Sunday, June 5, 2016

on Leave a Comment

Mengapa ketika Abu Bakar menjadi Khalifah tidak ada Umat Islam yang protes? dan Mengapa Imam Husein tetap ke Kufah meskipun Imam Tahu Rakyat Kufah akan Berhianat?

Link : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=940754222704702&id=207119789401486


Salam ust. Semoga selalu di anugrahi kesehatan. Maaf mau bertanya
Saya mulai belajar sejarah para nabi/ imam dg tujuan bisa mengambil berkah dan hikmahnya. Dr yg sy baca sewaktu perang sifin imam ali as 1. Setelah dia dilarang mengambilk air dan keadaan berbalik, dia as tidak melarang musuh untuk mengambil air. 2. Dia tidak membunuh amr bin ash karena amr bin as telanjang. Kalau pahaman dangkal saya misalnya imam ali as melarang musuh untuk mengambil air dan musuh lemas kehausan kan bisa musuh menyerah sebelum berperang dan pasukan imam ali as bisa memenangkan pertempuran tanpa perang. Dan kalau amr bin ash di bunuh juga mungkin pasukan musuh akan jatuh mental.
Yang sy tanyakan
1.Secara fikihnya hukumnya boleh atau tidak kalau imam ali as melakukan (melarang air untuk musuh dan membunuh amr bin ash)dalam perang sifin.
2. Mohon bisa di raba kenapa imam ali as tidak melakukan hal diatas?
3. Dr yang sy baca kekalahan imam ali as dlm perang sifin adalah karena amr bin ash menipu abu musa asy'ari ketika arbitasi. Dan sebenarnya imam ali as tidak menyetujui arbitasi tsbt. Tapi kenapa imam ali menerima putusan arbitasi hasil tipuan amr bin ash? Karena sy pikir hasil arbitasi itu merupakan tipuan jadi perjanjian itu secara hukum tidak sah, berrti boleh boleh saja imam ali as menolak hasil arbitasi itu(dan yang sy baca sebenarnya banyak tentara imam ali as yang merasa hasil arbitasi itu tidak sah) jadi ketika imam ali menolak hasil arbitasi itu banyak juga yang akan mendukung imam ali as
4.ada seorang yang bertanya, ke imamahan ali as sudah di waistkan nabi saww ketika di khadirqum yang dihadiri retusan ribu orang, tapi ketika sepeninggal nabi yang menjadi khalifah adalah abu bakar dengan dasar saqifah. Lalu apakah dan kenapa ratusan ribu org yang ikut di khadirqum tidak melancarkan protes atas penyelewengan wasiat nabi ini?
5. Kenapa imam husain as tetap melanjutkan perjalanan ke kufah padahal imam as sudah mengetahui kalau rakyat kufah akan berhianat
Trims.
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Boleh mencegah air walau tidak dianjurkan Islam, karena yang memerangi Imam Ali as kebanyakannya merupakan korban propaganda Muawiyyah dan antek-anteknya. Membunuh 'Amr bin 'Ash yang dalam keadaan telanjang boleh saja kalau bisa tidak melihat kemaluannya. Tapi kalau imam Makshum as tidak boleh melakukan apa-apa yang multi tafsir terlebih lebih dekat pada keharaman. Misalnya kalau Imam Ali as membunuh 'Amr bin 'Ash maka akan terjadi perdebatan sengit di dalam umat apakah imam Ali as melihat kemaluan 'Amr atau tidak. Nah, perdebatan seperti ini, untuk orang makshum, akan membuat umat itu terjerumus dalam dosa. Jadi, demi menyelamatkan umat, maka Imam Ali as tidak membunuhnya. Tentu saja ini salah satu rabaan. Sementara hikmah perbuatan Imam Ali as tersebut, tidak bisa dihitung.

2- Sudah dijawab di poin (1).

