Saturday, October 31, 2015

on Leave a Comment

Apa pengertian dan perbedaan dari, islam, iman, kufur, munafik, dan apa hub ke empat istilah itu dengan usshuluddin


Sumber : https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=824359787677480&id=207119789401486



Salam ustd, afwan mau tanya dalam syiah apa pengertian dan perbedaan dari, islam, iman, kufur, munafik, dan apa hub ke empppat istilah itu dengan usshuluddin. Karena saya sering menemukan istilah itu dalam buku aqidah yang saya baca. Terimakasih
Suka   Komentari   
Komentar
Sinar Agama Salam dan terimakasih pertanyaannya:Sebenarnya sudah sering saya tulis hal-hal yang antum tanyakan itu, antum bisa merujuk ke situs: sinaragama.org

Sekedar mengulang dalam ringkasan, maka:


1- Islam:
Islam adalah menerima. Yakni menerima agama Allah secara utuh dan kaffah. Islam juga bisa berarti keselamatan, baik bagi dirinya sendiri atau bagi orang lain. Karena itu, muslim tidak boleh menyakiti muslim lainnya. 

Dari sekian ajaran Islam yang kaaffah itu, ada penekanan pada beberapa hal seperti, Syahadataian, Shalat, Puasa, Haji, Zakat dan Khumus. 

Yang melakukan keenam atau kelima (tanpa khumus) hal di atas, bisa dikatakan sebagai muslim. Akan tetapi kalau dia mengingkari hal-hal yang mesti diimani dan merupakah identitas agama Islam, seperti hijab, Qur an dan semacamnya, dan dia tahu bahwa pengingkarannya itu sama dengan mengingkari Islam atau merendahkan Nabi saww dan semacamnya, maka bisa dikatakan kafir. 

2- Iman:
Iman adalah mengimani apa saja yang diturunkan Tuhan dalam agama Islam. Sekali lagi, apa saja keimanan yang diajarkan kepada manusia melalui agama Isam. Jadi, tidak terbatas pada beberapa poin saja, baik beberapa poin itu dikatakan Ushuluddin atau Rukun Iman. 

Dari sekian keimanan itu, ada penekanan pada keimanan-keimanan tertentu. Dalam Syi'ah dikenal dengan Ushuluddin atau Dasar Agama, yakni tanpa dasar ini, agama tidak akan diterima dan diamalkan oleh penganutnya dengan baik. 

Beberapa poin yang digolongkan sebagai Dasar Agama itu adalah Tauhid, KeAdilan Tuhan (salah satu bahasannya seperti tidak mungkin Tuhan yang Adil itu telah menentukan garis kehidupan dan telah menaqdirkan nasib manusia), Kenabian, Keimamahan dan Hari Kebangkitan.

Ketika seseorang mengimani kelima poin di atas itu, maka dia bisa dikatakan sebagai orang beriman dan mukmin. Akan tetapi, bukan berarti tidak bisa kafir. Sebab kalau dia yang beriman kepada lima hal di atas itu, mengingkari kitab-kitab Tuhan, bidadari, syaithan, surga, malaikat, shalat, puasa, hijab dan semacamnya dengan syarat-syarat yang sudah diterangkan di tempatnya masing-masing (seperti sengaja setelah tahu dan tahu pengingkarannya itu merupakan pengingkaran pada agama dan/atau mengecilkan Nabi saww dan semacamnya), maka akan dihukumi sebagai kafir. 

3- Kufur:
Kufur adalah "menutupi". Yakni menutupi apa-apa yang dipercainya di dalam hatinya. 

Orang yang mengingkari Tuhan, sebenarnya ia membohongi dirinya sendiri. Artinya menutupi kepercayaannya pada keberadaan Tuhan. Karena itu, dikatkan Kaafir, yakni menutupi. 

Apa saja pengingkaran kepada kebenaran gamblang, akan dihitung sebagai kafir.

