Salam wa rahmah, Ustadz Sinar Agama.. saya wanita yg baru selesai nifas (10 hari, sesuai kebiasaan bilangan/siklus waktu haid).
Saya baca buku Fiqih pada hari ke sebelas sudah masuk waktu saya istihadhah.
1). Dikatakan bahwa wanita yg masuk kategori istihadah banyak, wajib mandi 3x sehari sebelum shalat fardhu ditambah kewajiban membersihkan pembalutnya & berwudhu tiap shalat. Juga wajib mencegah keluarnya darah ketika setelah mandi dgn balutan erat yg tidak membahayakan.
a). Saya wanita pasca bersalin yg mendapatkan jahitan (maaf) di vagina, tadi setelah mandi wajib utk shalat maghrib saya sudah mencoba mencegah darah yg keluar memasukkan kassa (yg kedua pas mau shalat isya dgn kapas).
Rasanya agak sakit dan tidak nyaman.. karena dekat jahitan (yg hampir sembuh). Shalatpun jadi ingin terburu2 menahan ngilu.
b). Jikalau memasukkan kassa/kapas utk mencegah keluar darah setelah mandi masuk dalam definisi "membahayakan" sehingga tidak masalah hanya dengan meletakkan kassa di depan lubang vagina lalu memakai pembalut, misal ada darah yg keluar (kita lihat setelah shalat maghrib pas mau bersihkan menuju shalat isya) bagaimana hukumnya? Apakah kewajiban mandi bertambah dari 3x jadi 5x (tiap mau shalat?).. atau kita tetap bersihkan saja darahnya, pembalutnya, wudhu lalu lanjut shalat isya?
c). Jika kita mengikuti saran fiqih utk menyumpal (maaf) vagina + memakai pembalut setelah mandi wajib istihadhah banyak (mau shalat zuhur) lalu ketika selesai shalat zuhur dan mau shalat ashar, kita bersihkan sumpalan tsb dan mendapati darah.. bagaimana hukumnya?
c1). Kalau selain mendapati darah di sumpalan dalam vagina, juga mendapati percikan darah di pembalutnya bagaimana ustadz?
d). Utk istihadhah banyak, setiap mau shalat wajib wudhu dan bersihkan pembalut, andai pembalutnya masih bersih (tidak ada darah), hanya ada darah di sumpalan kassa/kapas lubang vagina, apakah pembalutnya wajib diganti atau hanya ganti kassa/kapas di lubang vagina lalu berwudhu?
e). Selain 3 jenis kategori istihadhah (sedikit, sedang & banyak) di buku fiqih wanita yg berpedoman ke Imam Khomeini & rahbar, ada sub judul utk darah istihadhah yg terus menerus mengalir.. dikatakan bahwa dalam kondisi tsb si wanita wajib mencegah darahnya utk keluar baik sebelum atau sesudah mandi (beda dgn istihadhah banyak yg tidak mengalir secara terus menerus, hanya wajib mencegah keluar darah setelah mandi saja). Di sini dikatakan kalau wanita lalai mencegah keluarnya darah sejak sebelum dan sesudah mandi, jika ada darah keluar maka wajib mengulang mandinya dan wudhunya. Nah, bagaimana jika wanita tsb sudah berusaha mencegah darah keluar tapi si darah ini tetap keluar? Ini kan mekanisme tubuh, ustadz.. sesuatu yg kita tidak punya kontrol terhadapnya. Apakah tetap wajib mengulang mandi lagi?
f). Saya adalah perempuan yg durasi haidnya rutin 9-10 hari. Lalu setelah itu masa suci antara 15-17 hari. Setelah itu pasti haid lagi. Selalu begitu.