3- Ketika umat mendekte Imamnya menerima pengutusan Abu Musa, maka sudah selayaknya menerima konsekuensinya yang sudah diketahui dari awal. Jadi yang salah bukan Imam mereka melainkan mereka sendiri yang mendekte Imam mereka (umat).

4- Yang ada di Ghadir Khum itu 120,000 orang. Dan tidak semuanya penduduk Madinah. Lalu penduduk Madinah yang protes terkena pukulan dan hantaman. Dan yang masih bersikeras seperti Bani Tamim, maka betul-betul diperangi sampai panglima Abu Bakar yang bernama Khalid bin Walid membakar beberapa shahabat Nabi saww di depan umum dalam keadaan hidup-hidup. Masih berani?

5- Sudah sering dijelaskan. Tahu itu bukan alasan amal. Kalau dijadikan alasan amal maka bertanyalah pada Allah swt mengapa masih mengutus para nabi dan rasul sementara mereka dikhianati dan dibunuh umat mereka as?

Islam tidak mengajarkan tahu batin dan akibat amal. Kalau Imam tahu karena hal itu merupakan fadhilah dari Allah sesuai dengan firman-firmanNya dalam Qur an.

Islam mengajarkan kebaikan dan kewajiban. Kalau kewajiban sudah dilakukan, maka apapun akibatnya, sudah bukan urusan Tuhan, Nabi saww dan para Imam Makshum as tersebut.

Lagi pula yang diketahui Imam as itu sesuatu di masa datang. Artinya belum layak dijadikan alasan perbuatan di masa kini. Jadi, kalau di masa kini mereka (penduduk Kufah) meminta Imam Husain as datang menjadi pemimpin/khalifah mereka, maka kewajiban sekarnag adalah kewajiban sekarang, bukan nanti yang akan terjadi. Jadi, mesti menanggapi. Karena kewajibannya adalah pada hari ini dan sekarang. Kalau bisa main dengan masa datang, maka Tuhan tidak boleh mengutus para nabi karena sudah tahu akan dikhianati dan dibunuh. Jadi, Kasih Tuhan pada hari ini, adalah Kasih pada hari ini walau kelak di kemudian hari menjadi murka sesuai dengan hari itu. Begitu pula Imam Husain as.

Lagi pula, mana ada seseorang dihukum karena kesalahan yang akan dilakukannya di masa datang? Mana ada orang tidak dilayani untuk dipimpin hanya karena diketahui kelak akan mengkhianati.

Lagi pula dari sisi yang lain seperti yang sudah pernah dijelaskan tentang filsafat Karbala di catatan facebook ini, justru karena pengkhianatan itulah sudah semestinya Imam datang ke Kufah. Karena tujuan paling utama dari perjuangan beliau as adalah menghentak umat yang sudah terlalu lelap tidur dan terlalu jauh hidup dengan budaya baru yang dapat menghancurkan Islam dari dalam. Yakni menghentak umat pada waktu itu sampai kelak hari kiamat, dengan ketercabik-cabikan beliau as. Karena itu maka sungguh bukan merupakan hyperbolik dan pelebih-lebihan kalau dikatakan bahwa Islam ini dapat bertahan sampai detik hari ini karena Karbala. Sebab kalau tidak, maka nilai Islaminya sudah hilang menyirna. Setidaknya sudah tidak ada lagi perbandingan dan pilihan pada umat terhadap Islam yang murni.

Itulah mengapa Nabi saww pernah bersabda:

"Husain dari aku dan aku dari Husain."

Yakni Imam Husain as dari Nabi saww dari sisi badani dan ruhani (ilmu dan pengajran akhlak). Sementara Islam Nabi saww akan bangkit lagi dengan Imam Husain as. Jadi, makna hadits itu adalah:

"Husain dari Nabi saww secara lahir dan batin, dan Islam Nabi saww dari Imam Husain as."

SukaBalas111 Mei pukul 3:54







0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.