Kafir ini memiliki berbagai istilah dan macam seperti:

a- Kafir Nikmat. 
Yaitu yang tidak mensyukuri nikmat-nikmat Tuhan dan merasa kurang terus. Pengingkaran terhadap nikmat ini, tidak hanya terbatas pada harta dan kesehatan, melainkan apa saja yang datang dari Tuhan termasuk ajaran agama. Jadi, pengingkar agama selain disebut dengan kufur agama, juga sebagai kufur nikmat. 

b- Kafir Agama.
Yaitu yang mengingkari ajaran dasar agama (Ushuluddin) atau sekalipun tidak termasuk dasar agama akan tetapi kembalinya kepada dasar sendiri, seperti mengingkari malaikat, kitab-kitab Tuhan, bidadari, syaithan, shalat, puasa, haji dan semacamnya. Artnya siapa yang mengingkari hal-hal tersebut setelah mendapatkan penjelasan dan sudah jelas, maka berarti sama dengan meningkari pengajarnya, yakni Nabi saww dan Tuhan itu sendiri. Itulah mengapa akan dikatakan sebagai kafir. 

c- Kafir Imamah.
Yaitu yang mengingkari kemestian adanya Imam Makshum as yang berjumlah 12 orang setelah Nabi saww. Istilah Kafir Imam ini hanya ada di Syi'ah. 

Kafir Imam ini, tidak membuat seseorang menjadi kafir dari agama. Karena itu, kafir imam ini mirip sekali dengan makna kafir nikmat di atas. 

Karena itulah maka tidak heran kalau para imam as sendiri, banyak yang dibunuh istrinya sendiri. Itu artinya, mereka as telah kawin dengan orang yang tidak mengimani keimamahan dan kemakshuman mereka. Imam Hasan as, Imam Hadi as dan Imam Taqi as, adalah imam yang dibunuh oleh istri mereka sendiri. 

Para imam yang lain as, sekalipun tidak dibunuh oleh istri mereka, akan tetapi banyak dari mereka yang kawin dengan orang yang tidak beriman kepada keimamahan dan kemakshuman mereka as. 

Karena itu, kafir kepada imamah ini tidak menjadi seseorang menjadi kafir dari agama. Karena itu mereka masih dikatakan sebagai muslim dan mukmin. 

4- Munafiq:
Munafiq adalah menyembunyikan isi hati dan mengatakan sesuatu yang lain dari yang ada di hatinya. Seperti berkata beriman padahal tidak beriman. Berkata muslim padahal bukan muslim. 

Munafiq ini berkembang menjadi banyak bagiannya, seperti:

a- Munafiq yang baik.
Munafiq yang baik ini, hanya ada di peristilahan Indonesia. Sebab di Indonesia, orang yang ingin pacaran tapi tidak pacaran, dikatakan munafik. Ingin maksiat tapi tidak melakukan, diistilahkan sebagai munafiq. 

Munafiq seperti ini, jelas baik. Sebab tidak semua yang ada di hati, mesti dituruti dan diikuti. 

b- Munafiq, buruk.
Munafiq buruk adalah menyembunyikan niat buruk dalam hatinya dan dalam lahiriahnya berwajah baik dan menarik, baik dalam perbuatan atau dalam perkataan. 

c- Munafiq Agama.
Yaitu yang dipakai pada asal peristilahannya, yakni orang yang tidak beriman akan tetapi mengaku beriman dan bahkan melakukan perbuatan-perbuatan orang beriman seperti shalat, puasa dan semacamnya. 

d- Munafiq Dalam Gradari.
Salah satu dari bahasan munafiq ini adalah dalam gradasinya. Artinya, sekalipun seseorang sudah tergolong muslim dan mukmin, bisa saja terkena hukum munafiq. Akan tetapi dalam tingkatan yang lebih tinggi. Misalnya, menyatakan cinta Tuhan semata, padahal yang dicintai di hatinya berjuta macam selainNya. 

