Friday, March 18, 2016

on Leave a Comment

Mohon Penjelasan hadis tentang Nabi Adam as menikahkan sesama saudara anak kandungnya

Link : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=956446107738629&id=207119789401486


Shadra Hasan membagikan kiriman ke Kronologi Sinar Agama.
13 Februari
Shadra Hasan
13 Februari
Salam.
Mohon konfirmasi tukilan di bawah ini
Kisah menarik ini diriwayatkan dari Imam Ja'far ash-Shadiq as. Dengan membaca kisah berikut ini, selain melihat kejahatan Iblis, kita juga dapat memahami asal muasal kita yang sebenarnya. Riwayat ini dapat menjadi bantahan atas riwayat-riwayat tidak jelas yang mengatakan bahwa dahulu putra Nabi Adam menikahi saudarinya sendiri, atau nikah silang, yang mana kisahnya juga bermacam-macam. Namun hal itu dibantah karena sesungguhnya dari sejak dahulu, Allah SWT tidak membenarkan perkawinan saudara dengan saudarinya. Karenanya saya merasa penting untuk menyadur kisah ini selengkapnya.
Nabi Adam dan Hawa hidup bersama sebagai suami istri, kemudian lahirlah seorang putri yang oleh Nabi Adam diberi nama Ataqah. Ataqah ini adalah wanita pertama dari rumpun manusia yang berbuat dosa. Karena itu, Allah mengirimkan seekor serigala sebesar gajah dan seekor burung sebesar keledai untuk membunuh Ataqah, lahir Kabil.
Ketika Kabil menginjak usia akil baligh, Allah SWT mengirimkan seorang wanita dari kalangan jin yang bernama Jehana dalam wujud manusia. Begitu Kabil melihatnya, Kabil pun jatuh cinta kepadanya. Lalu Allah SWT mendorong Nabi Adam Jehana dengan Kabil. Setelah itu lahir Habil. Ketika Habil dewasa, Allah SWT mengirimkan kepada Nabi Adam satu bidadari dari surga bernama Nazlah. Ketika Habil melihatnya, Habil pun jatuh cinta kepadanya. Lalu Allah menyuruh Nabi Adam untuk menikahkan Nazlah dengan Nabil. Nabi Adam pun menikahkan Nazlah dengan Nabil. Nazlah sang bidadari kemudian menjadi istri Hanik putra Nabi Adam.
Kemudian Allah menyuruh Nabi Adam untuk mempercayakan warisan kenabian dan ilmu kepada Habil. Perintah Allah ini pun dilaksanakan oleh Nabi Adam. Ketika Kabil tahu tentang hal ini, Kabil jadi marah. Kata Kabil kepada ayahnya, "Bukankah aku ini kakaknya yang lebih layak mendapat kepercayaan Allah?"
Nabi Adam berkata, "Wahai putraku! Urusan ini ada di tangan Allah. Allah-lah Yang memilih Habil. Jika engkau tidak percaya kepadaku, sebaiknya kalian berdua berkorban. Kalau yang korbannya diterima, dialah yang lebih patut. "
Selama waktu itu, api suka datang dan melahap korban-korban (seperti disebutkan dalam surah Ali 'Imran ayat 183). Kabil bekerja sebagai penggarap tanah (petani, peladang), sehingga korban yang dipersembahkannya adalah gandum yang buruk kualitasnya, sedangkan Habil bekerja mengurusi domba, sehingga korbannya adalah biri-biri jantan yang gemuk. Api melahap korbannya Habil saja (korban Habil diterima). Iblis mendatangi Kabil dan berkata:
"Wahai Kabil, apakah kalian berdua akan jadi banyak, keturunannya akan membanggakan diri kepada keturunanmu tentang karunia yang telah diberikan kepadanya oleh ayahmu dan tentang fakta bahwa api menerima korbannya dan menolak korbanmu. Kalau engkau membunuh dia, maka ayahmu tak punya pilihan lagi selain memberikan kepadamu apa yang telah diberikan ayahmu kepadanya. Karena itu, Kabil lalu membunuh Habil. Setelah itu Iblis berkata, 'Api yang menerima korban, sesungguhnya ia itu suci. Karena itu sucikanlah ia. Bangunkan bagi api itu sebuah rumah, dan tugaskan orang untuk menjaganya. Sembahlah dengan baik, dan uruslah dengan baik, agar korbanmu diterimanya, kalau memang ini yang engkau mau."
Kabil menuruti semua perkataan Iblis, sehingga Kabil menjadi manusia pertama yang menyembah api. Nabi Adam datang ke tempat pembunuhan Habil, dan menangis terus-menerus selama empat puluh hari.
Selama empat puluh hari ini pula Nabi Adam meratapi tempat yang menerima darah putranya. Di tempat inilah sekarang berdiri kubah masjid (utama) Basrah. Pada hari terbunuhnya Habil, istri Habil, Nazlah sang bidadari, hamil. Nazlah kemudian melahirkan seorang putra yang oleh Nabi Adam diberi nama Habil juga. Allah lalu menganugerahi Nabi Adam, setelah Habil, seorang putra lagi yang oleh Nabi Adam diberi nama Syeth. Tentang Syeth ini Nabi Adam berkata, 'Ini adalah hibatullah (karunia dari Allah)!' Ketika Syeth dewasa, Allah SWT mengirimkan kepada Nabi Adam bidadari lagi yang bernama Naimah. Bidadari ini datang dalam wujud manusia. Begitu Syeth melihatnya, Syeth pun jatuh cinta kepadanya. Lalu Allah menyuruh Nabi Adam menikahkan Naimah dengan Syeth. Nabi Adam pun menjalankan perintah Allah ini.
Naimah melahirkan seorang putri yang oleh Nabi Adam diberi nama Huriyyah. Ketika Huriyyah dewasa, Allah menyuruh Nabi Adam menikahkan Huriyyah dengan Habil 2.
Nabi Adam as pun melaksanakan perintah Allah ini. Umat manusia yang sekarang yang Anda saksikan ini merupakan buah dari perkawinan Huriyyah dan Habil 2. Ketika masa kenabian Nabi Adam berakhir, Allah SWT menyuruhnya mewariskan ilmunya dan pusaka kenabian kepada Syeth dan menyuruh Syeth bertaqiah (waspada dan berhati-hati), merahasiakan perkara ini dan tidak menceritakan perkara ini pada saudaranya, supaya saudaranya itu tidak membunuhnya, seperti Kabil membunuh Habil.
Bihar al-Anwar , jil. 11, hal. 226. Konsep Tuhan, hal. 318.
Trims ust Sinar Agama
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya atau permintaan konfirmasinya:

1- Terlihat sekali si penulis tergesa-gesa hingga dengan satu hadits saja sudah merasa mengetahui semua rahasia penciptaan manusia yang dalam hal ini turun temurunnya manusia.

2- Seingatku, saya sudah merincikan hal seperti ini, yaitu sejarah turun temurunnya manusia yang memang dari satu ayah dan ibu yaitu nabi Adam as dan dari perkawinan anak-anak nabi Adam as satu sama lain.

4- Dalam periwayatan Ahlulbait as, ada dua macam bentuk riwayat tentang perkawinan anak-anak nabi Adam as. Ada yang mengatakan bahwa mereka kawin satu sama lain (antar saudara) dan ada yang mengatakan kawin dengan jin dan bidadari seperti yang dinukilkan di hadits yang ditanyakan antum itu.

5- Sebagaimana maklum dan disepakati oleh Sunni dan Syi'ah, apapun hadits yang bertentangan dengan Qur an, maka ia adalah hadits palsu dan/atau tidak boleh dipakai.

6- Hadis Syi'ah yang mengatakan bahwa kawin anak-anak nabi Adam as itu terjadi di antara mereka sendiri, jelas seiring dengan Qur an. Dan yagn tidak, yakni yang mengatakan kawin dengan jin dan bidadari seperti yang dinukilkan di atas, maka tidak boleh diterima karena bertentangan dengan Qur an dan juga terlalu banyak masalah di dalamnya. Mungkin saya akan komentari sedikit.

Sinar Agama .

