Thursday, March 10, 2016

on Leave a Comment

Mohon penjelasan megenai sifat tuhan "Maha Mengatur Syariat, Yang Maha di sembah" tetapi kenyataannya banyak yang kafir dan pembangkang syariat


Link : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=881052088674916&id=207119789401486

Salam ustd. Semoga selalu diberi kesehatan.
Saya mau bertanya, sepemahaman sy Allah mempunyai sifat perbuatan Pengatur dan Yang disembah. Dalam pahaman sya mengenai sifat Pengatur perihal tasrii manusi bisa menafikannya misal dg tidak tunduk syariat atau kafir pada nabi, dan sifat Yang di sembah juga, manusia bisa tidak menyembahnya, misal menyembah harta dll. Yang sy tanyakan apakah dengan itu bisa dikatakan sifat perbuatan tuhan tidak mutlak? Karena maansia bisa menafikannya.
Atau mohon koreksinya kalau pemahaman sy salah
Terimakasih
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya serta maaf atas keluputan ini:

1- Yang namanya Sifat Pengatur Syari'at itu adalah mengatur aturan hidup manusia yang bisa ditaati bagi yang mau taat dan bisa diingkari bagi yang mau maksiat. Jadi, bukan hanya mengatur manusia saja. Tapi mengatur manusia yang mana aturanNya bisa ditaati bagi yang mau dan bisa diingkari bagi yang tidak mau taat. Karena itu maka Tuhan Maha Pengatur Manusia.

Justru kalau aturanNya wajib ditaati dalam arti mesti terjadi dan/atau kalau aturanNya itu sudah dibarengi dengan penentuan takdir baik buruk bagi manusia, maka dalam hal ini Tuhan tidak bisa dikatakan sebagai Maha Pengatur Syari'at. Sebab apa arti keMahaanNya di sini, kalau aturanNya wajib dilakukan atau dibarengi dengan penakdiran. Sebab aturanNya itu dibuat untuk manusia yang berakal dan diberi ikhtiar olehNya. Begitu pula aturanNya itu memiliki konsekuensi surga atau neraka. Apa masih memiliki makna keMahaan dalam mengatur kalau dibarengi dengan pemastian ketaatan dan/atau penakdiran baik-buruk manusia?

Jadi, keMahaanNya justru menyala dan memiliki makna manakala ada pemilihan dari manusia yakni bisa ditaati dan bisa diingkari. Sebab manusia diberi olehNya, akal dan ikhtiar. Begitu pula akibat ketaatan dan kemaksiatan manusia itu berkonsekuensi masuk surga dan neraka.

Beda kalau mengatur alam materi yang tidak berakal dan tidak berikhtiar seperti gunung, langit, sungat, batu, bulan, bintang, matahari dan semacamnya. Atau beda kalau mengatur manusia yang memilliki akal tapi tidak memiliki ikhtiar negatif lantaran bukan makhluk materi dan murni non materi.

Alam materi yang tidak memiliki ikhtiar dan alam non materi yang tidak memilki badan materi seperti malaikat hingga karenanya tidak memiliki ikhtiar negatif/maksiat, semua menaati Allah dalam pengaturanNya.

Allah dalam QS: 41:11, befirman:

ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ

"Kemudian Dia (Tuhan) menguasai langit sementara ia berupa asap. Dia (Tuhan) berkata kepadanya (langit) dan bumi: 'Datanglah kalian berdua secara taat atau dipaksa!'. (keduanya) Berkata: 'Kami datang secara taat/sukarela.'."

Begitu pula tentang malaikat, Tuhan dalam QS: 66:6, berfirman:

لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

"(mereka para malakat) Tidak bermaksiat kepada Allah terhadap yang diperintahkan kepada mereka dan mereka selalu melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka."

2- Tentang sifat Disembah atau Ditaati yang ada pada Tuhan, dapat dipahami dengan benar dan lebih baik setelah memahami point 1 di atas. Karena arti Disembah dan Ditaati sebagai sifat Tuhan, juga akan memiliki dua makna di atas. Disembah dan Ditaati akan seiring dengan penyembah dan penaatnya.

a- Kalau penyembah dan penaatnya itu alam materi yang tidak memiliki akal dan ikhtiar serta surga neraka, atau non materi yang mutlak yang tidak memiliki materi sama sekali hingga tidak memiliki ikhtiar negatif lantaran tidak memiliki hawa nafsu, maka makna sifatNya sebagai Disembah dan Ditaati, adalah mutlak. Yakni tidak ada satupun dari makhluk-makhluk itu yang tidak menyembah dan tidak taat padaNya.

b- Kalau penyembah dan penaatnya itu manusia yang memiliki akal, dan memiliki dimensti non materi dan materi hingga karenanya memiliki hawa nafsu, dan memiliki ikhtiar yang diberikan Tuhan untuk memilih mengikuti akalnya atau hawa nafsunya, maka arti sifat Disembah dan Ditaati di sini adalah disembah dan ditaati secara ikhtiar.

Dan sekali lagi, justru makna sifat Ditaati dan Disembah di sini, akan menyala dan bermakna kalau adanya kebebasan dalam menaati dan menyembahNya. Kalau tidak, maka sama sekali tidak memiliki makna. Sebab manusia memiliki akal, hawa nafsu, ikhtiar memilih dan, yang lebih gamblang, memiliki surga dan neraka. Lah, kalau semuanya sudah dipastikan taat seperti malaikat dan alam materi, atau ditakdirkan taat bagi sebagian dan ditakdirkan maksiat bagi sebagian lainnya (keimanan saudara Sunni Asy'ari -bukan Mu'tazilah- yang ke enam), lalu apa arti akal, ikhtiar dan surga-neraka itu???!!

Semoga penjelasan ini dapat mencerahkan akal dan hati serta kehidupan kita semua, amin.

Andika Allahumma sholli ala Muhammad wa Aali Muhammad..
SukaBalasBaru saja

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.