Setelah nifas 10 hari ini, saya masuk masa istihadhah.. lalu kapan saya dihitung masuk masa haid lagi?
g). Kadang ketika saya mandi, bayi saya sudah menangis minta menyusu (tipikal menyusunya sangat rutin, jadi walau saya sudah susui sblm mandi tetap dia menangis digendong ayahnya) sedangkan di fiqih dikatakan mandi 3x utk istihadhah besar tidak boleh ada jeda. Kalau setelah mandi saya susui sebentar (5-10 menit) apakah itu termasuk jeda? Kalau saya susui setelah shalat zuhur (mau ke ashar) apakah itu juga termasuk jeda?
h). Baru 3 tahun terakhir saya belajar fiqih ab.. semakin dipelajari semakin saya merasa di beberapa aturan, sangat memberatkan dibandingkan dgn di sunni. Contoh masalah pembagian air, cara bersihkan najis, masalah istihadhah ini.. bayangkan ustadz, wanita yg baru melahirkan spt kami ini masih dalam kondisi lemas, darah banyak keluar.. masih juga dikondisikan utk mensucikan diri dgn cara yg lumayan merepotkan (menurut kami yg sudah terbiasa dgn nifas sunni selama 40-60 hari).
Apalagi ditambah ada bayi baru lahir yg kebutuhan menyusunya sangat rutin setiap 15 menit sekali. Ditinggal sebentarpun kadang kita sudah ditangisi.
Ustadz pernah katakan bahwa fiqih itu sulit krn kita belum paham.. tapi misalpun kita sudah sedikit paham, tetap saja diri yg hina ini membandingkan dgn kondisi di mazhab lain.. bahkan diri yg sok tau ini berbisik "bukankah seharusnya agama itu memudahkan? Kenapa di sini rasanya serba sulit?".
Ini sekadar curahan hati murid tolol, hamba yg bodoh.. dan pecinta ahlulbayt yg baru ngaku-ngaku aja, ustadz.. ngaku cinta sm ahlulbayt.. tapi mengikuti jalannya saja masi ngeluh. Tapi ya ini curahan hati.. setiap yg diatur Allah di fiqih pasti ada hikmah dan kebaikan di dalamnya. Saya sangat meyakini itu. Tapi kadang karena memang kebanyakn dosa.. jadi gampang ngeluh juga karena merasa repot. Mungkin ustadz bisa sedikit bukakan pikiran saya yg dangkal ini.
Terimakasih dan mohon maaf sebelumnya.
Saya baca buku Fiqih pada hari ke sebelas sudah masuk waktu saya istihadhah.
1). Dikatakan bahwa wanita yg masuk kategori istihadah banyak, wajib mandi 3x sehari sebelum shalat fardhu ditambah kewajiban membersihkan pembalutnya & berwudhu tiap shalat. Juga wajib mencegah keluarnya darah ketika setelah mandi dgn balutan erat yg tidak membahayakan.
a). Saya wanita pasca bersalin yg mendapatkan jahitan (maaf) di vagina, tadi setelah mandi wajib utk shalat maghrib saya sudah mencoba mencegah darah yg keluar memasukkan kassa (yg kedua pas mau shalat isya dgn kapas).
Rasanya agak sakit dan tidak nyaman.. karena dekat jahitan (yg hampir sembuh). Shalatpun jadi ingin terburu2 menahan ngilu.
b). Jikalau memasukkan kassa/kapas utk mencegah keluar darah setelah mandi masuk dalam definisi "membahayakan" sehingga tidak masalah hanya dengan meletakkan kassa di depan lubang vagina lalu memakai pembalut, misal ada darah yg keluar (kita lihat setelah shalat maghrib pas mau bersihkan menuju shalat isya) bagaimana hukumnya? Apakah kewajiban mandi bertambah dari 3x jadi 5x (tiap mau shalat?).. atau kita tetap bersihkan saja darahnya, pembalutnya, wudhu lalu lanjut shalat isya?
c). Jika kita mengikuti saran fiqih utk menyumpal (maaf) vagina + memakai pembalut setelah mandi wajib istihadhah banyak (mau shalat zuhur) lalu ketika selesai shalat zuhur dan mau shalat ashar, kita bersihkan sumpalan tsb dan mendapati darah.. bagaimana hukumnya?
c1). Kalau selain mendapati darah di sumpalan dalam vagina, juga mendapati percikan darah di pembalutnya bagaimana ustadz?
