Sunday, June 5, 2016

on Leave a Comment

Mohon tafsirannya mengenai surat al anam 50 dan al araf 188, dengan hubungan tentang PENGETAHUAN NABI dengan seluruh sistem alam dan hal yang ghaib?

Link : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=940754156038042&id=207119789401486

Salam ust. Semoga selalu di anugrahi kesehatan. Maaf mau bertanya
1. Mohon tafsirannya mengenai surat al anam 50 dan al araf 188, dengan hubungan tentang pengetahuan nabi dengan seluruh sistem alam dan hal yang ghaib, apakah seorang nabi saww mengetahui seluruh sistem alam dan hal yang ghaib? Misalnya apakah nabi saww mengetahui saya lahir tahun berapa?
2. A.Mohon bisa diterangkan Mengenai pengetahuan ghaib para nabi dan imam apakah mereka as mengetahui semua hal?( Misal mrk akan meninggal kapan dan kenapa, imam ali akan kalah ketika perang shifin, mereka akan dihianati atau tdk, atau mereka tahu misal pd tahun 2015 ada longsor di negara indonesia)
B. Apakah para nabi dan imam mengetahui isi hati manusia? Misal mana sahabat yang munafik
Trims.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Jelas tahu karena Nabi saww dan Imam Makshum as itu tahu seluruh isi Qur an. Karena mereka makshum (QS: 33:33). Dan yang bisa tahu seluruh isi Qur an, hanya makshum (QS: 48:2). Sementara Qur an adalah penjelas segala sesuatu (QS: 16:98).

Apalagi dikatakan dalam QS: 56: 77-78, bahwa Qur an itu ada di Lauhu al-Mahfuuzh. Nah, kalau dari satu sisi Qur an itu penjelas segala sesuatu, lalu dikatakan ada di Lauhu al-Mahfuuzh dimana Lauhu al-Mahfuuzh ini juga tulisan segala sesuatu, maka bisa dikatakan bahwa Qur an itu jelmaan dari Lauhu al-Mahfuuzh. Karna itu, maka yang tahu Qur an, akan tahu segala sesuatu, baik karena Qur an itu sendiri merupakan penjelasan dari segala sesuatu dan/atau karena dia jelmaan dari Lauhu al-Mahfuuzh. Kalau boleh dikata, Qur an itu lahiriahnya, dan batinnya adalah Lauhu al-Mahfuuzh.

Tapi ingat, yang berurusan dengan manusia, maka yang ditulis di Lauhu al-Mahfuuzh itu adalah pilihan dan ikhtiar manusia dengan seluruh akibatnya sampai ke surga nerakanya. Jadi, tidak ada hubungannya dengan penakdiran dan penasiban.

Begitu pula jangan lupa bahwa kelahiran kita bukan ketentuan Tuhan, melain ijin Tuhan terhadap ikhtiar kedua orang tua kita sebagaimana sudah sering dijeaskan.

Dalam QS: 9:105, Allah swt berfirman:

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ

"Dan katakan (Muhammad): 'Berbuatlah kalian -sesuka hati- niscara Allah akan melihat perbuatan kalian dan RasulNya dan orang-orang mukmin."

Kalau Tuhan melihat lahir batin manusia, masa lalu sekarang dan akan datangnya, maka pengedanan penglihatan yang demikian itu kepada Nabi saww dan mukminin, merupakan firman dan nash yang jelas bahwa Nabi saww dan mukminin itu melihat juga apa yang dilihat Tuhan dengan pemberianNya, tidak mandiri. Kalau kita sebagai mukminin tidak melihatnya, berarti yang dimaksudkan itu adalah mukmin sejati seperti Ahlulbait yang makshum as.

2- :

a- Tahu semua sebagaimana sudah sering dijelaskan dan diulang di atas itu (jawaban poin 1).

b- Tahu sebagaimana sudah dijelaskan di atas.
SukaBalas111 Mei pukul 3:24

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.