Monday, April 11, 2016

on Leave a Comment

Ahlul Baith adalah padanan / Penjelas dari makna Al Quran

Sumber : Arsip catatan Ustad Sinar Agama



Sinar Agama Fathur,: Maksud ceramah itu adalah dapat dipahami dengan mudah bagi yang tahu sejarah Islam terutama ketika Nabi saww baru saja wafat dan bahkan sejak hari-hari akhir beliau saww hidup. Begini kejadiannya yang mesti diketahui hingga dapat memahami ceramah di video yang antum sharing di atas itu:

1- Sejak awal-awal Islam disampaikan Nabi saww kepada keluarga beliau saww di Makkah dengan mengumpulkan mereka dan menyampaikan Islam kepada mereka, Nabi saww sudah menunjuk Imam Ali as sebagai washi dan khalifah serta wakil beliau saww dan mewajibkan mereka semua untuk menaati Imam Ali as. Karena itu Abu Lahab tertawa mengejek dan berkata:

"Wahai Abu Thalib, kamu diperintahnya untuk menaati anakmu sendiri yang masih kecil (10 tahun)."

Inti kejadian di atas, direkam oleh semua ahli tafsir Sunni dan Syi'ah ketika menafsirkan ayat QS: 26:214:

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ

"Dan sampaikanlah (Islam) kepada keluarga terdekatmu (Muhammad)!"

Sejarah dan hadits di atas dapat dijumpai di banyak kitab Sunni baik sejarah, hadits atau tafsir seperti:

Tarikh Thabari, 2/319; Tarikh Ibnu Atsir al-Syafi'i, 2/62-63; Syarhu Nahju al-Balaghah Ibnu Abi al-Hadiid, 13/210; Siirah al-Halabiyyah al-Syafi'i, 1/311; Muntakhab Kanzu al-'Ummaal, 5/41-42; Syawaahidu al-Tanziil al-Haskaanii, 1/371, hadits ke: 514 dan 580; Kanzu al-'Ummaal, 15/115, hadits ke: 334; Taarikh Damsyq al-Syaafi'i, 1/85, hadits ke: 139, 140 dan 141 dan 1/99, hadits ke: 137, 138 dan 139; Tafsir al-Muniir, 2/118, Tafsir al-Khaazin, 3/371 dan 390, dan seterusnya.

Apalagi kalau ditambah dengan penuturan yang beda tapi mengandungi makna yang mirip, maka semakin banyak refrensi yang bisa disebutkan.

Kesimpulannya adalah bahwa urusan imamah dan khilafah Nabi saww ini sudah ditentukan dari sejak awal awal dakwah di Makkah jauh-jauh sebelum hijrah ketika bahkan baru membuka pertama kalinya dakwah kepada keluarga.

Jadi, Qur an dan hadits sudah menunjuk Imam Ali as sebagai khalifah dan pengganti serta wakil beliau saww hingga sejak awal awal diturunkannya agama Islam itu umat Islam sudah diperintahkan taat kepada Imam Ali as sekalipun masih berumur 10 tahun.
Sinar Agama
Sinar Agama .

2- Dalam perjalanan dakwah Nabi saww dan susul menyusulnya turunnya ayat-ayat Qur an, masalah imaah ini semakin dirincikan oleh Allah swt. Misalnya:

--- QS: 4:59:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, dan taatilah Rasul dan pemimpin diantara kalian."

--- QS: 5:55:

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ

"Sesungguhnya yang berkuasa atas kalian HANYALAH Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman, mendirikan shalat dan membayar zakat ketika sedang melakukan ruku'."

--- QS: 76:24:

فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعْ مِنْهُمْ آثِمًا أَوْ كَفُورًا

"Sabarlah dengan hukum Tuhanmu dan jangan taati orang yang memiliki dosa (tidak makshum) dan orang-orang yang kafir."

.............. dan masih banyak lagi ayat-ayat yang merinci ketaatan pada imam dan mensifatinya seperti yang memberi zakat ketika ruku', yang makshum atau tidak memiliki dosa dan semacamnya.

--- QS: 33:33:

إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

"Sesungguhnya Allah HANYA INGIN menjauhkan dari kalian wahai Ahlulbait dari SEGALA DOSA dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya."