d). Utk istihadhah banyak, setiap mau shalat wajib wudhu dan bersihkan pembalut, andai pembalutnya masih bersih (tidak ada darah), hanya ada darah di sumpalan kassa/kapas lubang vagina, apakah pembalutnya wajib diganti atau hanya ganti kassa/kapas di lubang vagina lalu berwudhu?
e). Selain 3 jenis kategori istihadhah (sedikit, sedang & banyak) di buku fiqih wanita yg berpedoman ke Imam Khomeini & rahbar, ada sub judul utk darah istihadhah yg terus menerus mengalir.. dikatakan bahwa dalam kondisi tsb si wanita wajib mencegah darahnya utk keluar baik sebelum atau sesudah mandi (beda dgn istihadhah banyak yg tidak mengalir secara terus menerus, hanya wajib mencegah keluar darah setelah mandi saja). Di sini dikatakan kalau wanita lalai mencegah keluarnya darah sejak sebelum dan sesudah mandi, jika ada darah keluar maka wajib mengulang mandinya dan wudhunya. Nah, bagaimana jika wanita tsb sudah berusaha mencegah darah keluar tapi si darah ini tetap keluar? Ini kan mekanisme tubuh, ustadz.. sesuatu yg kita tidak punya kontrol terhadapnya. Apakah tetap wajib mengulang mandi lagi?
f). Saya adalah perempuan yg durasi haidnya rutin 9-10 hari. Lalu setelah itu masa suci antara 15-17 hari. Setelah itu pasti haid lagi. Selalu begitu.
Setelah nifas 10 hari ini, saya masuk masa istihadhah.. lalu kapan saya dihitung masuk masa haid lagi?
g). Kadang ketika saya mandi, bayi saya sudah menangis minta menyusu (tipikal menyusunya sangat rutin, jadi walau saya sudah susui sblm mandi tetap dia menangis digendong ayahnya) sedangkan di fiqih dikatakan mandi 3x utk istihadhah besar tidak boleh ada jeda. Kalau setelah mandi saya susui sebentar (5-10 menit) apakah itu termasuk jeda? Kalau saya susui setelah shalat zuhur (mau ke ashar) apakah itu juga termasuk jeda?
h). Baru 3 tahun terakhir saya belajar fiqih ab.. semakin dipelajari semakin saya merasa di beberapa aturan, sangat memberatkan dibandingkan dgn di sunni. Contoh masalah pembagian air, cara bersihkan najis, masalah istihadhah ini.. bayangkan ustadz, wanita yg baru melahirkan spt kami ini masih dalam kondisi lemas, darah banyak keluar.. masih juga dikondisikan utk mensucikan diri dgn cara yg lumayan merepotkan (menurut kami yg sudah terbiasa dgn nifas sunni selama 40-60 hari).
Apalagi ditambah ada bayi baru lahir yg kebutuhan menyusunya sangat rutin setiap 15 menit sekali. Ditinggal sebentarpun kadang kita sudah ditangisi.
Ustadz pernah katakan bahwa fiqih itu sulit krn kita belum paham.. tapi misalpun kita sudah sedikit paham, tetap saja diri yg hina ini membandingkan dgn kondisi di mazhab lain.. bahkan diri yg sok tau ini berbisik "bukankah seharusnya agama itu memudahkan? Kenapa di sini rasanya serba sulit?".
Ini sekadar curahan hati murid tolol, hamba yg bodoh.. dan pecinta ahlulbayt yg baru ngaku-ngaku aja, ustadz.. ngaku cinta sm ahlulbayt.. tapi mengikuti jalannya saja masi ngeluh. Tapi ya ini curahan hati.. setiap yg diatur Allah di fiqih pasti ada hikmah dan kebaikan di dalamnya. Saya sangat meyakini itu. Tapi kadang karena memang kebanyakn dosa.. jadi gampang ngeluh juga karena merasa repot. Mungkin ustadz bisa sedikit bukakan pikiran saya yg dangkal ini.
Terimakasih dan mohon maaf sebelumnya.
0 comments:
Post a Comment