Sunday, March 6, 2016

on Leave a Comment

Bagaimana memahami Allah itu tidak bergerak dari redho menjadi murka atau dari murka menjadi redho?


Link : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=874636862649772&id=207119789401486

Andika ke Sinar Agama
23 Januari
Bismillah.. Salam Ustad.. saya pernah baca di catatan Ustad bahwa Tuhan itu tidak bergerak dari Murka menjadi Redho atau dari Redho menjadi murka.. Selama ini yg saya fahami tidak bergerak tersebut terkait dengan ruang dan waktu.. Apakah murka dan redho juga merupakan ruang dan waktu..? mohon penjelasannya.. (mohon juga koreksinya jika ingatan saya salah.. karena catatan tersebut saya cari2 tidak ketemu lagi tetapi kefikiran terus.) syukron sebelumnya..
Komentar

Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:

1- Ridha dan murka itu ada pada ruh kita.

2- Ruh kita jelas non materi yang secara substansinya tidak teirkat dengan ruang dan waktu.

3- Tapi ketidakmaterian ruh kita, hanya dalam substansinya. Tapi dalam aktifitasnya memerlukan pada materi. Itulah beda defini ruh/jiwa dan definisi malaikat yang sama-sama non materi.

4- Definisi Ruh/jiwa, adalah non materi secara dzatnya tapi materi secara aktifitasnya. Definisi malaikat adalah non materi secara dzat dan aktifitas.

5- Dengan demikian, maka:

a- Kalau murka dan ridha itu ada pada ruh manusia, maka ia ada pada non materi yang bernama ruh, akan tetapi terikat dengan ruang dan waktu karena ridha dan murka itu bagian dari aktifitas ruh. Jadi, terikat dengan materi (ruang dan waktu).

b- Kalau murka dan ridha itu ada pada non materi seperti malaikat dan Tuhan, maka sama sekali tidak terikat dengan ruang dan waktu.

6- Kalau murka dan ridha pada non materi yang bukan ruh itu tidak terikat dengan ruang dan waktu maka sudah pasti tidak bisa dikatakan dengan perubahan dalam waktu, proses, gerakan dan semacamnya. Sebab proses, gerak dan semacamnya itu, adalah perubahan dalam waktu. Sementara non materi selain ruh, adalah tidak terikat dengan ruang dan waktu.

7- Kalau non materi yang bukan ruh itu sama sekali tidak terikat dengan ruang dan waktu, maka sama sekali tidak bisa dipahami bahwa telah terjadi perubahan pada diri mereka. Karena perubahan adalah proses.

8- Tapi bagaimana memahami Allah ridha lalu murka dan/atau sebaliknya?

9- Jawabannya adalah bahwa perubahan itu tidak terjadi pada diri mereka melainkan terjadi pada obyeknya saja. Jadi, dikala obyeknya diridhai, maka dia sendiri yang masuk dalam ridha mereka dan dikala tidak diridhai seperti melakukan maksiat, maka dia sendiri yang keluar dari ridha mereka.

10- Jadi, murka pada mereka itu (non materi selain ruh manusia), bukan aktifitas seperti yang terjadi pada manusia yang menjadi panas, naik darah, gemetaran, gugup, berteriak-teriak, membentak-bentak dan semacamnya, melainkan perginya seseorang atau obyek dari ridha mereka. Itu saja.

11- Tapi kalau saya katakan "itu saja", bukan berati hal ini ringan. Saya katakan sebagai "itu saja", sehubungan dengan mereka yang non materi mutlak dalam arti tidak terikat dengan ruang dan waktu. Tapi kalau dilihat dari sisi si obyeknya sendiri, yakni manusianya yang keluar dari ridha itu, maka jelas merupakan hal yang teramat besar dimana saking besarnya menjadi tersiksa di dunia dan akhirat. Di dunia dalam batin ruhnya dan di akhirat dalam api neraka.

12- Kesimpulannya, ridha dan murka itu bukan suatu peristiwa yang berubah-rubah dalam diri malaikat dan Tuhan yang non materi mutlak tanpa ikatan sama sekali dengan materi. Ridha dan murka yang merupakan perubah-rubahan itu, hanya terjadi pada obyeknya, yakni manusianya yang diridhai lalu dimurkai atau sebaliknya.

Intinya, non materi malaikan dan apalagi Tuhan itu, merupakan hakikat cahaya (bukan cahaya materi seperti cahaya lampu atau matahari) dan keindahan yang sama sekali tidak mengalami perubahan. Dan hal itu dapat kita katakan ridha. Siapa yang taat pada Allah, maka dia ada dalam selimut cahaya tersebut. Dan kalau dia keluar, maka cahaya itu sama sekali tidak berubah, melainkan manusia itu sendiri yang masuk dalam gelap. Nah, gelap ini di dunia dikatakan sesat atau siksa batin dan di akhirat berupa neraka.

