Tuesday, March 8, 2016

on Leave a Comment

Untuk apakah tujuan tuhan menciptakan manusia?

Link : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=878588042254654&id=207119789401486

Salam
Untuk apakah tujuan tuhan menciptakan manusia?
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasi h pertanyaannya: Untuk menjawab pertanyaan antum ini, bisa merujuk ke dua macam catatan sebelumnya, yaitu:

1- Catatan tentang filsafat penciptaan dimana di sana membahas tentang apakah Tuhan memiliki tujuan dalam mencipta atau tidak. Kalau memiliki apakah hal itu berarti Tuhan menyempurna atau tidak. Kalau tidak memiliki tujuan bukankah berarti Tuhan melakukan yang sia-sia atau bagaimana. Kalau memiliki tujuan apakah untuk DiriNya atau makhlukNya.

Walhasil, kalau di Ilmu Kalam dikatakan memiliki tujuan akan tetapi untuk makhlukNya. Tapi kalau di filsafat tinggi dan irfan, tidak bisa memiliki tujuan apapun bentuknya dan karena itu hanya memiliki hikmah. Lalu apa beda tujuan dan hikmah? Maka silahkan merujuk ke catatan itu.

2- Catatan tentang hakikat manusia dan maqam khalifah. Catatannya banyak ragam. Paling bagus menurut saya untuk mendapatkan jawaban antum itu, antum rujuklah catatan tentang nabi Adam as, kala awal diciptakan.

3- Ringkasan dari semua itu adalah:

a- Tuhan tidak memiliki tujuan dalam mencipta manusia. Sebab kalau memiliki tujuan, sekalipun kembali pada manusia itu sendiri, tetap saja masih ada pertanyaan yang kembali pada pengembalian tujuan kepada manusia itu. Misalnya dinyatakan:

- Tujuan mencipta manusia (dan makhluk lainnya) memiliki tujuan untuk makhlukNya, sebab kalau tidak maka penciptaanNya sia-sia dan kalau memiliki tujuan yang kembali kepadaNya, maka Dia menyempurna. Ini juga tidak bisa diterima akal. Mana ada Yang Tidak Terbatas masiih menyempurna?

- Lalu tujuan yang kembali kepada manusia (semua makhluk) itu adalah berupa kebaikan untuk manusia. Yaitu menyampaikan kebaikan untuk manusia. Jadi, manusia dicipta supaya bisa dicapaikan kepada kebaikan tersebut.

Ketika dinyatakan seperti dua hal di atas itu, maka Tuhan sudah kita sucikan dari kesia-siaan dan juga dari kekurangan dan penyempurnaan. Akan tetapi, akal kita masih bisa bertanya, seperti:

"Lalu apa tujuan Tuhan menyampaikan kebaikan untuk manusia (makhlukNya)?"

Kalau pertanyaan ini dijawab "Untuk mencapaikan kepada kebaikan ke dua", yakni "Tujuan Tuhan menyampaikan manusia (semua makhluk) pada kebaikan, demi kebaikan yang lain yang akan dicapaikan untuk manusia (semua makhluk).", maka penyampaian kebaikan ke dua ini juga bisa ditanya dengan pertanyaan yang sama, Begitu pula dengan kebaikan ke tiga, ke empat dan seterusnya.

Ketika jawabannya tidak bisa menghentikan pertanyaannya, maka dalam istilah ilmu Kalam dan Filsafat diistilahkan dengan Tasalsul, yakni berentet/berkesinambungan tanpa henti. Hal ini merupakan hal yang sangat mustahil. Sebab mana ada sesuatu memiliki permulaan akan tetapi ujungnya tidak ada dan tidak habis-habis. Sesuatu itu dikatakan permulaan karena memiliki akhir. Begitu pula sebaliknya. Seperti atas yang mesti ada bawahnya dan sebaliknya.

Dengan demikian, maka Tuhan dalam mencipta manusia dan semua makhluk, tidak memiliki tujuan apapun sekalipun yang kembali pada makhlukNya atau manusia.

Lalu apakah penciptaanNya itu sia-sia? Jawabannya tentu saja "tidak". Mengapa? Sebab Tuhan Maha Tidak Terbatas. Jadi, Tuhan kesempurnaan mutlak dan tanpa batas serta tanpa kekurangan apapun. Dengan demikian, maka apa saja yang menjadi akibat dariNya, sudah pasti juga berupa kebaikan. Sebab mana ada kebaikan mutlak menyebabkan keburukan?

