Salam,
Izin bertanya:
Bila dikatakan bahwa tujuan akhir manusia adalah Tuhan, namun Tuhan itu tak-terbatas sementara manusia itu terbatas, sehingga manusia hanya "menuju kepada-Nya", yakni suatu pencapaian yang tidak akan pernah berakhir, lalu apakah hal tersebut berarti menegasikan bahwa Tuhan adalah al-Akhir, Yang Maha Akhir?
Dan juga bukankah bahwa Tuhan sebagai al-Awwal, Yang Maha Awal, Yang Mengawali Segala Sesuatu, itu berarti segala sesuatu yang terbatas itu memang benar-benar berawal/berasal dari-Nya Yang Tidak Terbatas. Artinya kemunculan yang terbatas dari Yang Tidak Terbatas itu bukan sesuatu yang mustahil, bukankah itu berarti pula bahwa sampainya yang terbatas kepada Yang Tidak Terbatas pun bukan sesuatu yang mustahil?
Dan, bila tujuan itu tidak pernah dapat benar-benar tercapai, apakah itu tidak berarti Tuhan telah zalim kepada makhluq-Nya, karena menjadikan sesuatu yang tidak dapat tercapai sebagai tujuan?
Afwan dan terima kasih sebelumnya.
Izin bertanya:
Bila dikatakan bahwa tujuan akhir manusia adalah Tuhan, namun Tuhan itu tak-terbatas sementara manusia itu terbatas, sehingga manusia hanya "menuju kepada-Nya", yakni suatu pencapaian yang tidak akan pernah berakhir, lalu apakah hal tersebut berarti menegasikan bahwa Tuhan adalah al-Akhir, Yang Maha Akhir?
Dan juga bukankah bahwa Tuhan sebagai al-Awwal, Yang Maha Awal, Yang Mengawali Segala Sesuatu, itu berarti segala sesuatu yang terbatas itu memang benar-benar berawal/berasal dari-Nya Yang Tidak Terbatas. Artinya kemunculan yang terbatas dari Yang Tidak Terbatas itu bukan sesuatu yang mustahil, bukankah itu berarti pula bahwa sampainya yang terbatas kepada Yang Tidak Terbatas pun bukan sesuatu yang mustahil?
Dan, bila tujuan itu tidak pernah dapat benar-benar tercapai, apakah itu tidak berarti Tuhan telah zalim kepada makhluq-Nya, karena menjadikan sesuatu yang tidak dapat tercapai sebagai tujuan?
Afwan dan terima kasih sebelumnya.
0 comments:
Post a Comment