4- Hubungan Keempatnya.
Dari penjelasan di atas, maka sudah dapat dipahami apa hubungan keempat hal di atas itu. Tentu saja mungkin perlu mengulangi bacaan beberapa kali hingga menyentuh hubungannya. Wassalam.


Islam Hakiki, Islam Relatif: Kajian & Diskusi
SINARAGAMA.ORG

Faizal Arifin Terimakasih ustad, setelah saya baca beberapa kali, saya mendapatkan pemahaman sedikit sesuai kemampuan saya, mohon koreksinya kalau saya salah.
1. orang islam=melakukan ajaran islam dan mengimani identitass islam
2. mukmin =mengimani dasar agama dan i
dentitas islam (orang islam pasti mukmin, orang mukmin blm tentu islam)
3. Kufur =tidak mengimani dasar agama dan tidak melakukan ajaran agama
4. Munafik =tidak mengimani dasar agama dan identitas agama tapi melakukan ajaran agama misalnya shalat.

Dan selanjutnya yang saya tanyakan sesuai yang saya pahami, apakah kalau kita sudah mengimani akidah islam tapi kita blm/tidak melakukan ajaran islam misal kita sudah bersahadat dll tapi kita masih belum shalat, zakat, brarti kita blm bisa disebut islam tapi kita sudah mukmin. Apakah benar seperti itu?

Mohon maaf kalau pertanyaan saya mungkin aneh, niat saya cuma ingin belajar islam, karena keilmuan saya mengenai islam kurang walaupun orang tua saya seoarang yang islam, akan tetapi keinginan saya untuk mempelajari islam selama ini kurang.

Terimakasih


Sinar Agama Faizal:

1- Benar.


2- Kebalik. Sebab yang mukmin sudah pasti Islam tapi yang Islam belum tentu mukmin. Yakni belum tentu hatinya beriman sekalipun sudah mengerjakan poin-poin penting Islam. 

Memang, yang beriman belum tentu mengamalkan Islam seperti orang mukmin yang tidak shalat. Akan tetapi, selama tidak mengingkarinya, maka dia tetap dikatakan muslim secara lahiriah. 

3- Kurang betul. Sebab kufur ada berbagai macam. Memang salah satunya seperti yang antum katakan itu. 

4- Betul. Akan tetapi dalam satu tingkatannya yaitu tingkatan dasar.

================

Untuk pertanyaan antum di paragraf ke dua terakhir maka sudah dijawab di 2 di atas (kolom yang sekarang ini).


Sinar Agama Oh iya, antum bisa sepuasnya tanya apa saja yang sekalipun dirasa remeh temeh. Sebab urusan agama tidak ada yang remeh, semuanya berurusan dengan kesempurnaan manusia dan bahkan surga neraka seseorang. 

Jadi, janga pernah canggung. Memang, kalau saya 
kelelahan berpikir, kadang kurang santun dalam menjawab dan kadang menjewer. 

Asal antum bisa sabar dan memaafkan ana/saya, maka pintu page ku ini terbuka untuk semua pengunjung. 

Oh iya, ana bukan hanya tahun ini saja membuk peluang tanya jawab dan diskusi ini di facebook, melainkan sudah beberpa tahun. Maksud saya, rileks saja di page ku ini asal memang mau mencari ilmu dengan dalil dan saling memaafkan kalau kesalahan kata dan semacamnya. Semoga antum selalu dalam peluk hangat ampunan dan perlindunganNya, amin.