Nah, karena Tuhan Maha Sempurna itulah maka apapun yang keluar dariNya atau yang terakibatkan olehNya, sudah pasti kebaikan pula. Ini yang dikagtakan HIKMAH PENCIPTAAN.

Kalau ditanya "Mengapa Tuhan mencipta?"

Jawabannya adalah "Karena Tuhan menyintai DiriNya sendiri. Yaitu menyintai DiriNya dan KeSempurnaanNya dimana salah satu dari KeSempurnaanNya adalah KeMahaKuasaNya dalam mencipta. Karena itulah Tuhan mencipta. Ini dalam filsafat tinggi dan irfan diistilahkan dengan Bahajjatu al-Dzatiyyah, yaitu cinta diri semata."

Jadi, kalaulah mau dikatakan tujuan juga tidak masalah. Asal saja tidak keluar dari DiriNya sendiri. Katakanlah kalau antum mau:

"Tuhan dalam mencipta memiliki tujuan dimana tujuanNya itu tidak lain hanya dan hanya DiriNya sendiri."

2- Sedang hikmah dari penciptaan manusia adalah menjadi KhalifahNya dalam mengurusi semua makhlukNya, termasuk para malaikat dan apapun makhluk Tuhan baik materi atau non materi, baik manusia itu sendiri atau binatang, pepohonan dan antariksa. Yang non materi baik malaikat sedang atau malaikat yang teramat tinggi.

Maqam khilafah ini adalah maqam yang teramat tinggi yang semua malaikat menginginkannya sekalipun sudah memiliki kedudukan yang teramat tinggi seperti kedudukan di surga, 'arsy dan sebagainya.

Dalilnya adalah ketika Tuhan mengatakan pada malaikan bahwa akan mencipta manusia yang akan menjadi khalifahNya, para malaikat protes halus dengan berkata:

"Mengapa Engkau akan mencipta manusia (khalifah) yang akan membuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah, sementara kami selalu bertasbih memujaMu dan mensucikanMu?"

Nah, ketika malaikat menjelaskan kebaikan mereka, itu maksudnya agar Tuhan menjadikan mereka sebagai khalifah. Padahal mereka sudah memiliki kedudukan yang sangat tinggi.

Ini pertanda bahwa maqam khalifah itu melebih seluruh derajat manusia yang sudah diberi kekuatan mengatur alam semesta dan bahkan akhirat kelak. Tugas-tugas mereka hebat-hebat. Akan tetapi tetap masih di bawah maqam manusia yang bisa menjagi khalifah.

Tentu saja mencapai derajat Khalifah ini tidak cukup dengan hanya menamakan diri manusia, melainkan harus benar-benar mencapai derajat manusia itu yang, biasanya diistilahkan dengan Insan Kaamil.

Raihana Ambar Arifin Salam ustd ijin numpang bertanya. Dari jawaban ustd ada dialog antara malaikat dg tuhan ketika malaikat memprotes halus. Mohon bisa dijelaskan taafsir dialog tuhan dengan malaikat/makhluknya. Karena secara awam saya membayangkan bahwa dialog mensyarati ada dua objek, jadi ada tuhan dan ada malaikat. Dan kalau seperti itu apakah saya dikatakan menyekutukan tuhan. Mohon penjelasannya. Trim

Sinar Agama Raihana Ambar Arifin, silahkan rujuk ke catatan yang sudah dikatakan di atas, seperti tentang Khilafah, nabi Adam as dan semacamnya.

Kalau sulit menunggu Shadra Hasan, maka carilah di sinaragama.org

Kalau kerepotan carilah di androidnya. Tinggal masuk jilid Kamus Isi, pilih Lewat Kata, lalu cari kata Khilafah, lalu klik nomor-nomor catatan yang sudah disediakan.
Islam Hakiki, Islam Relatif: Kajian & Diskusi
SINARAGAMA.ORG

Sinar Agama Oh iya, tidak ada hubungannya dengan syirik. Sebab Tuhan sebab mandiri dan malaikat serta yang lainnya seperti tanah yang menjadi sebab tubuh nabi Adam as atau mani yang menyebab tubuh-tubuh kita, semuanya adalah bukan sebab mandiri dan hanya sebab perantara.

Sinar Agama Raihana Ambar Arifin, saya sudah dapatkan nomor catatannya yaitu catatan nomor 6 mengikuti nomor terbaru di seri Android yang sekarang atau yang nanti akan dicetak. Dan kalau mengikuti nomor lama, maka nomor 17, yaitu yang ada di katalog Anggelia yang ada di group Berlangganan Catatan-catatan Sinar Agama.


0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.