7- Qur an yang saya maksud adalah QS: 4:1:

يَأيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْس وَحِدَة وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيراً وَنِسَآءً

"Wahai manusia, taqwalah kalian pada Tuhan kalian yang telah mencipta kalian dari satu orang (nabi Adam as) dan menciptkan darinya (satu orang itu) pasangannya (istrinya) dan kemudian dari keduanya (Allah) mengembang biakkan laki-laki dan wanita-wanita yang banyak."

Begitu pula ayat di QS: 16:72:

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا

"Dan Allah menjadikan/mencipta untuk kalian dari diri kalian sendiri, istri-istri."

Begitu juga ayat di QS: 30:21:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا

"Dan dari tanda-tandaNya (tanda Kuasa dan keAgunganNya) adalah mencipta untuk kalian dari diri kalian sendiri istri-istri untuk kalian supaya kalian cenderung dan tentram kepadanya."

Begitu juga ayat di QS: 42:11:

جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الْأَنْعَامِ أَزْوَاجًا

"(Tuhan) Menjadikan untuk kalian dari diri kalian sendiri istri-istri (pasangan-pasangan) dan dari binatang pasangan-pesangan (berpasang-pasangan)."

KESIMPULAN AYAT-AYAT DI ATAS:

- Manusia yang ada sekarang ini, berasal dari satu ayah dan ibu. Lalu dari KEDUANYA menjadi banyak.

- Kalau bukan dari keduanya, maka Tuhan tidak akan mengatakan dari KEDUANYA.

- Kalau manusia ini keturunan manusia dan jin atau keturunan manusia dan bidadari seperti riwayat yang dinukilkan di atas itu, maka tidak bisa dikatakan DARI KEDUANYA. Sebab ada yang dari jalur lain sekalin KEDUANYA.

- Begitu pula Siti Hawa as tidak masalah dicipta dari diri nabi Adam as atau dari tanahnya. Karena itu hal itu bukan berarti kawin dengan dirinya sendiri. Saya sudah menerangkan riwayat yang sama-sama ada bahwa ada yang mengatakan dicipta dari tulang rusuk dan ada yang meriwayatkan dari sisa-sisa tanah yang dibuat nabi Adam as. Saya sudah pernah menerangkan pula bahwa Allamaah Thaba Thabai ra memilih jalan tengah, yaitu bahwa Siti Hawa as dicipta Tuhan dari sisa-sisa tanah yang dibuat untuk rusuk nabi Adam as.

- Mau dicpta dari bagian tubuh nabi Adam as seperti ayat-ayat di atas yang sangat gamblang itu, atau dibuat dari tanah sisa dari penciptaan nabi Adam as, maka hal seperti ini tidak ada sangkut pautnya dengan hukum Tuhan. Sebab Dia bisa menghalalkan dan mengharamkan sesuai dengan Hikmah dan IlmuNya. Apalagi pada waktu itu masiih di awal-awal penciptaan yang sudah tentu tidak masalah sama sekali.

- Kalau anak-anak nabi Adam as dikawinkan dengan jin dan bidadari, mengapa nabi Adam as tidak seperti itu? Mengapa harus anak-anak beliau as dan bukan beliau as sendiri?

- Kalau sebagian anak nabi Adam as dikawinkan dengan jin dan sebagian yang lain dengan bidadari, maka hal ini akan berbau diterminis dan penaqdiran baik-buruk dari Tuhan bagi keturunan keduanya. Karena yang keturunan jin bisa bernasib buruk dan yang keturunan dari ibu bidadari bisa menjadi baik. Ini berbau ketidakadilan dan tertolak dalam agama Islam sekalipun Sunni kecuali yang Sunni Asy'ariyyah, bukan Sunni Mu'tazilah. Apalagi dalam Syi'ah (karena jelas menolak dan bahkan meletakkan Adil Tuhan sebagai bagian dari Ushuuluddin/akidah).

- Konsekuensi tubuhnya juga bisa ringan. Karena jin dibuat dari api. Karena itu, anak-anak mereka akan menjadi rada ringan sebab tidak seperti ayah mereka yang dari tanah yang berat ini.
Lihat Terjemahan

Sinar Agama .