Andika Salam ustad, dari penjelasan ustad dapat saya pahami bahwa :
1-Malaikat, syurga, neraka dan ruh secara substansinya merupakan non materi yang tidak terikat ruang dan waktu.
2-Perubahan/pergerakan dari redho ke murka atau dari murka ke redho tersebut hanya berlaku dari sisi materinya dimana yang akan berakibat pada sisi non materinya (ruh manusia).
3-Manusia dengan ikhtiarnya akan memilih apakah dia akan berada di wilayah redhoNya atau berada dalam wilayah murkaNYa. (kalau boleh dikatakan wilayah).
4-melihat dari penjelasan ustad berarti memahami redho dan murkanya seperti filsafat keberadaan dan ketiadaan.. dimana adanya murkaNya dikarena tiadanya RedhoNya.
5-jika boleh saya mengandaikan redhoNya itu adalah seperti Cahaya Matahari yang bersinar secara terang benderang secara tetap dan konstan, kekal abadi yang tidak pernah berubah sedangkan MurkaNya adalah kegelapan karena ketiadaan dari Cahaya Matahari tersebut namun Tuhan bukanlah Cahaya Matahari, Dia adalah Dia.
Mohon koreksi jika kesimpulan saya salah.. Semoga Ustad dan keluarga Senantiasa dalam RedhoNya dan dalam Cahaya Ilmu Ahlul Baith as..

Sinar Agama Maspia Andika, ahsantum. Kurang lebih demikian.

Andika Syukron ustad.. ahsantum jgnlah bosan dengan pertanyaan ku yg bebal.. semoga ustad dan keluarga senantiasa sehat wal afiat dan dalam naungan redhoNya selalu.. amiinn

Sinar Agama InsyaaAllah tidak akan bosen. Memang kadang kelelahan, tapi bosen insyaaAllah tidak akan pernah. Karena hidup dan sedikit ilmu ini benar-benar hanya milikNya semata.

Tentu saja bahasan di atas masih panjang lebar. Misalnya murka dan ridha Tuhan itu adalah sifat fi'liyyah yang, sudah tentu tidak menyentuh DzatNya sama sekali. Keduanya sifat yang baru dan kembalinya ke sifat Dzat seperti sifat Kuasa.

Karena itu, kedua sifat itu tidak ada kecuali setelah adanya makhluk yang dimurkai dan diridhai. Karena itu, sifat yang baru, bukan sifat Dzat.

Beda sifat Dzat dan sifat Fi'liyyah adalah kalau sifat Dzat adalah hakikat DzatNya, sama dan tidak ada perbedaan sedikitpun. Karena itu bisa dikatakan bahwa DzatNya adalah SifatNya dan begitu pula sebaliknya. Sedang sifat Fi'liyyah tidak bisa dikatakan seperti itu. Karena kalau dikatakan seperti itu, maka DzatNya juga haadits/baru/bermula sebagaimana kedua sifat tersebut (murka dan ridha). Rinciannya lihat di catatan Pokok-pokok dan Ringkasan Ajaran Syi'ah.

Andika Iya Ustad saya juga berusaha terus mengulang membaca catatan ustad.. sdh ada versi android jadi bisa leluasa bacanya..

Andika Waktu kecil pernah belajar dari guru (masih sunni) guru saya menjelaskan bahwa tuhan itu tidak di atas, tidak di bawah, tidak tidak di depan juga tidak di belakang.. tuhan itu meliputi semua2nya.. dulu sy berfikir dari penjelasan itu seakan. Alam semesta ini adalah wujud tuhan namun bukan tuhan.. tetapi tetap menyimpan seribu pertanyaan.. hingga saya mulai mengenal ajaran asing dari catatan ustad.. bahwa tuhan itu tidak terbatas pertanyaan saya seolah mendapat jawabannya. Terus mengenai dzat, sifat dan perbuatan.. sang guru mengandaikan pada tubuh manusia.. yang mempunyai nama.. Yang berarti Asma Allah.. mempunyai jazad yang berarti Dzat tuhan.. yang mempunyai tangan dan kaki yg berarti sifat tuhan.. yang baik dan belas kasih yg berti perbuatan tuhan jadi yang namanya Andika itu meliputi semua2nya itu.. bagaimana pendapat ustad mengenai pengandaian seperti ini bolehkan menurut ajaran Ab.. dan bagaimana rabaan ustad mengenai penjelasan di atas..

Andika Allahumma sholli ala Muhammad wa Aali Muhammad..
SukaBalasBaru saja

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.