Friday, March 18, 2016

on Leave a Comment

Bagaimanakah seseorang yg takut mati, karna tau amalnya sedikit dan baru mengenal AB?


Link : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=883147808465344&id=207119789401486

Salam ustadz.
Semoga diberi kesehatan.
Tanya:
Bagaimanakah seseorang yg takut mati, karna tau amalnya sedikit dan baru mengenal AB?
SukaTunjukkan lebih banyak tanggapan
Komentari
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Secara umum, takut mati itu sangat normal, justru yang tidak takut itulah yang kurang normal.

2- Takut itu ada dua macam:

a- Takut secara perasaan. Yang ini belum tentu mengamalkan hal-hal yang bisa menghilangkan takutnya seperti bertaqwa secara benar, bukan taqwa khayalan dirinya sendiri. Tapi taqwa yang argumentatif. Sebab kelak akan ditanyakan semuanya, baik perbuatan yang lahiriahnya dosa dan/atau taat.

b- Takut secara akal pahaman. Takut secara akal pahaman ini juga belum tentu melakukan hal-hal yang bisa menghilangkan takutnya yaitu taqwa. Sebab ia takut karena ia memahami dengan akalnya bahwa akhirat itu abadi tanpa peluang kembali sementara ia melihat dirinya teramat banyak kekurangannya.

c- Takut secara akal pahaman dan akal aplikatif/amal. Takut ini yang sebenanya hakikat takut itu. Karena takut secara akal-pahaman dan akal-amalan ini, adalah takut yang dibarengi dengan gigih melakukan hal-hal yang bisa menghilangkan rasa takutnya yaitu taqwa secara benar dan argumentatif.

3- Kalau orang sudah melakukan tingkatan c di atas dan memang sering dia uji kebenarannya, baik pahaman dan amaannya, dan ternyata memang benar, maka di sini rasa takutnya akan berkurang. Akan tetapi tidak bisa hilang semuanya. Sebab apa-apa yang lulus dalam pengecekannya secara pahaman dan amal, belum tentu lulus di Pandangan Tuhan.

Akan tetapi akan muncul suatu harapan yang dijanjikan Tuhan, yaitu bahwa kalau kita sudah jungkir balik berusaha dengan profesional (selalu dicek secara ilmu dan amalan serta keikhlashannya) lalu masih ada kekurangan maka secara global Tuhan menjanjian ampunan. Nah, biasanya seorang mukmin itu ada di tengah-tengah dua perasaan, yaitu: Takut tidak benar dan tidak diterima sementara di lain pihak mengharap penerimaan dan ampunanNya. Inilah yang dikatakan Rajaa'. Yakni antara takut dan harap.

Sinar Agama .

3- Kalau kelak sudah sampai ke tingkat yang tinggi sekali misalnya sudah bisa bertemu Nabi saww dan para imam as, lalu mereka as mengatakan bahwa amalannya sudah benar secara lahir batin (syari'at dan ikhlashnya), maka di situ nanti rasa takutnya akan semakin berkurang atau bisa hilang sama sekali. Kalau sudah hilang, yang tersisa hanya takut pada Allah sebagai Dzat yang layak ditakuti, tapi sudah tidak takut lagi pada dirinya dan pada kekurangan dirinya sendiri sebagai pemaksiat. Tapi kalau takut tentang dirinya yang banyak kekuarangan selain maksiat, yakni kesempurnaan terbatas, maka hal ini layak adanya. Sebab jarak antara kita dan keSempurnaan Tuhan itu tidak terbatas juga sebagaimana DzatNya Yang Tidak Terbatas.

Jadi, takut yang akan muncul tentang kekurangan dirinya, bukan dari sisi maksiat padaNya, akan tetapi dari sisi teramat jauhnya antara dirinya dan Tuhannya. Itulah mengapa Imam Ali as pernah berkeluh:

"Ooooohhhh betapa sedikitnya amal dan betapa jauhnya perjalanan."

Zaenal Al Aydrus Skrn ustadz... Sehat selalu dalam bimbingannya....

Andika Allahumma sholli ala Muhammad wa Aali Muhammad..

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.