8- Kalau penukil hadits yang antum tanyakan itu memang orang suka ilmu atau setidaknya sabaran sikit saja, maka di halaman itu juga sudah dijelaskan dalam riwayat Ahlulbait as yang lain tentang perkawinan antar saudara itu, yaitu riwayat ke 4 dan ke 5. Dan yang dinukilkannya itu adalah riwayat ke: 6.

Mengapa dia mengambil riwayat 6 dan tidak mengambil riwayat 4 dan 5 ? Sementara riwayat 4 dan 5 berkesesuaian dengan Qur an??!!!

Ini riwayat-riwayat yang berkesesuaian dengan lahiriah Qur an itu (riwayat 4 dan 5):

بحار الأنوار / جزء 11 / صفحة[ 225 ]
..............
4 - ج: عن الثمالي قال: سمعت علي بن الحسين عليه السلام يحدث رجلا " من قريش قال: لما تاب الله على آدم، واقع حواء ولم يكن غشيها منذ خلق وخلقت إلا في الأرض وذلك بعد ما تاب الله عليه، قال: وكان آدم يعظم البيت وما حوله من حرمة البيت، وكان إذا أراد أن يغشى حواء خرج من الحرم وأخرجها معه، فإذا جاز الحرم غشيها في الحل ثم يغتسلان إعظاما منه للحرم، ثم يرجع إلى فناء البيت، قال: فولد لآدم من حواء عشرون ولدا " ذكرا "، عشرون انثى، فولد له في كل بطن ذكر وانثى، فأول بطن ولدت حواء هابيل ومعه جارية يقال لها إقليما، قال: وولدت في البطن الثاني، قابيل ومعه جارية يقال لها لوزا، (3) وكانت لوزا أجمل بنات آدم، قال: فلما أدركوا خاف عليهم آدم الفتنة فدعاهم إليه وقال: اريد أن انكحك يا هابيل لوزا، وانكحك يا قابيل إقليما، قال قابيل: ما أرضى بهذا، أتنكحني اخت هابيل القبيحة وتنكح
هابيل اختي الجميلة ؟ قال آدم: فأنا أقرع بينكما فإن خرج سهمك يا قابيل على لوزاء
وخرج سهمك يا هابيل على إقليما زوجت كل واحد منكما التي خرج
(1) سماه المسعودي ريسان، قال في اثبات الوصية ص 9: فلما حضرت وفاته أوحى الله إليه
أن يستودع التابوت والاسم الاعظم ابنه ريسان بن نزلة وهى الحورية التى اهبطت له من
الجنة اسمها نزلة، روى أن اسم ريسان أنوش. (2) امالي الصدوق 242. (3) تقدم عن
الطبرسي أن اسمها لبوذا، وعن اليعقوبي أن اسمه لوبذا. [ * ]

بحار الأنوار / جزء 11 / صفحة[ 226 ]
سهمه عليها، قال: فرضيا بذلك فاقترعا قال: فخرج سهم هابيل على لوزا اخت قابيل و خرج
سهم قابيل على إقليما اخت هابيل، قال: فزوجهما على ما خرج لهما من عند الله، قال:
ثم حرم الله نكاح الأخوات بعد ذلك. قال: فقال له القرشي: فأولداهما ؟ قال: نعم قال:
فقال القرشي: فهذا فعل المجوس اليوم، قال: فقال علي بن الحسين عليه السلام: إن
المجوس إنما فعلوا ذلك بعد التحريم من الله. ثم قال علي بن الحسين عليه السلام: لا
تنكر هذا أليس الله قد خلق زوجة آدم منه ثم أحلها له ؟ فكان ذلك شريعة من شرائعهم،
ثم أنزل الله التحريم بعد ذلك. (1)

Imam Ali bin Husain as berkata:

"........ (tentang kisah nabi Adam as dan Siti Hawa' as) .... Lalu lahir dari keduanya 20 anak lelaki dan 20 anak wanita. Dan selalu melahirkan secara kembaran dimana yang satu lelaki dan yang lainnya wanita. Pada kelahiran pertama anak lelakinya diberi nama Haabiil dan anak wanitanya diberi nama Iqliimaa. Dan pada kelahiran ke dua anak lelakinya diberi nama Qaabil dan anak wanitanya diberi nama Lauzaa dimana dia paling cantiknya putri nabi Adam as. Ketika mereka sudah mengerti (dewasa) nabi Adam as takut terjadi fitnah. Karena itu dipanggillah mereka dan berkata: 'Aku ingin mengawinkan kamu wahai Haabiil dengan dengan Lauzaa dan mengawinkan kamu wahai Qaabiil dengan Iqliimaa.' Qaabill berkata: 'Aku tidak rela, mengapa engkau mengawinkan aku dengan saudari kembaran Haabiil yang jelek sementara mengawinkan Haabiil dengan saudari kembarku yang cantik?' Berkata nabi Adam as: 'Kalau begitu aku akan mengundinya. Kalau undian Lauzaa jatuh padamu wahai Qaabiil dan Iqliimaa jatuh padamu wahai Haabiil, maka aku akan mengawinkan kalian sesuai dengan nama-nama yang keluar untuk kalian itu.' Mereka bedua rela dengan itu (cara yang diambil ayah mereka). Lalu diundi dan keluar nama Lauzaa saudari kembaran Qaabiil untuk Haabiil dan Iqliima saudari kembaran Haabiil untuk Qaabiil. Kemudian (nabi Adam as) mengawinkan mereka sesuai undian itu dan yang sudah diketahui di sisi Allah. Setelah itu barulah perkawinan antar saudara itu diharamkan."

Bertanya orang Quraisy kepada beliau as: "Lalu mereka melahirkan?"

Beliau as menjawab: "Iya."

Berkata orang Qurasy kepada beliau as: "Ini yang dilakukan orang-orang Majusi hari ini."

Beliau as menjawab: "Sesungguhnya orang Majusi itu melakukan hal seperti itu setelah adanya pelarangan (pengharaman) dari Allah. Jangan ingkari ini. Bukankah Allah telah mencipta istri nabi Adam as dari dirinya sendiri lalu setelah itu dihalalkan untuknya (untuk dikawini). Semua itu adalah syari'at yang diturunkan kepada mereka. Lalu Allah mengharamkannya setelah itu."

5 - ب: ابن عيسى، عن البزنطي قال: سألت الرضا عليه السلام عن الناس كيف تناسلوا من (عن خ) آدم عليه السلام ؟ فقال: حملت حواء هابيل واختا " له في بطن، ثم حملت في البطن الثاني قابيل واختا " له في بطن، فزوج هابيل التي مع قابيل وتزوج قابيل التي مع هابيل، ثم حدث التحريم بعد ذلك. (2)

Bazanthi bertanya kepada Imam Ridha as tentang bagaimana manusia berkembang biak dari nabi Adam as. Beilau as berkata:

"Istri nabi Adam as mengandungi untuk beliau as Haabiil dan saudari kembarannya. Kemudian hamil lagi bernama Qaabiil dan saudari kembarannya. Lalu beliau as mengawinkan Haabiil dengan saudari kembaran Qaabiil dan mengawinkan Qaabiil dengan saudari kembaran Haabiil. Kemudia hal itu diharamkan setelah itu."
Lihat Terjemahan

Sinar Agama .

Kesimpulan:
Dari semua penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hadits yang ditanyakan antum itu terhalang oleh dua hal:

- Pertama terhalang oleh Qur an.

- Ke dua terhalang oleh hadits-hadits yang lain dari Ahlulbait as.

Karena itu, maka hadits yang antum tanyakan itu tidak bisa diterima sesuai dengan kaidah akal, hadits, ushulfiqih dan lain-lainnya.

Jadi, yang benar adalah hadits lain yang sesuai dengan Qur an dan akal, yang menjelaskan tentang perkawinan antar saudara-saudari nabi Adam as tersebut sebelum kemudiannya diharamkan oleh Allah swt. Wassalam.

Andika Allahumma sholli ala Muhammad wa Aali Muhammad..
SukaBalasBaru saja

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.