Faizal Arifin Amin semoga selalu dalam peluk hangat ampunan dan perlindunganNya. Temikasih atas jawabannya. Jadi mungkin seoarang islam mempunyai tingkatan, ada yang islam dengan mengerjakan ajaran agama dengan sempurna tapi ada yang islam melakukan ajaran agama cuma setengah setengah, misal dia puasa tapi tidak shalat.
Sebelumnya saya mau mohon ijin kalau pertanyaan saya terus berlanjut, karena saya pikir mumpung ada kesemppatan bertanya jadi saya mau memahami hal ini ssemaksimal mungkin.
Pertanyaan selanjutnya
1."Kebalik. Sebab yang mukmin sudah pasti Islam tapi yang Islam belum tentu mukmin. Yakni belum tentu harinya beriman sekalipun sudah mengerjakan poin-poin penting Islam." 
Disini saya tangkap kalau iman itu lebih khusus dibanding islam. Mungkin kalau bisa dijelaskan untuk kriteria orang islam yang iman seperti apa dan orang islam yang belum beriman seperti apa?
2. Dari jawaban kedua diatas saya temukan istilah " belum tentu hatinya beriman" dan "mengingkari" mohon bisa di jelaskan maksud kedua kata dalam konteks jawaban diatas ustad?

Terimakasih. Salam


Sinar Agama Faizal, 

--- Iman dan Islam itu memiliki tingkatan sampai seribu tingkatan secara global. Dan bisa diringkas atau diglobalkan lagi menjadi 300-an dimana pengglobalan ke dua ini saya dulu pernah memulai penulisannya dengan judul "Suluk Ilalaah" yang ba
ru dua seri dari sekian seri yang direncanakan. 

Ada lagi pengglobalan yang lebih global lagi dari pengglobalan di atas itu, yaitu yang pernah saya janjikan penulisannya beberapa tahun yang lalu akan tetapi sampai sekarang belum saya tulis. Dalam kesempatan ini saya juga mau meminta maaf pada penanya dan Sang Pencinta (Shadra Hasa) serta teman-teman lainnya. 

Dalam pengglobalan yang saya janjikan di atas itu tingkatan Islam dan Iman dan lain-lainnya hanya sekitar 12 tingkatan atau mungkin sampai 24 tingkatan. Contohnya: Islam kecil --> Iman kecil --> Islam besar --> Iman besar --> Islam agung --> Iman agung --> ....dst.

1- Untuk pertanyaan pertama antum itu sebenarnya jawabannya sudah jelas di jawaban ke dua di atas itu. Yaitu bahwa bisa saja orang mengamalkan poin-poin Islam, akan tetapi hatinya belum beriman. Ini yang dikatakan muslim (secara lahiriah) akan tetapi dia belum mukmin karena memang belum beriman seperti munafiq di atas itu. 

Nabi saww pernah menggambar Ka'bah dan Haram. Lalu bersabda pada shahabat bahwa keduanya itu gambaran Islam dan Iman, yakni Ka'bah itu iman dan Haram itu Islam. Jadi, siapa yang masuk Ka'ab atau Iman, maka dia sudah pasti masuk Haram atau Islam. 

2- Ahsantum, rupanya antum tidak kehilangan fokus hingga dapat menanyakan yang semestinya ditanyakan lantaran kekuranglengkapan jawaban ana. 

Tidak shalat dengan mengingkari shalat itu beda. Sebab tidak shalat hanya dosa saja. Jadi, pelakunya masih dikatakan mukmin dan muslim atau beriman dan Islam. Akan tetapi kalau sudah meninggakari kewajibannya, dan dia tahu bahwa pengingkarannya itu sama dengan mengingkari Islam dan/atau mengecilkan Nabi saww, maka dia sudah menjadi kafir.

Begitu pula dalam hal-hal lainnya. Walhasil, antara tidak melakukan dengan mengingkari jauh berbeda. 

Nah, ketika kita melihat orang tidak shalat atau tidak puasa atau suka berzina, maka kalau hatinya tidak mengingkari kewajiban shalat dan puasa serta tidak mengingkari dosanya zina, maka orang seperti ini hanya melakukan dosa akan tetapi tidak sampai ke tingkat kafir.