Kesimpulan poin 2 ini adalah:
Bahwa Qur an telah merinci siapa imam itu, dan siapa yang makshum itu. Yakni mereka adalah Ahlulbait as yang 'Aisyah sendiri di shahih Muslim menyaksikan siapa Ahlulbait as yang ada kala turunnya ayat tersebut, yaitu Imam Ali as, hdh Faathimah as, Imam Hasan as dan Imam Husain as. Dan Shahih Bukhari sendiri telah meriwayatkan bahwa Imam itu hanya berjumlah 12 orang yang semuanya dari Quraisy. Dengan demikian bahwa imam makshum yang wajib ditaati itu, menurut Qur an dan Hadits, adalah 12 orang yang semuanya dari Ahlulbait Nabi saww.

3- Di haji terakhir Nabi saww, di depan 120.000 (menurut riwayat Sunni), dan sesuai dengan perintah Qur an (QS: 5:67), di tempat yang bernama Ghadir Khum, telah menunjuk Imam Ali as sebagai Khalifah dalam artian pelantikannya. Yakni melantik sebelum wafat beliau saww.
Sinar Agama
Sinar Agama .

4- Di penghujung dakwah dan umur Nabi saww, pada hari Kamis, begitu diriwayatkan di berbagai riwayat Sunni seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, Nabi saww demi menguatkan apa-apa yang telah disampaikan sebelumnya, ingin menuliskan dalam wasiat agar umat tidak sesat setelah beliau saww (begitu disabdakan beliau saww sendiri), akan tetapi diperolok sebagai "mengigau/meracau/mengigau" dan semacamnya oleh Umar dan teman-temannya seperti yang diriwayatkan oleh Shahih Bukhari, hadits ke: 114, 3053, 4432, 7366; Shahih Muslim, hadits ke: 3089, 3090, 3091, 4319, 4321, 4322.

5- Nah, ketika Qur an dan Nabi saww sendiri dibuat seperti itu, yakni ayat-ayatnya dirubah maknanya dan diabaikan serta diganti dengan yang lain seperti khilafah yang lain, kepemimpinan yang lain, sistem yang lain, tidak merujuk kepada makshum sesuai dengan perintah Allah dan Qur an, maka apa yang bisa dilakukan Ahlulbait as?

6- Karena itulah maka Imam Ali as di awal-awal wafatnya kanjeng Nabi saww, tidak keluar rumah untuk mengumpulkan Qur an. Apa maksudnya sementara semua orang punya Qur an?

Maksudnya adalah mengumpulkan Qur an dengan memberikan catatan dari penjelasan Nabi saww. Mengapa? Karena secara prakteknya umat sudah tidak mengamalkan makna-makna tersebut. Saya katakan makna dan bukan tafsir sebab para makshum tidak mungkin salah apalagi Nabi saww. Karena itu penjelasan beliau saww tentang Qur an adalah pasti benar dan karenanya tidak cocok untuk dikatakan sebagai tafsir, melainkan makna.

Nah, ketika makna-makna Qur an yang sebenarnya itu sudah ditinggalkan umat, maka setidaknya Imam Ali as ingin mempertahankannya dalam bentuk tulisan. JADI YANG DIKUMPULKAN IMAM ALI as ITU BUKAN QUR AN SAJA SEBAB QUR AN SAJA SEMUA ORANG MEMILIKINYA. MELAINKAN QUR AN YANG DIIRINGI DENGAN KETERANGAN DAN PEMAKNAAN NABI saww.

Qur an yang sesuai dengan pemaknaan Nabi saww itu, bukan bagian dari Qur an melainkan Hadits Nabi saww. Karena itu, maka kalau makna-makna tersebut tidak diberikan kepada umat, maka hal itu bukan berarti telah menyembunyikan Qur an, wong semua orang pada punya Qur an kok mas?

Tentang mengapa Imam Ali as tidak memberikannya tulisan-tulisan makna yang didengarnya dari Nabi saww itu? Sebabnya sudah jelas, karena umat dari awal wafatnya Nabi saww sudah tidak mengamalkannya. Emangnya mereka tidak mendengarkan makna-makna itu dan hanya Imam Ali as yang mendengarnya mas? Bukankah Shahih Muslim dan lain-lainnya sudah meriwayatkan tentang hadits di Ghadir Khum itu tentang penitipan Qur an dan Ahlulbait mas? Emangnya 120.000 shahabat di Ghadir Khum itu tidak mendengar penunjukan Imam Ali as mas?

Nah, kalau semua mendengarkan akan tetapi tidak mengamalkannya setelah Nabi saww, lalu apa gunanya memberikan makna-makna itu kepada mereka?

