatan mutlak ini pula yang didan-kan pada uli al-amr. Karena itu dapat diketahui bahwa uli al-amr ini juga mesti makshum ilmu dan amal persis seperti Nabi saww. Yakni ilmu dan amalnya lengkap seratus persen dan benar seratus persen.

5- Beda kelengkapan ilmu Islam dan kebenaran mutlak diantara mereka itu terletak di mana? Jawabannya terletak pada mandiri dan tidaknya. Karena kemutlakan ilmu Tuhan dari DiriNya sendiri, sementara Nabi saww dari Tuhan dan uli al-amr dari Nabi saww yang diajari Tuhan.

6- Sekali lagi, ayatnya mewajibkan taat mutlak, dan hadits yang antum tanyakan itu mewajibkan taat bersyarat. Ini berarti hadits tersebut menentang ayat yang mau ditafsirkan. Dan kita semua tahu bahwa menafsirkan ayat dengan yang bertentangan itu sama sekali tidak bisa diterima sekalipun itu Nabi saww sendiri. Dan karena Nabi saww tidak mungkin menafsir Qur an dengan yang bertentangan itulah maka beliau saww sendiri bersabda bahwa kalau ada hadits yang bertentangan dengan Qur an maka buanglah karena ia pasti bukan hadits dari beliau saww. Semua ulama tahu hal ini.

7- Ketaatan mutlak itu, benar-benar telah diseiramai oleh ayat lain di QS: 76:24:

فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعْ مِنْهُمْ آثِمًا أَوْ كَفُورًا

"Maka sabarlah dengan hukum Tuhanmu dan jangan ikuti orang-orang yang memiliki dosa (tidak suci dan tidak makshum) atau orang-orang yang kafir."

Dan telah pula diseiramai oleh ayat yang sangat kondang kita dengar selalu, yaitu QS: 33:33:

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

"Sesungguhnya Allah hanya ingin menepis segala dosa dari kalian wahai Ahlubait dan mensucikan kalian sesuci-sucinya."

Dan juga diseiramai oleh hadits Shahih Bukhari-Muslim yang mengatakan bahwa para imam itu hanya dua belas orang dan dari Quraisy:

7222 و 7223 - حَدَّثَنِى مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ سَمُرَةَ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « يَكُونُ اثْنَا عَشَرَ أَمِيرًا - فَقَالَ كَلِمَةً لَمْ أَسْمَعْهَا فَقَالَ أَبِى إِنَّهُ قَالَ - كُلُّهُمْ مِنْ قُرَيْشٍ »

Nabi saww bersabda:

"Setelah aku ada dua belas amir (uli al-amr, di dalam hadits lain dikatakan khalifah), semua dari Qurasy."

Lihat hadits itu dan sepertinya di: Shahih Bukhari, hadits ke: 7222 dan 7223; Shahih Muslim, hadits ke: 3393, 3394 dan 3398). Wassalam.
Lihat Terjemahan

Ali Haidar Al Batuatasy Terimah kasih atas penjelasannya... Apakah semua ayat alquran yg turun itu memiliki Sebab Asbabul nuzul atau tidak????

Sinar Agama Ali Haidar Al Batuatasy, rata-ratanya demikian. Tapi sebab turunnya ayat itu tidak membatasi makna ayat, hanya membimbing pada pemahaman universalnya. Jadi, tidaklah kejadian sebelum turunnya ayat itu membatasi makna ayat.

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.