Nah, akan halnya yang antum tanyakan itu, maka orang yang melakukan shalat, puasa dan sebagainya, kan belum tentu beriman lantaran iman itu ada di hatinya dan kita tidak tahu keberimanannya bahkan kita tahu dari Nabi saww bahwa bisa saja ada munafiq, yaitu yang hatinya tidak beriman akan tetapi sok mengamalkan kewajiban-kewajiban Islam. 

Sementara pengingkar dari hukum-hukum Islam kalau termasuk pada daruriat Islam yakni yang keIslaman dari ajaran tersebut merupakan hal yang tidak bisa tidak, dan tahu bahwa pengingkarannya sama dengan mengingkari Islam dan/atau mengecilkan Nabi saww, maka dia akan dihukumi kafir.


Faizal Arifin Terimakasih ustad, saya kira pemahaman saya relatif sudah bisa memahaminya. Mengenai perbedaan mengingkari dan belum meyakini/masih ragu. Dan iman secara lahir dan iman secara barin. Tapi masih ada sedikit pertanyaan yang terbersit ustad. Yaitu mengenai kriteria kafir secara syiah ustad. Saya sedang dalam pembelajaran ajaran syiah, karena secara history saya dari kalangan muhammadiyah. Dari penjelasan ustad sebelumnya ada istilah kafir imam tapi tingkatan ini masih belum keluar dari kafir agama. Dan dalam fikih ajaran saya sebelumnya seppengetahuan saya kalau orang kafir dihukumi najis. Kalau yang dimaksud dalam kafir dari agama seperti apa, karena dari ungkapan ustad saya menangkap ada kafir yang belum keluar dari agama dan kafir yang sudah keluar dari agama?

Mohon maaf mungkin pertanyaan saya sudah pernah dibahas/ditanyakan sebelumnya. Disini karena saya baru mengetahui forum ini dan belum sempat membaca baca ulasan ustad sebelumnya.


Sinar Agama Faizal, justru di atas itu sudah dijelaskan bedanya kafir agama dengan kafir imamah. Kafir agama jelas najis sementara kafir imamah tidak najis. Bahkan sekalipun mereka memerangi imamah itu sendiri, kalau alasan perangnya karena dendam, benci, dengki, tamak kekuasaan dan semacamnya. Karena itulah, nashibi yang dihukumi najis di Syi'ah itu kalau memeranginya itu, dengan keyakinan bahwa agamanya dan Islamnya mengajarkan mereka untuk memerangi dengan pedang imamah yang makshum as.

Faizal Arifin salam ustad, untuk pertanyaan yang saya maksudkan adalah kafir agama itu seperti apa, karena gak semua digolongkan ke kufur agama? Karena kufur itu banyak, seperti kufur nikmat, kufur imam dll.
Misalkan seperti seoarang non muslim yang dia iman kepada
 tuhan dan hari akhirat tapi dia tidak iman pada nabi SAW. Atau soarang islam yang dia bertauhid, mengimani Nabi SAW dan percaya pada Hari akhir, tapi dia tidak perjaca adanya jin, atau seoarang muslim yang dia mengimani Allah, Nabi SAW dan Hari akhir tapi dia secara lisan(dan mungkin secara hati) mengatakan kalau shalat 5 itu tidak wajib(untuk hal ini saya pernah mendengar langsuung dari seoarang).Jadi dalam ajaran syiah apakah ada kriteria ketika dia disebut kafir agama? Karena dalam kehidupan kita sering berinteraksi dengan orang yang berlainan agama, berlainan mazhab,dll, dan saya masih dalam kondisi yang bingung mana yang dihukum najis/kafir agama dan mana yang bukan.

Terimakasih


Sinar Agama Faizal, ana yakin kalau antum baca jawaban-jawabanku di atas itu dengan lebih teliti, maka semuanya sudah diterangkan di sana.

0 comments:

Post a Comment

Andika Karbala. Powered by Blogger.