Kalau mereka meminta sudah pasti bukan untuk dikaji dan diterima, wong sama-sama mendengar kok dari Nabi saww. Mereka meminta karena mau dihancurkan sebagaimana kitab-kitab hadits yang dibakari oleh Abu Bakar dan Umar dan teman-temannya sebagaimana diriwayatkan di banyak riwayat Sunni (lihat catatan saya tentang hal ini).

Kalau Imam Ali as menyerahkan Qur an yang ditulis beliau as bersamaan dengan tulisan keterangan kanjeng Nabi saww itu, kepada umat yang dari awal sudah mengejek Nabi saww dengan mengigau dan mengingkari penunjukan Tuhan dan Nabi saww terhadap pengganti Nabi saww dan khalifah beliau saww, dan membakari kitab-kitab hadits yang ditulis di dan dengan perintah Nabi saww, maka sama dengan menghancurkan karya beliau as sendiri.

Karena itu, dengarkanlah tentang Syi'ah dari orang Syi'ah sendiri, baru setelah itu antum membuat penilaian sebelum kelak malu kepada Allah.

Nah, Qur an yang diiringi dengan pemaknaan Nabi saww itu, sudah tentu sangat mahal yang, hanya bisa diberikan untuk dibaca, kepada orang-orang yang mengimani 12 imam maksum as dan/atau setidaknya, tidak memerangi dan tidak membenci mereka as.

Dan sosial seperti itu, hanya akan ada nanti di kala datangnya Imam Mahdi as. Semoga Tuhan memberikan kesempatan kepada kita untuk membaca Qur an tulisan tangan penuh keberkahan Imam Ali as yang diiringi dengan keterangan dari hadits-hadits Nabi saww yang paling shahih karena tidak lagi melalui penukilan para perawi, amin.
Sinar Agama
Sinar Agama .

Tambahan:
Dengan semua penjelasan di atas, maka Qur an tidak pernah tersembunyi. Hal ini disepakati semua muslimin dengan madzhab apapun. Karena puluhan dan ratusan shahabat dan tabi'in menghafalnya dan juga memiliki kitab tertulisnya, baik yang bahan kertasnya masih beraneka ragam atau yang sudah dalam bahan yang sama. Kemutawatiran Qur an ini, melebihi kemutawatiran apapun bahkan seperti kewajiban shalat dan puasa serta haji sekalipun, Yang memberikan keterangan lain dari pada ini, maka ia adalah syaadz (sedikit dan aneh) dan tertolak oleh siapapun, baik perawian Sunni (seperti di Shahih Muslim dan semacamnya dan saya sudah sering menulisnya di facebook ini) atau sekalipun Syi'ah. Semua hadits-hadits dan penuturan seperti itu, bukan hanya didha'ifkan oleh semua madzhab, melainkan ditolak. Karena disamping dha'if, syadz/sedikit/aneh dan tertolak dalam istilah ilmu Rijal dan Hadits, juga bertentangan dengan mu'jizat Qur an itu sendiri yang ayat-ayatnya sendiri mengatakan bahwa dirinya dijaga dan dijamin Tuhan hingga tidak bisa dirubah/disembunyikan sampai kapanpun. Lihat di QS: 15:9:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

"Sesungguhnya Kami menurunkan al-Dzikir (Qur an) dan sesungguhnya Kami pula yang menjaganya."

JADI YANG DIBAHAS DALAM PENYEMBUNYIAN AYAT-AYAT QUR AN DAN TIDAKNYA, ADALAH MAKNA QUR ANNYA, BUKAN MATAN HARFIAHNYA. BEDA DENGAN PENYEMBUNYIAN ATAU PERUBAHAN AYAT-AYAT DARI KITAB-KITAB SEBELUMNYA SEBAGAIMANA DIKISAHKAN DALAM QUR AN. SEBAB QUR AN DIJAGA DAN DIJAMIN TUHAN HINGGA TIDAK AKAN BISA DIRUBAH ATAU DISEMBUNYIKAN SAMPAI HARI KIAMAT. INILAH MU'JIZAT QUR AN ITU DI SAMPING TIDAK BISA DITANDINGI SASTRANYA WALAU SATU AYATPUN.

DAN DENGAN SEMUA PENJELASAN DI ATAS ITU, MAKA KITA BISA MELIHAT SIAPA YANG MENYEMBUNYIKAN QUR AN DAN SIAPA YANG TIDAK MENYEMBUNYIKAN. Wassalam.


0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.